12. pertama? (II)

41 6 8
                                    

Ana memeluk Renaldy. Memberikan Renaldy kesempatan untuk menumpahkan segala beban di pundaknya. Dan setiap rasa sakit yang ia derita.

"Gue langsung lari menghampiri Citra. Tubuhnya bercucuran darah. Dan gue gak tau harus ngelakuin apa saat itu.pikiran gue bener bener kacau. Ditambah lagi, orang yang nabrak Citra kabur. Untung aja saat itu ada warga yang lewat terus nolongin kita." Lanjut renaldy.

" Citra di bawa ke rumah sakit terdekat. Dan saat itu dia dalam kondisi yang amat kritis. Sekitar 2 jam gue nunggu dokter keluar untuk ngasih tau keadaan Citra. Dan saat dokter keluar gue langsung nanyain keadaan Citra. Namun, jawaban yang dokter kasih gak sesuai dengan apa yang gue mau. Dokter bilang Citra gak bisa terselamatkan karna benturan yang parah di kepala nya."  

Renaldy masih dalam pelukan Ana. Bahunya berguncang, mendakan lelaki itu sedang menangis sekarang.Ana semakin mengeratkan pelukan nya untuk menenangkan Renaldy.

"Andai aja gue gak pergi waktu itu, pasti Citra gak akan pernah mengalami kecelakaan. Andai aja gue bisa nahan emosi gue saat itu, andai aja saat itu gue gak ke rumah Citra. Adai aja semuanya gak terjadi ... andai_ " renaldy kini semakin terisak.

"Bagaimana pun juga gue Cinta sama dia, na. Gue sayang sama dia. Gue tau dia salah karna udah selingkuh dari gue, tapi gue  gak bisa benci sama dia."

"Ini semua salah gue, semuanya gara gara gue.coba aja gue tau dari awal kalo Citra gak cinta lagi sama gue. Coba aja gue_ "

"Udah kak udah ... " potong Ana.

Renaldy melepaskan pelukan Ana. Kemudian dia menatap wajah Ana yang kini telah basah oleh air mata.

Entah kenapa hati Ana merasa sakit saat melihat Renaldy menangis.

Ana mengusap wajah Renaldy dengan lembut

"Ini semua bukan salah kakak , ini sudah takdir dari yang maha kuasa. Berhenti nyalahin diri kakak sendiri ... sampai kapan kakak mau kaya gini? Sadar kak! Citra udah gak ada. Sekarang waktunya kakak buat ngelanjutin hidup kakak. Jangan sampai kakak menutup diri hanya karna rasa bersalah kakak. Itu semua tidak sepenuhnya salah kakak "  ucap Ana.

Renaldy terdiam menatap Ana.

"Aku yakin kakak bakal nemuin orang yang lebih baik daripada Citra. Percaya sama aku! Kakak akan menemukan kembali cinta itu. Cinta yang pernah hadir di hati kakak." Jelas Ana.

Renaldy langsung memeluk erat tubuh  Ana. Mecium dan menghirup aroma rambut Ana.

"Terima kasih" bisik Renaldy di telinga Ana.

🍒🍒🍒

Ana kini sudah berada di depan gerbang rumahnya. Tentu saja yang mengantarkan nya pulang adalah Renaldy. Ana masih diam memperhatikan mobil Renaldy yang semakin menjauh.

Pikiran nya melayang ke kejadian di pemakaman tadi. Jika di pikir pikir, itu kali pertama Renaldy berbicara panjang lebar bahkan sampai menangis. Itu seperti bukan Renaldy. Mungkinkah itu sisi lain si pangeran beku?

Ana melangkahkan kaki hendak masuk ke dalam rumah. Namun pandangan nya tertuju pada sebuah kotak yang berada di depan pintu rumahnya. Ada setangkai mawar merah di atas kotak tersebut serta sebuah memo. Lagi?

"Ini apaan sih?" gumam Ana.

Ana mengambil kotak tersebut dan membawanya ke kamar. Sesampainya di kamar, Ana mebaca memo yang tertempel di atas kotak yang lebih terlihat seperti kado.

_________________________________
To : Dyana

Jangan terlalu bermain hati sebelum mengetahui kebenaran nya, sebelum kamu mengingat semuanya.

From : pangeran mu
__________________________________

"Apa maksudnya?"  gumam Ana.

...bersambung...

Selamat membaca dan jangan lula tinggalkan jejak😊

Salam manis😘😘

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang