27. Pernyataan

5 1 0
                                    

"Mungkin gue emang bukan laki-laki baik, tapi demi lo, gue akan berusaha jadi yang terbaik."

***

Setelah Niko kembali, Mereka berdua berjalan di halaman rumah Niko yang cukup luas dan dipenuhi dengan pepohonan yang rindang. Pembahasan dengan Dianova di dalam cukup menyita banyak waktu dan emosi, akhirnya Niko mau meminta maaf dan memaafkan semuanya. Walau masa lalu buruk, tapi masa depan harus lebih baik. Yang penting sekarang, tidak ada lagi hal yang dirahasiakan di hati Niko dan Dianova.

"Belum pernah ada yang gue izinin masuk lebih dalam tentang urusan keluarga gue," kata Niko.

Membuat Nirmala menoleh lalu menunduk. Ya, sepertinya Nirmala sudah sangat tidak sopan karena harus ikut campur dalam masalah keluarga Niko.

Niko memegang dagu Nirmala, membuatnya agar menengadah sambil menatap matanya. "Kecuali lo," kata Niko tersenyum tipis. "Makasih karena udah menyadarkan gue tentang pentingnya sebuah keluarga."

Senyuman kecil mengembang di bibir manisnya. Menatap Niko membuat hatinya menghangat sekaligus deg-degan. Tatapannya yang tajam namun teduh membuat Nirmala tertarik masuk lebih dalam lagi.

"Lo enggak malu masih deket sama gue setelah tau semua yang terjadi?" tanya Niko.

Nirmala refleks menatap Niko lebih lama, "ngapain malu? Gue bakal malu kalau lo enggak pakai baju!" kata Nirmala sambil terkekeh.

Niko hanya tersenyum, kemudian tangannya terangkat menyentuh pipi Nirmala. Membuat gadis itu langsung diam membatu dengan rona merah menyemburat di pipi.

"M-m ... kayanya gue harus pulang deh," kata Nirmala berusaha mengalihkan gejolak hatinya. "Udah sore, nanti keburu Bunda datang."

"Gue anterin," kata Niko.

"Eh, enggak usah, gue bisa minta jemput Pak Tegar."

"Gue anterin." Niko mengulang kalimatnya tadi.

"T-tapi--"

"Gue anterin, oke?" Niko memegang kedua bahu Nirmala sambil menatapnya hangat.

Akhirnya Nirmala mengangguk, menyetujui tawaran Niko untuk mengantarnya. Kalau Niko sudah mengulang perkataannya tiga kali, berarti itu sangat sungguh-sungguh dan tidak bisa ditolak.

***

Hari cukup terik. Nirmala melangkahkan kakinya menuju halte bis di depan sana setelah bel pulang berbunyi. Berjalan beriringan dengan Dara yang sibuk menyeruput jus jeruk dalam kemasan botol, dan Ranti yang ribet merapikan rambutnya yang terbang-terbang terbawa angin.

"Nirmala," suara itu membuat Nirmala menoleh. Ditha sedang berlari kecil ke arahnya.

"Boleh ngobrol sebentar?" tanyanya.

"Oh ada apa Dit?"

"Yaudah gue sama Dara duluan deh," kata Ranti pamit diikuti dengan Dara.

"Kata Tante Dian, Niko kemarin pulang," kata Ditha.

Nirmala masih diam, belum menanggapi.

"Dan katanya sama lo?" tanyanya lagi.

"Niko yang ngajak gue ke rumahnya kemarin," kata Nirmala sambil berjalan. Diikuti Ditha di sampingnya. "Gue juga enggak nyangka diajak ke sana."

"Wah hebat! Makasih ya." Ditha memegang tangan Nirmala sambil tersenyum.

"Kok makasih?"

"Waktu itu gue sempat bujuk Niko pulang juga, tapi gagal, eh malah sama lo dia mau."

Peri Kecil Nirmala (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang