Lima

3.9K 438 29
                                    

   " Padahal Mas engga usah ikut nemenin aku ke jogja." ucap Dian merasa tidak enak hati. 

   " Engga apa-apa kok, lagi pula Mba Siti udah pulang jadi saya engga perlu ngawasin dia seharian. Saya juga pengen makan gudeg."

   " Kan banyak yang jual gudeg di Bandung. "

   " Yah itu rasanya beda. Eh pesawatnya sebentar lagi, yuk!" ajak Abhi menarik tangan Dian, membuat gadis itu sempat kaget.
...

   " Sudah 3 hari keadaan Ibu semakin kritis sehingga harus masuk RS. Kemo yang sudah Ibu jalani pun tidak memberikan dampak yang baik. Ibu selalu mengeluh lelah namun beliau ingin lihat kamu menikah terlebih dahulu." ucap Gian dengan mata sembab.

   Gian sengaja menjemput Dian dan Abhi dari bandara. Dan kini mereka berada di kantin rumah sakit sebelum Dian menemui Ibunya.

   Gian menyeka Air matanya dan menoleh pada Abhi yang sejak tadi membuatnya penasaran siapa pria tampan yang ikut menemani adiknya. " Ini siapa?"

   " Dia mas Abhi, Om nya Arin." jawab Dian.

   Abhi tersenyum. " Saya Abhimanyu."

   " Saya Gian kakaknya Dian." balas Gian.

   Dian menghabiskan air minumnya dan mencoba menenangkan hatinya. Ia merasa kacau dan terpukul mendengar kabar Ibunya. Rasa takut menjalar dalam hatinya. Ia hanya memiliki Ibu sebagai orangtua mengingat sang Ayah sudah meninggal karena kecelakan mobil.

   " Aku mau ketemu Ibu Kak." ujar Dian lalu menatap Abhi. " Mas Abhi engga apa-apa nunggu disini? Nanti saya antar makan gudeg."

   Abhi mengangguk. " Ambil waktu kamu sebanyak mungkin. Saya akan tunggu."

   " Ayo Kak."

   " Pacar kamu?" tanya Gian begitu mereka keluar kantin.

   " Bukan cuma kenalan."

   " Baik banget beliin tiket pesawat."

   " Aku cuma pinjem uang buat kereta, eh ternyata dibeliin tiket pesawat. Habis deh gaji aku bulan depan."

   " Terus kok ikut kesini?"

   " Katanya mau makan gudeg asli sini."

   Gian terkekeh. " Transportasi mahal-mahal cuma buat gudeg? Kebanyakan uang ya?"

   Dian hanya mengangkat bahu. Membuat Gian gemas terhadap adiknya yang super tidak peka.

   " Lalu Rion, gimana kabarnya?"
  " Sibuk sama cewe dada tumpah." ketus Dian.

   " Dia masih ya kayak gitu?"

   " Pusing aku kak, kapan dia sadarnya kalau dia suka aku."

   " Move on aja. Waktu itu berputar maju, kamu kalau engga ada tindakan apa-apa ya engga akan mempengaruhi hidup kamu."

   " Aku masih mau nunggu dia kok."

   " Kalau dia tiba-tiba kasih undangan nikah gimana? Kamu mau nunggu dia jadi duda?

   "...."

   Dian dan Gian berdiri tepat di depan kamar Ibu. Gian menatap adiknya sebentar dan memeluk Dian dengan erat.

   Adik satu-satunya yang begitu polos akan cinta. Padahal banyak cinta untuknya namun ia selalu menutup mata dan memilih menjangkau langit.

   Termasuk ada cinta tulus dari satu pria yang rela menemani adiknya untuk sampai kesini.

Ob(se)siDianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang