Surat Dari Siti

1.9K 54 4
                                    


HASAN membuang pandangan ke arah laut lepas. Satu masalah terselesaikan ditambah masalah ke dua. Masalah hati yang tak kunjung usai. Hari ini rumahnya sedang ramai masak-memasak untuk acara malam, yang mana keluarga Yuli akan tiba ke rumahnya. Hatinya risau, ingin mengadu lantas kepada siapa ia mengadu. Ingin menghindar, lantas apa kata Udanya nanti adiknya tak menghadiri acara Udanya. Hatinya hampa antara harus hadir atau pergi menjauh.

Maka Hasanpun memutuskan untuk pulang, namun tak sengaja saat diperjalanan ia menyenggol sebuah motor yang dikendarai dua wanita yang saling berboncengan. Untung saja tidak ada hal yang terlalu serius, iapun meminta maaf dan kembali mengendarai sepeda motornya menuju rumah.

Di dalam rumah tidak lama orang-orang sudah mulai berkumpul, untuk melakukan prosesi lamaran yang dilakukan oleh pihak keluarga Yuli. Duhai pilunya hati pemuda yang sedang terduduk pada sudut balai teras, sesekali ia mengintip ke dalam, rasanya raga terbang tak berada di sana. Jiwanya hampa mati rasa. Hatinya mengeluh nasib yang menimpa dirinya, jika saja keluarga Yuli datang untuk melamarnya sungguhlah senang hatinya, bagai diri ketiban keberuntungan.

Ia menghayal jauh, memikirkan gadis itu sedang apa di rumahnya. Apakah senang hatinya, ataukah berduka dirinya akan menikah dengan Udanya. Tentulah gadis itu bahagia, sebab Udanya tampan, elok dan bijaksana.

Asik berkhayal si Udin berlarian menariknya menjauh dari rumahnya.

"Mengapa Udin kau menarikku ke mari?"

"Siti San...Siti!"

"Sudahlah, aku tak mau membahas tentangnya lagi, cukup masalah kemarin membuatku hancur," Ucapnya pergi menjauhi Udin.

"Sebentar San. Ini surat dari siti untukmu, bacalah!"

"Tak mau aku San, aku tak mau menambah masalah lagi dengan Datuak Labai."

"Tapi San kau harus baca dulu suratnya, dari pada kamu menyesal," Sambil memasukan sepucuk surat itu ke dalam saku bajunya Hasan.

Hasan tak peduli dibiarkan saja surat itu berada di sakunya. Ia tak ada waktu membaca surat yang pada akhirnya membuat hidupnya kembali mengalami masalah. Sebab ditinggalkan orang terkasihnya saja sudah menambah masalah dalam hidupnya.

Nasir Udanya sedang duduk di rumah mandenya, Kaka dari Ibunya. Sesekali ia mengintip keluar jendela penasaran dengan prosesi yang sedang berjalan di rumahnya. Hasan yang gerah dengan acara itu menghindar, ke rumah Mandenya yang di sana juga ada Udanya. Hatinya hancur lebur saat matanya bertemu pandang dengan Uda yang selama ini ia hormati. Tak kuasa dirinya harus berbicara berdua dengan hati yang selalu risau.

"San kemarilah, ada yang hendak kutanya padamu!"

Hasan masih terdiam membisu, pikirannya kalut. Ingin rasanya ia berteriak dan menjelaskan pada Udanya bahwa wanita yang hendak dia nikahi adalah wanita yang selama ini ia cintai. Namun lidahnya kelu tak bisa ia berkata jujur, sebab baginya kebahagian Udanya adalah nomor satu. Meski ia tau, itu salah. Sebab mendahulukan orang lain mendekatkan diri kepada Allah dalam hal ibadah hukumnya makruh. Sementara menikah itu ibadah, sunnah Rasul yang seharusnya, ia mendahulukan dirinya bukan orang lain maupun Udanya.

"Ada Apa Da?"

"Kamu mengenal Yuli, dia lulusan Unand satu angkatan dan satu jurusan denganmu?"

"Kenal, tapi tidak terlalu dekat."

"Boleh Uda tau bagaimana kesehariannya di kampus."

Muaro Cinta di Ranah Minang (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang