" Jadi Sajid sekarang sudah bukan PNS ya? Ngeri juga ya dampak viral itu." ujar Rion setelah Dian bercerita tentang Sajid.Mereka kini baru selesai makan malam di kantin apartemen yang terletak dilantai 1 samping kolam renang. Memang sudah menjadi kebiasaan Dian menceritakan segala kejadian yang ia alami dan Rion sebagai pendengar yang baik.
" Sajid udah ada buntut dua, dan dia bilang mau jualan. Hahh jualan apaan? Si Sajid engga ada bakat dagang atuhlah! Dulu aja pernah ikutan MLM, eh demi dapat poin dan engga malu, masa dia yang beli produknya sendiri tapi ngakunya orang lain."
Rion tertawa kecil. " Ikut aku aja."
" Ikut apaan?"
" Kebetulan dirumah sakit lagi butuhin admin. Kerjanya gampang kok cuma cuma pengarsipan. Sebelum jadi PNS Sajid pernah kan kerja perusahaan perlengkapan rumah tangga sebagai admin?"
" Tapi kan Sajid waktu itu kerjanya bagian admin gudang!"
" Yah sama-sama input data."
Dian menatap Rion ragu. " Beneran bisa?"
" Coba aja."
" Emang dokter bisa masukin pegawai?"
" Setidaknya dokter bisa merekomendasiin langsung ke HRD. Nanti bilang ke Sajid, kirim email CV nya ke aku."
Dian mengangguk. " Oh iya, gue sebenarnya engga mau kepo sih.. Ini cuma tanya, itu cewe yang kamu bawa tuh siapa sih? Kok beda-beda?"
" Teman."
Dian mencibir. " Teman kok bisa masuk ke apartemen seenaknya. Engga mungkin kan kalau di dalam kalian monopoli?"
Rion tertawa. " Itu mah kalau sama kamu baru main monopoli. Memangnya kamu yakin mau dengar kalau aku ceritain detailnya?"
" Hmm kamu engga bedah mereka kan?" tanya Dian merujuk pada profesi Rion yang seorang dokter bedah.
" Enggalah!"
" Jadi?"" Kami mengobrol."
" What?? Situ buka sampingan jadi biro curhat?"
Rion mencubit pipi Dian gemas. " Yah semacam gitu."
" Heuh curhat kamu mah maksudnya curhatnya pake nafsu."
Rion tidak membalas perkataan Dian." Jadi kalau gue bawa temen cowo ke apartemen boleh?"
" Memangnya kamu punya pacar?"
" Ya engga sih."
Rion tersenyum senang dan berdiri. " Ayo kita balik ke atas."
...
" Bu Dian, ini buku pendampingnya sudah saya ganti dengan yang baru soalnya malam saya cek buku pendampingnya tersisa satu halaman." Ujar Bu Sarah, Mamanya Arin ketika Dian menjemput Arin di pent housenya .
Buku pendamping maksudnya sejenis buku tulis yang dikhususkan untuk mencatat perkembangan, PR serta apa yang dilakukan murid di kelas. Jadi semacam laporan tertulis dari guru pendamping kepada orangtua.
" Oh iya Bu."
" Beneran engga usah pakai mobil saya buat antar Arin?"
" Engga usah Bu, sekolah kan deket, jalan kaki juga cuma 10 menit."
" Yasudah kalau begitu, oh iya besok saya ikut Papanya Arin kunjungan ke London. Tapi nanti ada adik saya disini buat temenin Arin. Namanya Abimanyu. Saya kasih tahu dari sekarang, takutnya Ibu kaget pas jemput besok ada laki-laki disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ob(se)siDian
ChickLit(Cerita pindah ke dreame) Dian wanita single berusia 30 tahun yang sejak usia 5 tahun jatuh cinta dengan teman kecilnya, Orion atau biasa dipanggil Rion. setelah dewasa, tanpa sengaja kini mereka menjadi tetangga apartemen. Dian yang masih dengan c...