Prolog

17.5K 1.3K 31
                                    



Lisa berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumahnya. Kancing blus bagian atasnya terbuka, membuat dadanya sedikit terekspos. Lisa tidak peduli. Bahkan kesadarannya kini separuh dari normal. Wajahnya memerah dan dari mulutnya tercium bau alkohol.


Ia berusaha menaiki tangga menuju kamar tidur tanpa terjatuh. Matanya sudah berkunang-kunang dan kepalanya berdenyut-denyut. Ia minum cukup banyak tadi. Tubuhnya terasa rapuh tak berdaya saat mengangkat kakinya satu persatu menaiki tangga.


Lalu ia mendengar suara derit pintu di lantai dua rumahnya. Langkahnya berhenti di pertengahan tangga. Kepalanya mendongak dan menunggu siapa yang akan hadir di hadapannya.


Dan di sanalah ia melihat seorang wanita berdiri menatapnya. Mata mereka beradu pandang. Lisa memandangnya tanpa emosi, sementara wanita di atas tangga tampak khawatir.


"Kau mabuk lagi?"


Lisa mendengus. "Bukan urusanmu."


Wanita itu terkejut. "Aku masih tinggal denganmu, jelas urusanmu adalah urusanku."


Lisa tertawa mencemooh. Ia mengistirahatkan tubuhnya dengan duduk di anak tangga.


"Oh my God, Jennie. Seharusnya kau malu berbicara seperti itu. Bukankah kau memintaku untuk menandatangani surat perceraian sialan itu? Sekarang jangan bersikap seolah kau masih memperhatikanku."


Hening.


Lalu wanita bernama Jennie itu membalikkan badannya, hendak meninggalkan Lisa di sana sendirian. Cairan hangat sudah berlinangan di pelupuk matanya.


"Ternyata aku masih berhadapan dengan orang yang sama."


Lisa menunduk. Ada nada pedih di suara istrinya dan ia tidak dapat mengabaikan hal itu. Lisa mendengarkan langkah kaki menjauh dengan seksama, diiringi oleh bantingan pintu. Lisa menghela napas.


Ia mendongakkan kepalanya.


Satu malam lagi tidur tanpa dekapan istrinya.


Satu malam lagi tanpa memandangi wajah istrinya sebelum beranjak ke alam mimpi.


Satu malam lagi tak bisa mengungkapkan kata aku mencintaimu.


Dan satu malam lagi tanpa ciuman istrinya.


Perlahan airmata Lisa mengalir di pipinya. Lisa bergidik. Ia tidak tahu harus bertahan sampai kapan.


Andai ia mampu mengembalikan waktu.

**







i'm warning you guys, cerita ini angst artinya mungkin akan banyak penderitaan. tapi saya janji akan kasih ending yang happy hahahaha

tbh saya belum mulai menulis cerita ini, tapi sudah ada bayangan siapa yang bakal bikin kalian gregetan wkwkwk

saya mau liat respon readers dulu.

see you soon ;)


ps: kira-kira bisa bayangin Lisa nyakitin Jennie nggak? kalau bisa, let's go >.<


UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang