Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

3. Penyesalan

108K 4.2K 112
                                    

Setelah melakukan itu dengan Jevano, sungguh aku merasa sangat menyesal. Aku menangis tanpa suara. Bayangan ibuku melintas di benakku. Mama pasti kecewa, jika tahu apa yang sudah putrinya ini lakukan. Aku sangat bodoh hingga tak bisa menjaga diri. Aku mencoba pembenaran atas apa yang aku lakukan, tapi tidak aku temukan karena yang kami lakukan adalah sebuah kesalahan.

"Lan, udah, jangan nangis lagi. Percaya aku, semuanya akan baik-baik saja!" ucapnya sambil memelukku dari belakang.

"Lepasin aku, Jev! Aku ingin sendiri, jangan sampai kita melakukan kesalahan ini lagi. Aku harap ini yang terakhir."

"Ayolah, Lan, tidak ada apa pun yang terjadi. Jika pun memang ada yang terjadi kita tanggung bersama."

"Kamu enak ngomong begitu! Kalau terjadi sesuatu yang hamil itu aku bukan kamu!" kataku jengkel lalu memilih menjauh dari Jevano.

Setelah pagi datang dan aku merasa lebih tenang, kami memutuskan untuk kembali sebelum teman-teman mengkhawatirkan kami. Semakin lama di sini, semakin sulit untukku melupakan apa yang sudah kami lakukan. Butuh waktu lama, hingga kami bisa melihat tenda-tenda yang kami dirikan. Aku merasa lega akhirnya kami menemukan jalan keluar. Dia memapahku setelah aku berulang kali nyaris terjatuh. Seluruh tubuhku terasa sakit dan aku juga hampir kehabisan tenaga. Senyum lega terlihat dari wajah teman-teman kami saat melihat kami muncul dari lebarnya hutan.

"Jev, Lan. Akhirnya kalian kembali. Kita udah mau lapor polisi kalau kalian nggak balik-balik," ujar Tian yang terlihat lega melihat kami kembali.

"Maaf, kemarin kita nggak sadar masuk hutan terlalu dalam waktu nyari kayu, eh malah hujan jadi kami neduh eh hujannya nggak reda-reda jadi kami putuskan nginep di sana," ujar Jevano menjelaskan keadaan kami. Aku hanya diam saja karena tenagaku benar-benar terkuras habis.

"Ya udah, kalian bersih-bersih, terus makan dan istirahat. Kalian pasti lelah banget!" Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis, lalu meninggalkan kumpulan anak laki-laki itu.

"Alana capek banget kelihatannya, lo ajak main berapa ronde?" tanya Dino menggoda Jevano.

"Main apaan? Alana cuma capek!'" jawab Jevano yang terdengar gugup.

"Santai, Bro! Kita tau kok anak baik-baik kaya lo nggak mungkin aneh-aneh."

Aku tersenyum miris. Mendengar mereka begitu mempercayai Jevano. Di titik ini aku sadar semua laki-laki sama saja. Meski dia baik, ada kalanya mereka bahkan kesulitan mengendalikan diri mereka dan itu yang terjadi pada Jevano semalam.

***

Semua berjalan seperti biasanya setelah kejadian itu. Tidak ada yang berubah, Jevano masih jadi pacar yang baik dan perhatian seperti tidak terjadi apa pun. Meski awalnya aku khawatir jika aku hamil karena kejadian malam itu, tapi semua kekhawatiranku berakhir saat tamu bulananku datang tepat waktu seperti biasanya. Satu beban dalam hidupku seakan terangkat. Meski tetap saja, aku tidak dapat melupakannya hal yang sudah aku lakukan dan rasa penyesalanku, namun ini jauh lebih baik.

Hingga malam itu rumahku kosong. Aku dan Jevano belajar bersama untuk persiapan ujian. Tentu saja karena otakku yang tidak terlalu pintar, butuh asupan materi tambahan dan Jevano adalah solusinya. Dia adalah murid paling cerdas di sekolah jadi tidak salah jika aku memilih dia sebagai guru privatku.

"Kamu paham?" tanyanya setelah menjelaskan materi secara panjang lebar.

"Iya paham."

"Yakin?" tanyanya sambil menggodaku.

"Iya!"

"Karena udah ngajarin kamu boleh dong aku minta imbalan?" Jevano mengusap lembut kepala.

My Ex-Husband Wedding (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang