5. Gue Rega! (Rega)

5.7K 331 10
                                    

"Ehemm... Kok gue punya kembaran kayak lu ya?" Tanya Reta yang udah duduk di samping gue yang sedari tadi membatu sejak ditinggal Flo.

Gue ga menjawab Reta. Gue masih bingung. Flo beneran nyium gue-...

"Dua kali?" sambung Reta.

Hah? Gimana dia tau?

"Lu dicium kembaran gue dua kali dan membatu di tempat? Kok lu ga keren gitu sih, Ga?" tanya Reta.

"Heh! Lu ngintip ya?" tanya gue sebel.

"Orang buta juga tau lu habis dicium! Orang yang nyium lu itu mukanya merah dan nunduk malu-malu gitu!" kata Reta jengkel.

"Flo udah pulang?" Tanya gue yang mungkin baru tersadar.

"Dari sejam yang lalu!"

Hah? Lama banget gue bengong di sini? Seriusan ???

"SERIUSAN LAH!" teriak Reta kesal.

Yah. Inilah gue dan Reta. Ga perlu repot-repot bicara, Reta udah tau pertanyaan gue. Kadang gue sampai takut sendiri dia tahu semua yang gue pikirin.

"Heh Ga, lu udah kasih tau kembaran gue belum kalo kita bakal kuliah di Belanda?" Tanya Reta.

Astagaa! Gue bahkan ga pernah cerita tentang apapun. Gue malah ga pernah kasih tau Flo kalau gue mau jadi pengacara hebat dan pergi ke Belanda!

"Bagus banget lu belum kasih tau! Lu mau kasih tau H-1 hah?" Tanya Reta.

Gue juga ngerasa gue bego banget ga kasih tahu hal penting ini. Mungkin segera. Tapi kapan waktu yang tepat? Gue takut Flo kaget dan pergi.

"Ga pernah ada waktu yang tepat, Ga! Mending besok lu kasih tau dia. Sebulan lagi kita ujian akhir, terus beda dua bulan kita udah pergi ke Belanda." Kata Reta menjawab semua pertanyaan di kepala gue.

Gue tahu kok! Cuma gue ga sanggup.

"Daripada dia tau dari gue, mending dia tau dari lu. Cepet kasih tau ato lu nyesel." Kata Reta.

***

Hari ini gue harus kasih tau Flo tentang rencana gue buat jadi pengacara dan pergi ke Belanda! Reta udah mewanti-wanti, kalau hari ini gue ga kasih tau, dia yang bakal kasih tau sendiri.

Sama seperti waktu itu, gue menarik Flo ke ruang musik tepat saat jam istirahat bunyi. Dan sama seperti waktu itu, Flo membuka tutup piano dan mulai memainkan piano.

"Floreta..." panggil gue.

"Iya?" sahut Flo.

"Aku mau jadi pengacara." Kata gue.

Jujur, gue bingung bagaimana memulai semua hal ini. Terlalu sulit untuk dimulai!

"Aku tahu..." jawab Flo masih terus memainkan piano.

"Aku mau kuliah di luar negeri." Kata gue hati-hati dan sepelan mungkin.

Tapi sepertinya telinga Flo setajam silet. Dia bisa dengar dan berhenti memainkan pianonya ...

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Tujuh. Delapan. Sembilan. Sepuluh detik...

Piano mulai berdenting lagi. Melanjutkan lagu yang sempat terhenti.

"Di Belanda?" tebak Flo.

Bagaimana dia bisa menebak tepat sasaran seperti itu? Tapi itu tidak terlalu penting. Gue menghela nafas berat. Berat rasanya bilang ini ke Flo, berat kalau harus meninggalkan Flo, berat berpisah dan berat dengan berbagai keputusan nantinya.

"Ya." kata gue selemah mungkin.

"Kalau begitu berjuanglah! Semangat mengejar cita-cita kamu!!! Jadilah pengacara hebat." Kata Flo tidak berhenti memainkan piano dan memejamkan matanya. Merasakan setiap dentingan suara piano.

Loving You #3 : REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang