TIGA

43 7 1
                                    

"Nama kamu siapa?" Aku langsung bertanya. Aku benar benar merasa dia adalah Gandi.
"Namaku-"

"Permisi, pasien bernama Gladis Cahya Binarto nomor antrian 56 segera ke ruangan" Berhubung namaku terpanggil, akhirnya aku segera pergi ke ruangan pemeriksaan. Lelaki tadi mengantarku ke ruangan. Entahlah., namanya siapa. Entah mengapa aku jadi teringat Gandi.

                       ***

Saat aku keluar dari ruang pemeriksaan, aku mencari sosok lelaki tadi. Ia ternyata sudah pulang. Baiklah. Aku akan pulang dan memesan taksi online.

Saat supir taksinya datang. Tiba tiba aku melihat lelaki tadi yang sama seperti Gandi. Ia sepertinya terburu buru dan segera masuk ke dalam mobil.  Sebenarnya tadi hendak kupanggil. Tetapi  gagal karena jalan begitu ramai oleh lalu lalang.

Kamu, siapa namamu. Kamu seperti Gandi. Kamu ceria.
Kamu seperti mengenal diriku. Apakah kamu Gandi? Jika iya, maka ingatlah aku. Bukankah kamu selalu memanggilku dengan kelinci. Jika iya itu kamu, apakah kamu mengenaliku?

Pertanyaan yang selalu mengiang dikepalaku dan entahlah kapan aku bisa bertemu dengannya lagi. Wajahya sangat hangat dan tampan. Tatapan matanya begitu dalam. Gandi, cinta pertamaku.

                       ***

Gandi,
Sepertinya tuhan sedang mengujiku.
Takdir pun berkata demikian.
Ia seolah tak mau melihat kita bersama.
Apakah kamu tetap sama?
Apakah kamu memiliki kekasih?
Gandi,
Tadi aku melihat lelaki.
Aku teringat akan dirimu.
Tatapan matanya begitu dalam.
Perilakunya hangat.
Ia sangat suka sekali tersenyum.
Sok kenal sok dekat.
Persis sepertimu.
Apakah itu kamu?
Kedatanganku di Jakarta selama satu minggu tak mendapatkan hasil.
Aku tak memiliki petunjuk kehadiranmu.
Aku bahkan tak tahu, kamu berumur berapa.
Apakah kamu baru kuliah.
Baru saja lulus.
Atau di semester akhir.
Semua seperti jalan buntu.
Aku lelah.
Aku ingin melanjutkan hidupku kembali.
Aku ingin terbebas darimu.

Air mataku tumpah. Tak dapat kubendung kesedihanku selama ini. Ia orang pertama selain keluargaku, yang mampu membuatku tersenyum. Senyum nyata, bukan paksaan. Cinta pertamaku.

Tok.. Tok.. Tok
Sepertinya nenek atau mama.
"Sayang, mama boleh masuk?" Benar dugaanku
"Iya ma. Pintunya gak dikunci"
Mama segera masuk ketika mendengar jawabanku. Dan ia menghampiriku di kasur.
Sepertinya aku tahu, apa yang akan mama bahas.

"Kenapa kamu selalu menghindari papa?"
"Enggak kok" Benar bukan. Mama membawa arah pembicaraan ini.
"Bukankah kamu yang menyuruh mama agar menikah lagi" Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kecil.
"Kenapa kamu menghindar dan bersikap dingin?"
"Gladis cuman belum terbiasa dengan kehadiran papa baru ma" Aku tertunduk lemas. Memang inilah kenyataannya. Bukan niatku untuk menghindar. Tapi rasanya begitu sulit menerimanya.

"Sudah dua tahun loh nak, kamu masih belum terbiasa?"
"Maaf ma" Mama berdiri. Sepertinya ia memahami situasiku.

"Yasudah, mama mau bantu nenek masak makan malam ya" Mama pergi dan tak lupa mengecup keningku.

                      ***

Pagi hari di hari minggu, papa mengajak kami sekeluarga berjalan jalan ke taman komplek dengan menyapa tetangga yang berlalu lalang. Karena sudah dua minggu kami tinggal disini, namun baru saja kami memiliki waktu pergi ke taman.

Mama sedang membeli beberapa camilan dan minuman di penjual sekitar taman. Nenek sedang berolah raga dengan fasilitas yang disediakan taman. Sedangkan papa, tentu saja menyapa warga sekitar. Dan ada beberapa kenalannya yang ternyata tinggal disini. Aku tetap mencari ide untuk membuat puisiku.

Aku melihat interaksi yang sangat menggemaskan diseberang sana. Ada lelaki yang sedang bermain dengan gadis kecil. Sepertinya gadis itu anaknya. Mereka terlihat sangat menggemaskan. Mereka bermain di ayunan. Lalu ada wanita datang, mungkin itu istrinya.

Lelaki tersebut pergi dan membeli beberapa snack. Aku memperhatikan wajahnya. Sepertinya aku mengenalnya. Saat ia berjalan, ia suka sekali menyapa nenek nenek dan anak anak kecil. Dia terlihat begitu hangat. Istrinya pasti sangat beruntung. Ia berjalan ke arahku. Dan, benar saja. Ia lelaki yang berada di rumah sakit yang hampir saja aku mengetahui namanya. Apakah ia adalah Gandi? Entahlah, aku merasa sangat yakin jika dia adalah Gandi yang selama ini kucari dan kunantikan kehadirannya lagi.

***
1 April 2019

GANDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang