Di sebuah kediaman di Ikebukuro. Salah satu kediaman dari keluarga Yamada mendapatkan tamu yang tidak biasa. Seorang polisi baru mendatangi kediaman Yamada.
Ichiro Yamada, 7 tahun. Terdiam selepas mendengar penjelasan dari sosok polisi yang menyampaikan hal yang masih tidak bisa ia cerna dengan baik. Yang ada dalam pikirannya adalah betapa menyesalnya ia telah membuka pintu hari ini.
"kuharap kalian menghubungi sanak saudara yang kalian kenal, atau terpaksa saya akan mengantarkan kalian kepanti asuhan..." Polisi itu menurunkan topi yang ia kenakan, ia merasa sedang memerankan peran antagonis.
"3 hari lagi dari pihak kepolisian akan memakamkan keduanya, sebagai tanda rasa terima kasih dan rasa hormat pada beliau..."
Mengatakan hal soal kematian pada anak yang belum genap 10 tahun adalah tugas pertamanya sebagai polisi. Padahal polisi muda itu berharap mendapatkan pekerjaan yang santai, dalam pikirannya sebagai polisi komplek. Tapi mungkin tugas ini sebagai percobaan takdir padanya, karena melakukan kecurangan dalam tes masuk kerja kali ini.
.
Jiro Yamada, 5 tahun. Dengan menggendong adik terkecil Yamada, berjalan menghampiri sosok kakaknya yang tidak juga beranjak dari ambang pintu, kemudia padangannya teralih ke sosok yang berpakaian yang Jiro ketahui adalah segaram polisi. Menatap punggung kakak sulungnya itu, heran.
"Niichan...?" panggil Jiro, berdiri dibelakang Ichiro. Menyembunyikan diri serta adik terkecil Yamada dibelakang punggung anak yang berumur 7 tahun, menatap takut pada sosok polisi yang terlihat asing. Bukan kakek polisi yang sering berjaga di pos ujung komplek.
"Baiklah, saya permisi dulu... Bila kalian lapar, kalian bisa datangi pos polisi komplek. Saya ada disana... sampai jumpa, Yamada-san..." polisi itu berbalik, dan berjalan meninggalkan kediaman Yamada itu.
.
Saburo Yamada, 3 tahun. Anak terakhir dari pasangan Yamada itu terbangun dari tidur pulasnya, dalam gendongan kakak tersayangnya. Menatap kedua sosok terhebat dalam pikirannya itu dengan pandangan sayu, khas anak kecil baru bangun tidur.
"Jilo..." gumamnya dengan cadel. Memeluk leher Jiro, membenamkan wajahnya pada pundak kakaknya. Dirasa kantuknya itu masih menguasainya. Walau perutnya sempat berbunyi, karena lapar. Ketiganya memang belum makan siang sebelumnya, menunggu kedua sosok yang tadi pagi izin pergi ke suatu tempat.
.
.
.
Tbc~ pendek? Ahahaha.... Maafkan UwU
Mau maki saya? Silakan, aku maso kok...
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Hypnosis Microphone #AU [YAOI]
أدب الهواة⛔DALAM PERBAIKAN ALUR JADI HIATUS DULU⛔