Enam

3.8K 460 27
                                    


   " Ngapain kamu diluar, De? Cari tukang sayur?" tanya Gian pada adiknya yang sejak pagi buta berdiri di depan rumah. 

   Dian menghampiri Gian yang tengah menggendong Ail, putri kakaknya yang masih berusia 11 bulan. " Dede Ail udah bangun ya pagi-pagi? Rajin ponakan ateu."

   " Kamu ngapain sih dari subuh diluar?" tanya Gian lagi.

   " Cari Angin."

   "Makan dulu gih, katanya mau ke RS lagi."

   " Iya." namun Dian tetap diam dan menatap keluar.

   " Ayo De."

   Dian menghela napas lalu kembali menengok ke kiri-kanan berharap ada seseorang yang akan datang.

   " DEDE!" teriak Gian dari dalam rumah.

   Dian menghentakkan kakinya lalu masuk kedalam rumah.

...

   " Kamu balik ke Bandung kapan De?" tanya Ibu.

   " Besok Bu."

   " Kata Kakak kamu kesini sama teman. Mana temanmu?"

   " Dia nginep di Hotel."

   " Lho kenapa engga dirumah kita aja?"

   " Masa aku bawa cowo nginep di rumah Bu."

   Ibu tersenyum mendengar jawaban Gian. " Pacar?"

   " Teman Bu."

   Ibu mengelus tangan Dian. " Sebelum pulang bawa kesini ya, Ibu mau ketemu."

   Dian menatap mata Ibu lama. Lalu ia menghela napas. " Ibu.. "

   " Iya Nak?"

   " Apa yang bisa Dian lakuin biar Ibu bahagia?"

   " Ibu ingin lihat kamu menikah sebelun Ibu engga punya kesempatan. Engga perlu pesta, cukup akad saja dan Ibu menyaksikannya."

   " Kenapa Ibu mau lihat Ade nikah? 30 tahun bukan umur tua untuk menikah kan Bu?"

   Ibu mendesah. " Jika Ibu punya tubuh yang bugar dan sehat, Ibu pasti punya kesempatan untuk mendampingi kamu."

   " Ibu.."

   " Rion apa kabarnya? Ibu rindu."

   " Rion sibuk, Ibu."

   Ibu terkekeh pelan. " Kamu masih mencintai dia?"

   Dian terdiam. 

   " Mau sampai kapan kamu menunggu dia?"

   " Sampai dia sadar akan perasaannya sendiri, kalau Rion cinta aku."

   " Sadar untuk siapa? Untuk Rion apa.... Kamu?"

   Dian kehilangan kata.

   " Dalam hidup, tidak selamanya kita memilih pasangan atau kebahagiaan atas dasar cinta. Ada satu pilihan yang dinamakan komitmen. Seperti Ibu dan Ayah."

   " Ibu engga cinta Ayah?" tanya Dian kaget mengingat Ibu dan Ayahnya sejak dulu selalu harmonis.

   " Ibu menyayangi Ayah." Ibu terdiam sebentar untuk membenarkan posisinya menjadi setengah duduk. " Ibu jatuh cinta dengan teman sekelas Ibu sewaktu SMA, namanya Frederick pindahan dari Belanda."

   " Cakep?"

   Ibu mengangguk. " Dia pria paling tampan yang pernah Ibu lihat. Kulitnya putih, rambut pirang, tubuh yang tegap dan tinggi lalu dia sangat pintar menggambar."

Ob(se)siDianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang