20. Halte atau Parkiran?

31 7 12
                                    

"Ogah gue serius sama lo, pengennya serius sama Nirmala, biar bisa langsung dibawa ke KUA."

☆☆☆

Pertemuan dengan Dianova tadi cukup membuat Nirmala kepikiran. Tapi, lagi-lagi dia tidak mendapat jawaban sepenuhnya atas masalah ini. Dianova tidak menceritakan detailnya, yang pasti Dianova hanya bilang kalau sedang ada masalah pelik yang menimpa keluarganya, hingga Niko nekat keluar dari rumah.

"Mal," panggil Bunda yang berada di sampingnya.

Nirmala yang tadinya sedang menatap ke luar kaca mobil langsung menoleh. Perjalanan menuju rumah setelah tadi bertemu dengan Dianova.

"Coba deh kamu bujuk Niko biar pulang ke rumah, Bunda kasian liat Dianova tadi."

Nirmala juga merasa kasihan, apalagi melihat ekspresinya Dianova yang sepertinya sudah hampir putus asa. Tapi, Nirmala juga tidak yakin kalau dia akan berhasil membujuk Niko. Sebab, dia bukan orang yang berpengaruh untuk Niko. Hanya orang yang kebetulan dipertemukan oleh waktu dalam kejadian tawuran waktu itu.

"Mala coba ya Bun," kata Nirmala akhirnya.

***

Sudah berkali-kali Nirmala melirik ponselnya. Menunggu Niko menghubunginya. Enggan untuk memulai percakapan lebih dulu. Cukup sekali saja dan tidak mau mengulangi. Cewek memang selalu seperti itu kan? Harga diri lebih di atas segalanya.

Televisi yang menyala tidak sama sekali dia perhatikan. Hanya sesekali memindahkan saluran, lalu kembali mengecek ponsel.

"Lagi nonton apa Mal?" Ahza tiba-tiba datang dan langsung duduk di sebelah Nirmala.

"Sinetron," jawab Nirmala sekenanya.

"Pindahin ke acara komedi ya?" Ahza langsung mengambil alih remote lalu memindahkan salurannya.

Nirmala tidak protes dengan apa yang Ahza lakukan, karena memang dia tidak sedang memperhatikan acara di dalam televisi itu, walaupun matanya mengarah ke sana.

Ahza mengambil toples yang berisi kacang goreng, lalu memakannya. Sambil sesekali tertawa karena lawakan di televisi.

Nirmala ikut mengambil kacang yang berada di pelukan Ahza, untuk dimakannya.

"Ahza," panggil Nirmala.

"Hm?" Ahza tetap fokus pada televisi.

"Menurut Ahza, apa alasan paling kuat kalau anak sampai kabur dari rumah?"

Ahza menoleh dengan cepat, menatap Nirmala lekat. "Kamu enggak ada niatan buat kabur dari rumah kan?"

"Ck!" Nirmala memutar bola matanya. Lalu kembali bersandar pada sandaran sofa. "Ya enggak lah, ngapain coba?"

"Abis kamu yiba-tiba nanya kaya gitu."

"Ya aku kan cuma nanya."

"Emang siapa yang kabur dari rumah?"

"Yee malah balik nanya, bukannya jawab aja sih."

Ahza terkekeh. Ekspresi yang ditunjukkan Nirmala selalu membuatnya gemas. Apalagi kalau sedang kesal.

"Banyak alasan Mal, tapi yang pasti ada sesuatu yang bikin dia enggak nyaman berada di rumah."

Ya, memang iya. Tapi Nirmala ingin tau lebih jelas alasannya. Kalau banyak kemungkinan-kemungkinan, bagaimana Nirmala bisa membujuk Niko untuk pulang ke rumah? Setidaknya dia harus tau dulu masalah apa yang sedang terjadi pada Niko, barulah Nirmala bisa memberi saran yang mungkin baik.

Peri Kecil Nirmala (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang