🥀Kabur🥀

12.4K 958 62
                                    

~ Gagal itu milik semua orang. Yang membedakan adalah bagaimana tiap orang menyikapinya. Ada yang menjadikannya pelajaran banyak juga yang menjadikan penyesalan~

****
Pilihan Zahra by Galuch Fema

Atas saran sahabatnya, Zahra langsung pergi sebelum waktunya pulang. Dengan jantung yang berdebar,  ia mengintai keberadaan Rayhan dari balik jendela lantai dua. Hatinya sedikit lega karena tak mendapati mobil di depan klinik.

Zahra kemudian perlahan turun melalui tangga menuju tempat parkir. Alangkah terkejutnya ketika bertemu seseorang berdiri tegak di sana.

"E—anu, eh ...." ucap Zahra gugup karena berpapasan dengan seseorang yang selalu mengawasinya.

Orang tersebut melihat arloji di tangannya, kemudian menatap Zahra yang sudah panik karena ketahuan.

"Tumben sudah pulang, bukannya sekarang belum waktunya pulang kerja?"

"I—iya Pak. Ada acara mendadak," sahut Zahra dengan gugup.

Orang di depan Zahra mengangguk sambil berucap, "Silakan."

Perempuan yang sudah menenteng tas bernapas lega. Untung Satpam barusan tidak curiga.

Zahra berjalan cepat menuju tempat parkir sebelum satpam tadi berubah pikiran. Zahra memilih keluar dari pintu belakang karena dirasa lebih aman dibandingkan lewat depan.

Tanpa hitungan menit, perempuan yang sudah lengkap memakai jaket dan masker agar tak dikenali orang langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi agar secepatnya  sampai rumah. Untung saja jalanan tidak begitu ramai mengingat belum jam pulang kerja  sehingga ia langsung sampai rumah tanpa hambatan.

Selang beberapa menit setelah kepergian Zahra di Klinik, Rayhan memarkirkan mobilnya sengaja dekat pintu gerbang. Sehingga ketika Zahra datang, ia bisa langsung melihat perempuan yang sudah memenangkan hatinya.

Hampir satu jam Rayhan menunggu tetapi Zahra belum juga menampakkan diri. Padahal sejumlah orang yang berpakaian kerja yang seperti Zahra kenakan tadi siang, sudah banyak yang keluar dari Klinik.

Rayhan bolak balik melihat jam tangannya, ia sudah berdiri hampir satu setengah jam. Suara azan Maghrib juga sudah berkumandang. Raut mukanya sudah tampak gelisah. Laki-laki yang wajahnya sudah panik berulang kali menelepon Zahra tetapi panggilannya sama sekali tak terhubung. Akhirnya Rayhan  memberanikan diri bertanya kepada Satpam di klinik.

"Sudah pulang tadi sore. Soalnya Mbak Zahra selalu menitipkan helm kepada saya, jadi  tahu kapan waktunya mbak Zahra pulang. Tadi juga tumben  pulang lewat pintu belakang. Dia kelihatan gugup dan panik tidak seperti biasanya," jawab Pak Satpam.

Jawaban Satpam yang sangat sopan tetapi sarat maknanya sangat menusuk hati Rayhan. Laki-laki itu memilih menunduk sambil meredam rasa kecewanya.

Menyusul mengejar Zahra pun percuma karena perempuan itu sudah berada di rumah. Laki-laki itu pun memilih pergi ke suatu tempat, persis di samping klinik tempat Zahra bekerja.

Satu-satunya yang ia perlukan adalah mengadu kepada yang menciptakan hati seseorang, siapa tahu ada keajaiban setelah melakukan salat Maghrib.

Selesai salat, Rayhan mengendarai mobilnya menuju rumah seseorang. Memastikan jika semuanya baik-baik saja, siapa tahu ada alasan khusus yang menyebabkan Zahra pergi begitu saja. Hati laki-laki itu terlihat lebih tenang tak seperti tadi saat emosi sedang memuncak.

Rayhan sengaja memarkirkan mobilnya menjauh dari rumah Zahra. Dari jauh ia melihat sebuah motor yang pernah ia dorong, terparkir di halaman rumah.

Dari dalam mobil, Rayhan melihat perempuan berbalut mukena warna merah jambu yang hendak masuk ke dalam rumah Zahra.

PILIHAN ZAHRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang