BAGIAN EMPAT

209 22 1
                                    

Kini Kiran telah siap untuk datang ke party sepupu sikembar. Dia menggunakan dres berwarna biru laut selutut tanpa lengan, rambut cokelatnya di biarkan terurai, polesan bedak dan liplos tipis yang menghiasi wajahnya dan sepasang haihils yang berwarna senada dengan dresnya serta tas selempang sebagai pelengkapnya.

Kini jam telah menunjukkan jam 7 lewat 15 menit yang menandakan 15 menit lagi party akan di mulai. Kini Kiran bergegas agar tidak telat datang ke acara tersebut. Kiran datang tidak sendirian, karena dia mengajak Adnan untuk menemaninya, dan kini Adnan telah menunggu di Ruang tamu di temani Ayah dan Bundanya.

"Ayah, Bunda Kita berangkat duluya" pamit Kiran seraya mencium kedua punggung tangan kedua orang tuanya.

"Iya, hati-hati".

"Kami pamit om, tante" Adnan terut mencium kedua punggung tangan orang tua Kiran.

"Jangan pulang terlalu malam" pesan Ando yang tidak lain Ayah Kiran.

"Iya om".
"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Di perjalanan, Ando tak henti hentinya meraba dadanya yang tidak berhenti berdebar dengan kencang melihat penampilan Kiran yang dapat di katakan mendekati sempurna ini. Jujur sudah sedari tadi Adnan ingin memuji Kiran, tapi entah mengapa lidahnya keluh untukaku melontarkan pujian tersebut.

"Nan, gimana sekolah aku bagus kan?".

Adnan menghelaan nafas lega lega karena sudah sedari tadi dia ingin memecah keheningan tapi tidak memiliki bahan yang pas dan pada akhirnya Kiran yang memulainya.

"Bagus kok, bedanya sama sekolah aku yang dulu itu cuman bangunan sama seragamnya doang tapi kalau soal fasilitas semua sama aja, lengkap dan memadai".

"Iyalah sekolah aku gitu" ucap Kiran membangga-banggakan sekolahnya seraya menepuk-nepuk dadanya pelan.

"Sok-sokan kamu, terus siapa tuh yang dulu yang nangis-nangis cuman karena enggak lulus di sekolah aku yang dulu?". Adnan ingat, dulu waktu dia dan Kiran mendaftar di SMA merah putih Kiran tidak lulus dan akhirnya Kiran mengis seharian di kamarnya dan mogok makan. Mengingat itu, membuat Adnan terkekeh sendiri.

"Ihhhh jangan di ingetin, malu tauu" rengek Kiran seraya menutup wajahnya menggunakan tangan.

"Iya, iya maaf enggak lagi".

Setelahnya perjalanan di isi dengan keheningan. Setelah sepuluh menit, akhirnya mereka sampai di sehuah hotel mewah yang telah di dekorasi agar terlihat lebih mewah.

Adnan dan Kiran masuk dengan Adnan yang menggandeng tangan Kiran. Mereka berdua memang sering datang ke party bersama-sama, alasanynya karena setiap kiran di undang oleh temannya untuk datang ke acara ulang tahun atau party, Kiran tidak akan diperbolehkan oleh kedua orang tuanya bila pergi sendirian dan pada akhirnya dia akan mengajak Adnan agar orang tuanya mengizinkannya pergi. Sedangkan  Adnan sendiri, tidak perna ingin keluar ke acara party bila Kiran tidak ikut, jadilah disetiap ada acara berkumpul, Adnan dan Kiran pasti akan selalu bersama. Tak jarang orang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, padahal bukan.

"Kiran akhirnya kamu datang juga, kita kira kamu enggak bakalan datang" Aca dan Oca yang terlebih dahulu melihat Kiran, akhirnya mereka menghampirinya.

"Iya baru aja aku datang"

"Eh ada Oppa Adnan juga, kesana yuk Nan. Ran aku pinjam Adnan ya" tanpa menunggu jawaban Kiran, Oca suda lebih dulu menarik lebih tepatnya menyeret Adnan entah kemana. Kiran dan Aca tau bahwa Oca suka pada Adnan, jadi biarlah Oca berjuang untuk memengangkan hati Adnan walaupun mereka tahu bahwa Adnan sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap Oca dan oca tahu itu. Tapi Oca tetaplah Oca yang keras kepala dan pantang menyerh dalam meluluhkan hati pujaannya, Oca selalu menyemangati dirinya sediri dengan pepatah lama yaitu
'Hasil takan perna mengkhianati usaha'. Benar, disetiap usaha yang besar maka usaha tersebut akan berbuah manis.

*****

"Karan sampai kapan kamu akan melarikan diri terus" tanya seorang pria paruh baya yang terlihat sangat dermawan dan tampan di usianya yang suada tidak mudah lagi.

"Sampai Ayah memberiku kebebasan, tanpa adanya bodygart yang selalu mengintiliku kemana-mana" jawab Karan seraya menatap  tajam mata sang ayah tanpa rasa takut.

"Bagai man bisa ayah membebaskanmu dari para bodygart ayah di saat seluruh musuh ayah mengincar kamu" tidak ada seorangpun ayah di dunia ini yang ingin anaknya di sakiti, apa lagi kini musuh-musuhnya yang semakin banyak karena dia selalu menang tender dan mereka tidak menerimanya.

"Tapi saya sudah besar, apa kata teman-teman Karan nanti kalau para bodygart itu selalu mengintiliku".

Karena tidak ingin membuat suasana hatinya yang rusak semakin rusak, akhirnya Karan memilih untuk pergi tanpa memperdulu panggilan dari ayahnya.

Setelah sampai di lantai dasar tempat party yang di adakan Aldo sepupunya, Kiran berjalan dengan mengacak rambutnya menuju kursi yang berada di pojok ruangan.

Di dekat stand minuman, Karan dapat melihat Aca yang sedang asik ngobrol dengan seorang perempuan yang pastinya bukan Oca, karena rambut Oca berwarna hitam pekat, sedangkan perempuang yang sedang bersama Aca memiliki rambut yang berwarna coklat. Karan merasa pernah melihat gadis tersebut, tapi tidak tahu dimana dan saat ini yang di lihatnya hanya punggunggnya saja.

Disaat Karan tengah memperhatikan gadis tersebut sambil mengingat dimana dia perna melihatnya, tiba tiba gadis tersebut berbalik dan akhirnya matanya mereka saling bertemu.

Mata gadis tersebut membulat melihat Karan, dengan cepat Karan langsung...




Tbc.

Maaf ya readers, kegantung tapi coba kalian tebak, kira-kira siapa gadis yang dilihat Karan.

Karan&KiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang