LUPAKAN?-3

149 32 6
                                    

"Assalamu'alaikum," salam Nadia sambil memasuki istananya. Upss, ralat, maksud rumahnya.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullah, loh Kakak bukannya hari ini dirumah, Risa?" tanya mama Lia. Lebih tepatnya mama Nadia.

"Semalam kakak udah bilang ke Risa kalau nanti saat pulang sekolah kakak bakalan langsung ke rumah," jawab Nadia setelah menyalimi tangan mamanya.

"Oowh, ya, udah, kakak sana gih ganti baju. Terus makan siang, mama udah buatin sup kesukaan Kakak," ucap mama Lia lagi.

"Iyaa, ma, oh ya Papa sama Tion belum pulang ya, Ma?" tanya Nadia.

"Belum sayang, oh, ya, suara Kakak jangan dikencengin, ya, soalnya, adek Naura baru bobo." dengan sedikit mengecilkan volume suaranya Mama Lia berucap dengan diakhiri saran.

"Oowh iyaa, Ma, kalau gitu, Nadia ke kamar dulu," kata Nadia yang hendak pergi ke kamar, tak lupa ia juga sempat mencium kedua pipi mamanya.

*Kamar

"Hhft, kata Risa tadi di kantin ada benernya juga, sih, gua gak boleh terlalu berharap ntar sakit. Tapi, 'kan seenggaknya gua berusaha dulu," ucap Nadia dalam hati seraya mengingat ucapan Risa yang melarangnya untuk terlalu berharap pada sesorang yang tak pasti.

"Bodo, ah, mending gua tidur aja."

*****

"Nad masih pagi lu udah main ngelamun aja," sambar Risa yang baru datang dari sekolah. Pernyataan yang dikatakan Risa sama sekali tidak digubris oleh sahabatnya itu.

"Nadia lu kenapa sih?" tanya Nadia kesal.

"Please gua butuh waktu sendiri," kata Nadia yang hendak beranjak dari tempatnya.

Sedangkan Risa hanya menatapnya aneh karena, tidak biasanya Nadia bersikap seperti ini.

"Apa Nadia masih marah, ya, ke gua?" tanya Risa dalam hati.

"Ah, gak mungkin, lah! 'Kan Nadia gak pendendam."

"Eh, Sa, kenapa lu?" suara yang terdengar sedikit cempreng bertanya pada Risa. Dia adalah Ica. Sekretaris di kelas mereka.

"A-eh, gak apa. Heheh."

*****

"Maafin gua, Sa, gua hanya butuh waktu sendiri," batin Nadia yang merasa bersalah kepada Risa karena, tidak menggubris apa yang dikatakan oleh sahabatnya.

Saat ini Nadia akan pergi ke taman belakang sekolah. Karena, menurutnya di tempat itulah ia lebih nyaman untuk memikirlan perkataan Risa kemarin.

Yups, Nadia akan mencoba untuk tidak terlalu berharap kepada seseorang yang selama ini ia kagumi itu.

"Hhfft hanya ini cara agar gua nantinya gak sakit hati," batin Nadia sedih.

Ia akan menghapus semua foto seseorang yang selama ini didambakannya. Tanpa terasa air yang berada dimata Nadia telah berkumpul dalam kelopak matanya dan mendesak untuk keluar.

Sakit memang, disaat kita berusaha untuk melupakan dan mengikhlaskan seseorang yang selama ini kita harapkan.

Dan tanpa disadarinya air mata yang sejak tadi mendesak untuk keluar akhirnya berhasil untuk keluar dari kelopak matanya.

"Nad," sapa seseorang tiba-tiba, sehingga membuat Nadia tersontak kaget. Dengan segera ia menghapus air matanya.

"Rio, kamu ngapain di sini?" tanya Nadia yang kebingungan, mana mungkin Rio mengetahui kalau dirinya berada ditaman.

"Kamu nangis?" bukannya menjawab pertanyaam Nadia, ia malah bertanya kembali.

"Haa? Enggak kok. Kamu ngapain di sini?" elak Nadia yang diakhiri dengan pertanyaan yang ia tanyakan tadi pada Rio.

"Gak usah bohong, Nad! Aku tau kok kalau kamu habis nangis, buktinya noh mata kamu sembab, hidungnya juga merah. Terus ngomongnya kayak sesenggukan juga," kata Rio panjang×lebar×tinggi (ups, alaynya kambuh😒). Nadia memang terlihat jelas bahwa ia habis menangis, karena, sedari tadi ia bicara dengan suara yang sesenggukan.

"Oh, ya, tadi kamu nanya kenapa aku ada di sini? Jadi, tadi aku niatnya mau ke kantin belakang terus aku gak sengaja liat kamu, awalnya, sih, aku masih ragu kalau itu kamu. Tapi karena rasa penasaran aku besar, ya udah aku samperin aja. Dan dugaanku benar kalau itu adalah kamu," jelas Rio lagi.

Skip

Tepat pukul 17:00 WIB seluruh siswa siswi SMA yang berada di Jakarta berhamburan untuk segera pulang. Bahkan tak jarang bagi mereka ada yang masih nongkrong di Warkop depan sekolah dan ada yang masih mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk.

"Sa, gua minta maaf soal yang tadi ya," ujar Nadia sendu.

Mereka kini tengah berjalan menuju ke gerbang sekolah. Ya, mereka akan pulang ke habitatnya masing-masing. Ralat, maksud ke rumah masing-masing.

"Hmmm, iyaa gak apa, kok. Udah ih jangan sedih gitu!" ucap Risa dengan senyuman.

Satu hal yang sangat Nadia sukai dari sahabatnya ini yaitu sikapnya yang selalu sabar menghadapinya dan selalu memberikan semangat kepadanya. Begitupun sebaliknya.

Gak tau mau ngomong apa,.

Please jangan lupa Vote sama Comment.

The Begin From A Social Media [ON-GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang