Bercerita tentang kehidupan masyarakat Kampung Siaga yang penuh drama, dibumbui dengan sedikit romansa dan kebobrokan.
~~~
Note: bahasa semi baku
~~~
WARNING!!
INI GARING!! GARINGGG! GAAARING!
Jadi, Sandara lagi memperindah dan nambah fasilitas kosan miliknya biar ga kalah saing.
Lagi-lagi ini BKB, bukan kosan biasa. Bisa diliat dari bentuk bangunannya, kalo biasanya bentuknya macem rumah biasa atau mungkin macem rusun, kosan ini memiliki aksen gelombang 1 lamda dan garis-garis berupa gelombang longitudinal dan transversal di beberapa bagian temboknya.
(ilustrasi)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(gedung sebelah kanan itu kosannya. Lantai paling atas atapnya kaca, ada kolam renang, dan bisa buat acara pesta. Gedung sebelah kiri, lantai bawah itu kafe, atasnya tempat gym, dan paling atas tempat laundry sekaligus tempat ngejemur karena atapnya dari kaca juga biar sinar matahari masuk. Atapnya tinggi-tinggi biar terasa lebih luas)
Jadi, Sandara terinspirasi ketika ngeliat buku latihan fisikanya dulu yang selalu remed di materi itu.
Fasilitas yang baru selesai diitambahin adalah kolam renang, kolam ikan, tempat laundry, dan tempat gym. Mantep ga tuh? Jadi, harganya udah pasti mantep juga.
“Duh, seneng sih fasilitasnya super lengkap begini..” –Jennie
“Tapi,” –Lisa
“Uang sewanya..” –Rose
“Jadi” –Lisa
“Makin mahal” –Jisoo
“Sehingga” –Lisa
“Mau nangis aja rasanya” –Jennie
Mereka berempat berpelukan sambil nangis-nangis macem lagi muhasabah.
“Kalian kenapa? Terharu ya? Jangan nangis dong, jadi ikutan nangis nih..” –Sandara, yang matanya udah berkaca-kaca.
Ga lama, muncullah Mino yang keliatannya lagi jogging.
“Eh mba Dara~ pagi-pagi gini udah sibuk aja?” –Mino.