Jennie memandangi suasana di luar kamarnya melalui jendela yang terbuka lebar. Hari ini tepat satu bulan ia dirawat di rumah. Dan sejak itu pula ia tidak mendengar kabar Lisa atau melihatnya datang. Jennie menangis hampir setiap hari. Terkadang ia bertanya kenapa tidak mati saja di dalam kecelakaan itu. Ia tidak sanggup hidup dalam keadaan cacat, tanpa Lisa di sampingnya.
Lagipula kisahnya bersama Lisa sudah mencapai titik tamat. Untuk apa ia mengharapkan kedatangan mantan istrinya lagi?
Tok tok tok
"Jennie-yaa, Eomma masuk!"
Lalu pintu kamarnya terbuka. Ny. Kim membawakan sarapan Jennie serta obat-obatannya.
"Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa kakimu nyeri lagi?"
Jennie menggeleng lalu menatap bubur beraroma lezat di atas nakas.
"Aku akan memakannya nanti, Eomma."
Ny. Kim mengangguk. Ia tidak pernah memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu. Karena ia tahu keadaan hati Jennie tidak stabil. Jennie tidak sering mengeluh namun wanita itu tahu kesakitan apa yang dirasakan anak kesayangannya.
"Ingin kuambilkan sesuatu, Nak?" tanya Ny. Kim.
Jennie menggeleng lemah. "Gomawo, Eomma."
Jennie bisa melihat kesedihan di mata ibunya. Sesuatu yang sejak dulu tidak disukainya. Ia sangat menghormati dan menyayangi kedua orangtuanya. Oleh sebab itu Jennie selalu menanyakan terlebih dahulu jika ingin mengambil keputusan atau melakukan sesuatu yang penting.
Namun keputusannya bercerai dengan Lisa membuat Jennie merasa sangat bersalah sebab ia tidak berunding dengan mereka sebelumnya. Dan setelah itu kecelakaan ini terjadi. Jennie merasa pantas dihukum oleh kedua orang tuanya, meskipun ia tahu ia telah dewasa.
Jennie bertanya-tanya, apakah ayah dan ibunya marah dengan perceraian dirinya dan Lisa?
"Eomma?" panggil Jennie sesaat sebelum ibunya keluar kamar.
"Nde, chagiya?"
"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Jennie.
Ny. Kim tersenyum menenangkan lalu kembali masuk. Wanita itu duduk di hadapan Jennie dan mengelus rambut anaknya tersebut.
"Eomma?"
"Hmm? Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Apa Eomma...hng... bertemu dengan Lisa? Apa... ia datang ke rumah sakit saat itu untuk melihatku?"
Ny. Kim merapatkan bibirnya, menahan diri untuk tidak menangis. Akhirnya Jennie menanyakannya. Ia dan suaminya tidak berani menyinggung tentang Lisa karena Jennie tidak pernah bertanya, dan mereka semua termasuk kakak-kakak Jennie, menghormati hal itu.
Kini pertanyaan itu telah terlontar dari mulut Jennie. Ny. Kim pun memiliki keberanian untuk mengutarakan semuanya.
"Jennie-yaa, sayangku, sebenarnya Lisa berkunjung ke rumah ini setiap hari."
Jennie POV
Aku tertegun. Jantungku berdegup cukup kencang. Jadi Lisa datang ke rumahku setiap hari? Untuk apa? Bukankah ia tidak ingin bersamaku lagi?
"Ia mulai mengunjungimu tiga minggu yang lalu. Ia selalu membawa bunga lily putih untukmu," jawab Eomma lagi seraya melirik ke sudut kamar. Aku ikut menoleh ke sana. Tentu saja aku tidak berpikir kalau Lisa-lah yang membawakan bunga kesukaanku itu. Eomma selalu menggantinya di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Fanfiction"You know it's never fifty-fifty in a marriage. It's always seventy-thirty, or sixty-forty. Someone falls in love first. Someone puts someone else up on a pedestal. Someone works very hard to keep things rolling smoothly; someone else sails along fo...