LIMA

32 6 1
                                    

     Sore ini, seperti janjiku kepada Vanessa, aku akan menemaninya bertemu kakak kelasnya. Katanya sih dia malu kalau harus bertemu berdua saja. Dan, aku sudah menyiapkan obat penghilang sepi, karena nanti pasti akan jadi kacang. Aku membawa novel 'Pulang' karya Tere Liye.

     “Assalamualaikum.” Terdengar salam dari luar, sepertinya itu adalah Vanessa. Cepat sekali ia datang.

      “Waalaikumsalam, eh Vanessa. Kok sendiri.” Jawab Mama yang segera keluar ketika mendengar suara.

      “Iya te, Nessa mau ajak Gladis main ke taman boleh? Nessa juga mau ajak Gladis keliling Jakarta, biar gak bosen.”

      “Nanti malah ngerepotin.” 

      “Enggak kok te, Nessa malah pengin ada temennya.”

     “Cepet banget kamu sampainya Ness.”

     “Iya, berangkat sekarang yuk.”

     “Gak makan dulu?”

     “Makasih te, nanti Nessa ajak Gladis makan di luar aja.” Tolak nessa dengan halus. Aku hanya nurut aja, karena konsekuensinya kalau menolak ialah, Nessa marah.

     Kami sedang berada di taman, disinlah nessa akan bertemu dengan temannya. Duduk di bawah pohon yang begitu sejuk. Dan disini sedikit ramai, karena hari minggu.

     “Aku cari minum dulu ya.”

     “Iya, aku nunggu disini saja.” Setelah Nessa pergi, aku mulai membuka novelku. Karena aku tidak terlalu suka bermain hp. Lebih suka membaca novel.

     “Gladis ya?” tiba tiba ada yang menepuk punggungku dan menyapaku, setelah aku toleh ternyata dia Abi. Aku jadi teringat kejadian bulan lalu. Dimana aku meninggalkan Abi tanpa mengucapkan terimakasih untuk ice cream yang waktu itu.

      “Ternyata benar, kamu tahu? Setiap hari minggu aku pergi ke taman komplekmu. Kupikir aku akan bertemu denganmu. Ternyata tidak.” Terang Abi dengan sedikit lesu.

      “Makasih, buat ice cream yang waktu itu.”

       “Eh, kirain lupa. Tapi aku gak akan nerima ucapanmu itu.” Jawab Abi dengan menggaruk tungkuk lehernya yang sepertinya tidak gatal. Dengan sedikit tawanya yang terbilang tidak lucu.

      “Maaf, waktu itu tiba tiba pergi. Tapi, maksutnya apa ya?”

      “Iya, sebenarnya aku mau minta kontakmu. Biar kita bisa sering kabar kabaran.” Aku segera memberi kontak ku pada Abi. “Ya, kalau kamu beneran ikhlas bilang makasih, kamu harus lakuin satu hal buat aku.”

      “Emangnya hal apa?”

      “Kamu sama siapa disini? Bukannya disini jauh ya dari komplek mu.” Haduh, aku nanya malah dia nanya balik yang gak ada kaitannya dengan pertanyaanku. Dasar aneh.

      “Kamu sendiri?” Dasar, kebiasaanku nanya balik gak berubah.

      “Oh, aku-”

       “Kak Abi.” Tiba tiba suara Abi terpotong oleh sapaan Vanessa yang tiba tiba datang. Tunggu, mereka saling kenal?

      “Iya, kenalin temanku Gladis.” Abi bodoh, kenapa ia malah mengenalkanku kepada Vanessa.

      “Sebenarnya udah kenal. Gladis sepupu aku ternyata. Btw kalian saling kenal ya, oh ya. Gladis, ini Kak Abi temen aku yang bakalan ketemu sama aku. Ternyata kalian udah kenal, jadi enak deh aku gaperlu kenalin. Eh iya sorry ya, nunggu lama kalian pasti capek. Ini aku bawain minuman, tadi disana gilaa antri banget.” Jelas Vanessa panjang lebar. Rasanya dia seperti bukan berbicara, tapi sedang nge-rap.

GANDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang