Chapter 06

1.2K 149 597
                                    

Rivaille berhenti sejenak di dekat taman yang tak jauh dari Xpero's Fountain. Muncul ide untuk menelepon Eren. Alis Rivaille berpaut ke tengah saat mendengar bunyi ponsel. Dia pun mencari sumber suara tersebut, di balik pepohonan, belakang tong sampah dan yang terakhir semak. "Ini, kan, ponsel Eren. Berarti dia tak jauh dari tempat ini," terka Rivaille. Ponsel dimasukkan di dalam saku jeans birunya. Terbang ke sana kemari hingga mata keabuan menangkap Diveruz dan Eren yang terbaring di atas tanah-hampir kehilangan kesadarannya.

Tangan RIvaille memunculkan sebuah sinar kebiruan. Perlahan berubah menjadi pedang Gloriouz. Dia tak sempat memakai sarung tangan Mortemoz karena terburu-buru keluar dari apartemen. Untung saja, kedua Diveruz itu tidak di antara kerumunan orang, sehingga dia bisa leluasa menghabisi makhluk tersebut.

Rivaille mendekati Diveruz dengan cepat. Bahkan makhluk itu tak sadar akan kedatangan pria itu. Pedang Gloriouz dihunuskan ke salah satu Diveruz yang akan menggigit Eren. Sosok jahat itu berubah menjadi serpihan yang langsung terbawa angin. Belum sempat bernapas lega, Rivaille membalikkan badan karena ada satu Diveruz yang masih belum dimusnahkan. Pedang Gloriouz tepat menghunus di dada dan berubah menjadi serpihan, pergi bersama dengan Diveruz yang dia bunuh sebelumnya.

"Eren!" Rivaille menepuk pipi Eren cukup keras.

Untung saja Rivaille bisa datang tepat waktu menyelamatkan Eren sebelum para Diveruz menggigitnya. Sang Anjeruz membawa Eren-yang kehilangan kesadaran-di tempat duduk taman. Kepala Eren diletakkan di atas paha Rivaille. Embusan napas berat dikeluarkan, seolah beban yang tertimbun di dalam dada keluar semua. "Untunglah kau selamat."

Rivaille mengambil ponsel dari saku saat merasakan getaran. "Halo, Erwin?"

"Rivaille, kau ada di mana?"

"Aku ada di dekat taman, tak jauh Xpero's Fountain. Apa semua baik-baik saja?" tanya Rivaille, memastikan bahwa Erwin dan pasukannya bisa mengalahkan para Diveruz tanpa bantuan pria itu. Saat ini, dia tak mau meninggalkan Eren yang masih belum sadarkan diri.

"Semua Diveruz sudah kita musnahkan tanpa menimbulkan kecurigaan. Hanya saja, aku menempatkan beberapa pasukan Anjeruz untuk mengawasi tempat ini, berjaga-jaga para Diveruz akan datang kemari," jelas Erwin. Mendengar hal itu, Rivaille bisa bernapas lega.

"Barusan aku memusnahkan dua Diveruz dan masih mengawasi daerah sekitar ini," balas Rivaille. Sebisa mungkin, Erwin tidak curiga bahwa dia sedang menemani Eren.

"Bagus. Kalau sudah aman, kau bisa pulang, Rivaille. Aku akan melaporkan hal ini pada Asami-sama. Satu lagi, selamat tahun baru, Rivaille." Ucapan terakhir terdengar lebih ke arah gurauan.

"Tch, Erwin. Kau, kan, tahu aku tak suka dengan tahun baru. Sudah, kau urus saja masalahmu!" Rivaille langsung mematikkan ponselnya. Topeng yang melekat di wajah Rivaille sudah menghilang, begitu juga pedangnya. Benda tersebut hanya muncul bila sang pemilik membutuhkannya, dan dalam sekejap, mereka akan muncul di tangan.

Tak lama kemudian, mata Eren terbuka. "R-Rivaille-san?" tanyanya tak percaya.

"Iya."

Kesadaran Eren perlahan berkumpul di otak dan terbangun dari pangkuan bosnya. "K-kenapa Anda kemari? Lalu, Diveruz-itu ...," Eren meracau dan terhenti saat bosnya menyelanya.

"Tidak ada Diveruz. Sepertinya kau pingsan karena darah rendahmu, mungkin?" Rivaille mengangkat bahu tepat kalimat terakhir. "Aku kemari karena ... aku ada pertemuan penting dengan rekan bisnisku."

"Oh, begitu ...." Napas berat dilepaskan oleh Eren, kelopak mata turun ke bawah-kekecewaan terpancar jelas di wajahnya.

Sejak melihat ekspresi itu dan ditambah mimpi tadi malam, Rivaille merasa kasihan. "Apa kau sudah ke Xpero's Fountain?

I Thought About You Again [Rivaere] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang