chapter 3

8.8K 1.1K 56
                                    



Lisa duduk dengan kepala tertunduk dalam. Keributan di lorong rumah sakit tidak mempengaruhinya. Tatapannya kosong, persis seperti hatinya. Sudah selama dua jam ia menangis tanpa henti, tapi saat ini ia tidak memiliki tenaga lagi. Matanya bengkak dan kepalanya sangat sakit.

Namun tidak sebanding dengan perih hatinya.

Ia dan Jennie baru saja menjalani proses pertama perceraian mereka. Mereka sudah menandatangani dokumen yang menjadi syarat perceraian itu, sama artinya dengan mereka telah berpisah.

Lisa sama sekali tidak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi pada Jennie. Jika memang mereka berpisah, Lisa ingin Jennie hidup bahagia dengan pilihannya. Bukan di ambang kematian seperti saat ini.

Para dokter sedang berusaha menyelamatkan korban-korban dari bus maut tersebut. Sudah ada beberapa yang meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit maupun yang sudah tewas di tempat, termasuk pengemudi bus.

Dan nasib Jennie masih dipertaruhkan di dalam sana, di ruang operasi. Lisa duduk terpisah dari keluarga Jennie. Ia butuh menyendiri dan memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ia tidak ingin kehilangan Jennie, itu jelas. Meskipun Jennie telah melakukan pengkhianatan, di hatinya yang terdalam ia masih sangat mencintai Jennie. Hanya tidak terucap di mulutnya.

Lisa memijit pelipisnya. Kepalanya masih pusing. Sejujurnya ia tidak bisa istirahat beberapa hari terakhir karena tidak melihat Jennie di sisinya. Setelah mereka bertengkar, tidak ada lagi muncul di depan masing-masing apalagi berkomunikasi. Selama dua tahun menjadi kekasih dan empat tahun sebagai pasangan menikah, baru kali ini mereka berpisah lama.

Lisa ingin mati rasanya.

"Lisa-yaa?"

Lisa mendongakkan kepala. Heechul berjalan ke arahnya. Wajahnya tampak sangat khawatir. Lisa berusaha berdiri tegak dan nyatanya ia sedikit terhuyung. Heechul dengan sigap memegangi lengannya.

"Lisa-yaa, apa kau sakit?"

Lisa menggelengkan kepalanya. Ia memberi senyum kecil untuk Heechul agar dianggap baik-baik saja.

"Bagaimana operasinya?" tanya Lisa.

Heechul tertunduk. Matanya yang memerah kini kembali berlinangan air mata.

"Oppa?" desak Lisa tak sabar.

Heechul pun menatap mata Lisa lekat-lekat, kemudian mendesah panjang.

"Jennie sepertinya mengalami patah tulang paha yang cukup parah, Lisa. Sampai saat ini mereka belum memberitahu perkembangannya lagi. Jadi, mari kita menunggu bersama-sama. Kau adalah istrinya. Keputusanmu atas apa yang akan dilakukan dokter padanya adalah hal yang paling utama."

Air mata Lisa mengalir bebas di pipinya. Mendengar ucapan Heechul ingin sekali ia menangis sekeras-kerasnya. Heechul memeluk Lisa yang tampak sangat rapuh dan membawa ke dalam dekapannya.

"Mari kita bersama-sama berdoa untuk Jennie. Kita harus kuat untuknya, arraseo?"


Lisa POV

Aku berdiri menatapnya dari luar jendela kaca. Ia terbaring koma di atas ranjang, dengan alat bantu pernapasan serta dua kaki terbalut perban yang tebal. Mataku tidak berhenti mengeluarkan air mata. Tidak pernah terbayangkan olehku melihat kondisinya seburuk ini.

Kedua kakinya mengalami patah tulang terbuka, bahkan menembus daging pahanya. Kepalanya mengalami benturan yang cukup parah serta luka-luka lain di wajah serta tangannya. Dokter mengatakan bahwa proses penyembuhan Jennie cukup lama dan ia harus duduk di kursi roda selama itu sebab kedua pahanya dipasangi pen dan gips.

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang