Tujuh Belas

2.9K 345 35
                                    


Satu hari menjelang pernikahan dirinya dengan Bagus cukup membuat Dian merasa tertekan. Keinginan mengadakan pesta meriah membuat Dian cukup lelah mengikuti keinginan keluarga Bagus, belum juga bisikan antar saudara yang cukup menyebalkan karena menganggap dirinya seperti piala bergilir membuat Dian merasa kesal.

Untunglah kedatangan Gian dan keluarganya cukup membuat hati Dian merasa ringan. Apalagi hari ini ia dan Gian tengah mengajak Adam dan Ail bermain di arena mandi bola yang terletak di salah satu mall kota Bandung 

" Gimana rasanya mau nikah besok, Dek?" tanya Gian ketika mereka tengan makan siang di foodcourt.

" Yah begitulah."

" Kusut banget sih wajahnya." ejek Gian.

" Cape."

Gian tersenyum menatap Dian yang kini tengah sibuk menyuapi Adam makan. wanita itu tahu jika Dian sedang dalam perasaan tidak baik. yah pasti menjadi beban tersediri menikah dengan kakak sepupu almarhum suaminya, terutama jika mendengar pendapat kerabat.

" Dian ya?"

Dian menoleh ke arah suara wanita yang menyapanya. Dian menatap canggung begitu menatap wanita yang ia kenal, Alma kekasih Rion.

" Hai, apa kabar?" tanya Dian.

" Baik, anak kamu?"

Dian mengangguk, diam-diam mengamati penampilan Alma yang semakin cantik dan berisi. ia membandingkan penampilan dirinya yang semakin hari malah semakin kurus dan kusut. pantas saja Rion menyukai wanita dihadapannya ini.

Alma mengelus pipi gembul Adam. " Lucu ya? kapan-kapan main ya sama anakku."

Dian mengerutkan alis. " Kamu sudah menikah?"

Alma menganggul.

" Dengan Rion?" tanya Dian spontan.

Alma menggeleng. " Suami saya bukan Rion, dia junior saya di rumah sakit."

Entah mengapa hati Dian terasa lega mendengarnya.

Alma menatap ragu Dian, menimbang-nimbang apakah bijak jika ia berbicara berdua dengan wanita ini?

" Mau duduk bareng?" tawar Gian menatap Alma yang sedari tadi berdiri dengan membawa nampan makanan.

Bukannya menjawab, Alma menatap Dian. " Bisa kita bicara berdua?"


...

Dian shock!

mendengar semua ucapan Alma membuat dirinya terkejut bahkan ia merasa bahwa ini adalah mimpi.

Setelah berbicara panjang dengan Alma, Gian menawarkan dirinya untuk menjaga Adam dan tanpa banyak pikir Dian berangkat menuju apartemen Rion.

Ia ingin bertemu sahabat yang ia cintai

yang faktanya sahabatnya itu mencintainya juga.

Dian menangis sepanjang jalan, merasakan penderitaan yang dihadapi Rion.

Dengan napas yang terengah-engah karena saking tidak sabarnya ia menggunakan tangga darurat akhirnya Dian sampai di depan unit apartemen Rion. 

 Dengan perasaan tegang Dian menekan tombol bel namun hasilnya nihil.

Pria itu sepertinya tidak ada di dalam.

Dian berlari menuju lift lalu berjalan ke arah kantin namun ia tidak menemukan Rion.

Bukankah hari sabtu biasanya pria itu menghabiskan waktu di apartemennya?

...

   " Lo ngapain kesini? mana keringetan gitu!" tanya Sajid begitu melihat Dian yang tengah berdiri di papan jadwal praktik. wanita itu terlihat berantakan dengan mata sembab dan keringat. Bukannya calon pengantin harusnya tengah perawatan ya?

Ob(se)siDianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang