Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

2. Pertama Kali

133K 4.9K 56
                                    

Hari itu hari terakhir di tahun 2008. Aku dan anak kelas tiga lainnya melakukan perjalanan ke Bogor untuk berkemah satu hari satu malam untuk merayakan pergantian tahun baru, sekaligus menyegarkan otak sebelum kami bergelut dengan buku-buku yang begitu banyak dan bervariasi dari bentuk, ukuran, jenis dan ketebalan untuk persiapan ujian akhir yang akan menentukan nasib kami ke depannya.

Mataku tertuju pada pemuda tampan yang sedang bermain gitar sambil menyanyi di bagian depan bus. Suaranya sangat merdu membuat gadis-gadis itu, termasuk aku sulit untuk tidak memperhatikannya. Sesekali aku melirik seseorang yang duduk di sebelahku. Dia terlihat jengkel saat aku menatap Julian-anak laki-laki yang sedang menyanyi di depan.

"Awas matanya lepas," sindirnya yang tidak aku hiraukan, "telinganya sepertinya mau lepas!" sindirnya lagi yang membuatku semakin memperhatikan Julian. Melihat wajahnya yang kesal adalah hiburan tersendiri untukku.

"Lagi ... Lagi ... Lagi ..." ujar anak-anak termasuk aku saat Julian menyelesaikan lagunya.

Julian tersenyum menampakkan gigi kelincinya yang lucu, membuat dia semakin mempesona. "Masa gue mulu gantian dong," ujar Julian yang diikuti oleh tawa kecil.

"Yah ...."

"Di sini yang bisa nyanyi bukan gue aja, Jevano juga jago nyanyinya."

"Jevano .... Jevano ... Jevano ...."

Meski sempat menolak dan malu-malu, akhirnya dia maju ke depan. Aku tahu suaranya memang merdu, setiap aku tidak bisa tidur dia selalu bernyanyi untukku. Lihatlah gadis-gadis itu juga mulai meneriakkan namanya, sangat menjengkelkan. Dia melirikku sekilas, seolah berkata 'lihat aku juga bisa!' rasa jengkel semakin jadi saat gadis yang duduk di depannya berdiri dan ikut bernyanyi bersama dia. Dan apa maksud mereka bergandengan tangan? Ingin rasanya aku menendang mereka berdua keluar dari bus. Suara tepukkan tangan begitu meriah saat lagu selesai dinyanyikan. Beberapa dari mereka meminta dia untuk bernyanyi lagi. Dia menatapku. Awas saja kalau dia menyanyikan lagu lagi, aku pastikan dia menyesal pernah bersedia menyanyi di depan.

"Kayanya enggak deh, princess gue ngambek!" ujarnya yang membuat satu bus menjadi ricuh dan menatap ke arahku semua.

Entah mengapa aku tidak bisa menahan bibirku untuk tidak terangkat, saat melihat dia tersenyum dan berjalan ke arahku. Ya, Jevano memang sehebat itu membujukku saat aku marah, atau mungkin aku yang terlalu mudah luluh.

"Cie yang cemburu? Gimana enak nggak rasanya cemburu?" tanyanya menggodaku.

"Ih enggak ya, siapa juga yang cemburu!" elakku.

"Yakin nih nggak cemburu? Jadi boleh nyanyi lagi?" Dia masih terus menggodaku.

"Tau ah! Awas aja kalau nyanyi lagi," ujarku lalu memalingkan wajah darinya. Aku mendengar suara tawanya, dia terdengar begitu bahagia setelah berhasil menggodaku. Dasar tidak peka, tanpa bertanya harusnya dia tahu aku cemburu.

Dia mengusap kepalaku, lalu menarikku untuk bersandar padanya. "Aku tahu kamu cemburu, maaf. Jangan ngambek ya!" ujarnya lembut. Jika begini, katakan gadis mana yang bisa tetap marah dan tidak luluh. Jevano dan semua perlakuannya padaku adalah alasan aku semakin mencintai dia setiap waktu.

***

Kami sudah sampai tujuan, sebuah hutan yang biasanya memang untuk tempat berkemah. Satu persatu dari kami menuruni bus, termasuk aku dan Jevano. Dia hampir membawa semua barang bawaanku. Semua orang terlihat sibuk dengan tugas mereka masing-masing, dan sekarang aku hanya diam melihat mereka bersama beberapa anak yang lain karena tugasku menyiapkan bahan makanan sudah selesai.

"Kayanya kita butuh kayu bakar deh! Ada yang mau ikut aku cari kayu bakar?" tanya Tian ketua rombongan kami.

"Aku aja, kerjaanku juga selesai!" ujarku.

My Ex-Husband Wedding (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang