🥀 Penyesalan🥀

12K 920 75
                                    

~ Yang terbaik bukanlah yang datang dengan segala kelebihannya tetapi yang bertahan dengan segala kekurangan kita ~

****
Pilihan Zahra by Galuch Fema


Mata kedua perempuan itu masih terjaga padahal raga sudah sangat lelah untuk minta istirahat. Bayang-bayang penyesalan terus menghantui dirinya. Seumur-umur baru pernah dirinya berbuat demikian kepada orang yang baru dikenalnya. Zahra lebih memilih berwudhu dan menghadap kepada Sang Khalik untuk meminta ketenangan batinnya.

Keesokan paginya, Zahra masih saja mengecek balasan pesan dari Rayhan namun hasilnya tetap sama.

"Dia benar-benar marah."

Di tempat kerja, dokumen-dokumen tentang pasien di Klinik sudah menggunung di meja kerja Zahra. Ia hanya bisa mendengus pelan sambil menikmati segelas kopi untuk membuat matanya terjaga walaupun rasa kantuk masih saja datang.

Zahra pernah menjalin hubungan dengan seseorang di masa lalunya yang sekarang menghilang entah kemana. Namun, rasa yang dirasakan dahulu tak seperti sekarang. Bila mereka mempunyai masalah, Zahra tak pernah memikirkannya setengah mati. Bisa istirahat dengan tenang, kerja juga tak terbebani seperti saat ini.

Sampai waktu istirahat, Zahra masih sibuk dengan berkas dan laptopnya. Ia tidak menyadari jika Sinta sudah duduk di kursi depan mejanya.

"Kamu tidak makan siang?" tanya Sinta penasaran. Tumben-tumbennya seorang Zahra yang selalu menantikan jam makan siang masih menetap di kursi kebesarannya.

"Makan tapi di sini saja, kerjaan masih banyak. Aku sudah pesen go food," sahut Zahra tanpa berpaling dari layar monitor.

"Seharian juga gak bakalan kelar! Paling besok selesainya."

"Tidak apa-apa. Lagian aku juga mau salat dhuhur di pojok ruangan sini saja."

"Ra, mata kamu seperti bengkak . Kamu tidak habis nangis kan?" tanya Sinta sambil memperhatikan kedua mata sahabatnya yang terlihat tak seperti biasanya.

"Gak kok. Kurang tidur saja, " jawab Zahra berbohong.

"Kamu pasti mikirin Rayhan kan?" tebak Sinta sambil tertawa cekikikan.

Zahra seketika terdiam, setelah dua jam berusaha melupakan nama itu tetapi lagi-lagi sahabatnya menyebut nama laki-laki itu.

"Benar kan apa aku bilang? Kamu sudah mulai suka sama dia kan?"

Sekarang terdengar tawa dari bibir Sinta, Untung suasana dalam kantor sedang sepi kalau tidak ia bakal dapat teguran dari teman

"Aku gak suka sama Rayhan," elak Zahra.

"Mata kamu tidak bakalan bisa bohong," kata Sinta sambil tersenyum.

"Oke deh aku tinggal ya? Kerja yang baik. Jangan mikirin Rayhan lagi. Belum tentu ia juga mikirin kamu!"

"Sip," ucap Zahra sambil mengacungkan jempol tangannya. Ia mau fokus untuk meneruskan kembali pekerjaannya.


🥀🥀🥀🥀

Apa yang diucapkan Sinta ternyata salah, Rayhan benar-benar tidak fokus dalam pekerjaannya. Rayhan benar-benar kecewa dan marah kepada orang yang dengan terang-terangan sudah membohonginya.

Zahra bukanlah siapa-siapa Rayhan tetapi entah kenapa perempuan itu selalu menyita pikiran dia, berusaha semaksimal mungkin untuk melupakannya tetapi bayangannya selalu ada dalam benak kepalanya.

Padahal Zahra semalam sudah minta maaf lewat pesan. Entah kenapa Rayhan sangat sulit untuk memaafkannya.

Ryan bingung menghadapi bos sekaligus sahabatnya. Dua hari ini selalu uring-uringan tidak jelas, bawaannya marah-marah terus. Hampir semua karyawan kena amarah.

PILIHAN ZAHRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang