BAB 8

45 14 7
                                    


Banyak Typo Maklumi..!!

Mau kemana San?

~Raya~

Hijrah ke hati lo.

~Sandi~

🌵🌵🌵

Raya memejamkan mata sembari mendengarkan alunan musik menggunakan earphone di telinganya, musik yang sangat tenang kepalanya ikut mengangguk-angguk menyesuaikan birama yang di lantunkan oleh musik. Kedua kakinya ia taruh selojorkan di meja kecil. Tiba-tiba bi Yuli pembantu Raya mengejutkan Raya dengan adanya seorang tamu yang sudah siap di bawah.

"Maaf, non" ucapan Bi Yuli membuat Raya membuka mata reflexs dan menoleh. "Ada apa Bi?" tanya Raya.

"Itu non, sudah ditunggu temen di bawah. Katanya sih ada janji sama non." kata Bi Yuli antusias. "Yasudah non, saya ke dalam dulu ya."

Raya mengangguk. Pikirannya kembali melintas dan menebak dengan siapa dia akan janjian, Raya juga tidak memiliki janji dengan siapapun. Raya berjalan menuju jendela yang ada di lantai atas, dia membuka gorden warna hijau yang menempel disana, Raya mencoba mengedarkan mata dan mengabsen semua yang ada dibawah. Tidak ditemukan apapun di sana, tetapi ketika Raya menoleh ke arah kiri jendela, ada Sandi di samping deretan pot bunga yang diletakkan disitu. Pertanyaan dalam benak Raya 'Mengapa dia tidak masuk'  Raya menutup kembali tirai gorden lalu segera lari ke kamar untuk mengganti baju yang lumayan rapi dan bagus.

Raya membuka knop pintu rumah dan terlihat Sandi sedang bersender di tembok bagian samping, Sandi tersenyum ketika Raya hendak menuju arahnya. "Lo sudah siap Ray?" tanya Sandi, sedikit membuat dahi Raya berkerut, dengan tiba-tiba Sandi mengajak Raya padahal sebelumnya dia tidak memiliki janji.

"Mau kemana, San?"

"Hijrah ke hati lo!" cengir Sandi.

Cowok itu terlihat sangat keren sekali. Dia menggunakan kaos warna hitam dan dilapisi oleh jaket berwarna hitam pula tidak lupa celana emas ke coklatan berdomisil di sana, Raya ingat. Dia lupa akan jaket warna coklat Sandi yang belum dikembalikan. "Bisa aja lo, San. Oh ya jaket coklat lo! Hampir lupa." ucap Raya masuk ke dalam rumah untuk mengangambil jaket yang sudah di cuci beberapa hari yang lalu.

Dua menit Raya keluar kembali membawa jaket yang terselampir di tangan kanan. "Nih, jaket lo. Makasih ya.." Raya menyodororkan jaket dan Sandi mengambil dengan senyuman sungging. "Gue aja santai loh Ray, nggak terlalu mempersoalkan jaket." jawab Sandi enteng.

Raya menggaruk kepala padahal tidak merasa gatal sedikitpun "Eemm, ya enggak enak aja gitu kalo nggak di balikin. Lo mau ngajak gue kemana? Lo kan belum ngajak janjian?"

Mata Sandi membalak. "Siapa bilang belum janjian." kedua tangan Sandi ia masukkan dalam saku celana. "Sebagai cowok gentle gue udah minta ijin duluan ke Bunda lo. Gue kan cowok keren yang tidak suka membawa anak orang sebelum ijin."

Raya mengangguk-angguk dan memajukan bibirnya mengucap kata 'oh'. "Yuk!" ajak Sandi langsung menarik pergelangan tangan Raya.

Raya menaiki belakang motor Sandi untuk ke sebuah bazar yang diadakan di lapangan dekat dengan cafe Star, cafe tongrongan Sandi dan lainnya. Sandi melihat bazar nanti tidak hanya dengan Raya tetapi ada juga Yayat dan Fira disana. Raya diam diam memegang jaket Sandi karena dia takut jatu, Sandi terlalu cepat dalam mengemudi motornya.

"Kemarin gue mimpi serem, Ray!" kata Sandi membuka obrolan disela perjalanan.

Raya melihat punggung belakang Sandi sambil mengerutkan dahi. "Mimpi serem apa, San?"

FIRST LOVE #fennystory'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang