8. Permen Kapas

102 44 72
                                    

  "Sekolah kan buat cari ilmu, bukan buat cari muka di depan banyak cewek dengan pamer kekayaan."  

***

"Halo."

"Mala kamu udah pulang?" tanya Ahza dari seberang telepon sana.

"Udah, tapi aku ada piket sama pelajaran tambahan, kamu pulang duluan aja, biar aku telepon Pak Tegar buat jemput."

"Yaudah hati-hati, jangan sendirian di tempat sepi, cepat hubungi aku kalau terjadi sesuatu."

"Iya Ahza."

Pip..

Sambungan telepon terputus, Nirmala kembali duduk di bangkunya, menunggu wali kelasnya untuk mendapat pelajaran tambahan dan kisi-kisi untuk Ulangan Tengah Semester nanti.

Untuk piket, Nirmala akan melaksanakannya nanti setelah selesai ini, agar lebih enak membersihkannya kalau semua murid sudah pulang dengan keadaan kelas kosong. Supaya bersihnya merata. Tentu Nirmala tidak piket seorang diri, dia ditugaskan dengan dua siswi dan satu siswa lain yang piket hari ini.

"Eh gue gak nyangka deh si Niko bisa lolos lomba OSN mewakilkan sekolah kita," kata Ranti seraya becermin pada cermin kecil berwarna pastel yang biasa dia bawa, merapikan rambutnya.

"Lah? Dia kan emang jenius dari kelas 10 juga." Dara menanggapi. "Tapi sayangnya dia nakal."

Ranti mengangguk, "Coba aja dia kalem ya, jadi anak baik-baik, nakal gitu aja banyak fans-nya, apa lagi jadi baik."

"Gue kok gak liat Niko hari ini?" tanya Nirmala.

"Iya gue juga gak liat." Ranti menanggapi.

"Kayanya gak masuk deh," kata Dara.

Obrolan mereka harus terhenti karena melihat Bu Eka dari jendela, sudah berjalan untuk memasuki kelas.

"Selamat siang anak-anak." Bu Eka masuk seraya membawa beberapa buku dalam dekapannya.

"Siang buuu...,"

"Baik kita mulai sekarang ya."

***

Setelah selesai membersihkan kelas, Nirmala menyimpan kembali alat-alat keberihan di tempatnya, lalu bergegas keluar sekolah untuk pulang.

Nirmala berjalan menyusuri trotoar menuju halte, menunggu Pak Tegar untuk menjemputnya. Tapi, tenggorokannya terasa kering, Nirmala memutuskan untuk berjalan sedikit lagi ke supermarket untuk membeli minuman.

Lega sekali rasanya setelah minuman dingin membasahi tenggorokannya. Nirmala berniat kembali ke halte untuk menunggu Pak Tegar. Tapi, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang lewat di hadapannya. Memakai seragam putih abu yang dibalut jaket denim. Dan Nirmala sangat mengenalinya.

Itu kan Niko! Mau ke mana dia?

Ini tidak patut dicontoh, karena rasa penasaran yang tinggi, Nirmala menjadi berani membuntuti Niko. Laki-laki itu terus berjalan memasuki sebuah gang kecil.

Niko berbelok ke arah kanan, Nirmala masih terus mengikuti dari belakang. Sampai tiba-tiba Niko berbalik. Nirmala tidak sempat bersembunyi, karena keadaan gang yang sempit, tidak ada celah untuk sembunyi.

Niko sangat terkejut melihat Nirmala sudah berdiri di hadapannya, dengan ekspresi wajah yang tidak kalah terkejut.

"Nirmala?"

Nirmala mengerjap, mencoba mengontrol dirinya seperti maling yang sudah tertangkap basah.

"Lo ngapain di sini?" tanya Niko mendekat.

Peri Kecil Nirmala (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang