"kalian seharusnya tidak perlu bercerai." Entah itu suatu ucapan ketulusan atau kebohongan yang baru saja Diandra lontarkan, namun Airin sama sekali tidak perduli baginya itu hanyalah ucapan basa basi sebagai cara untuk kedua nya bisa berteman dengan baik.
"Tidak ada wanita yang rela berbagi suami, termasuk aku bahkan juga kamu," ucap Airin santai, bukan karena Airin tidak terluka hanya saja ia sedang berusaha menyembuhkan luka yang kian hari kian membaik.
"aku sadar, aku bukan lah wanita yang cukup ikhlas untuk dimadu".
Tatapan Diandra pun berubah sendu seketika saat mendengar ucapan Airin
"Maaf...." Gumam Diandra dengan tatapan yang tidak terlepas dari Airin.
Senyum tulus pun terlukis di bibir Airin ketika iya mendengar ucapan Diandra
"sudah aku maafkan."
Rasa bersalah pun kian merasuki relung jiwa Diandra ketika melihat betapa baiknya wanita yang berada di hadapannya itu.
"Aku hanya membutuhkan ayah untuk anak-anakku rin, aku ingin kedua anakku merasakan kasih sayang seorang ayah yang tidak mereka dapatkan dari ayah kandungnya sendiri"
Sekali lagi jika saja permasalah rumah tangganya bukan bermuara dari wanita yang berada di hadapannya ini mungkin Airin akan sangat iba kepadanya.
"Ya aku tahu, mungkin anak-anakmu lebih membutuhkan kasih sayang itu dari pada kelima anakku"
Airin pun hanya tersenyum getir saat mengucapkan kalimat itu, bukan karena kalimatnya tapi lebih kepada ia mengingat anak-anaknya yang kelak akan tumbuh dalam keluarga yang tak sempurna.
"Jangan berpisah dengan mas Barry rin, demi anak-anak kalian"
"Sulit untuk kami memutuskan tetap bersama, segala rasa sudah berubah dan tidak pada tempatnya lagi. Percayalah aku dan kelima anakku bukan manusia yang lemah dengan menyerah pada keadaan, kami bisa bahagia tanpa Barry", tanpa berniat lebih lama lagi bersama Diandra, Airin pun memilih beranjak dari kursinya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.
Namun sebelum Airin benar-benar beranjak dari tempat itu ia pun kembali berbicara pada Diandra " perlu kamu tahu, surat gugatan cerai itu sudah ada di tanganku tiga hari yang lalu dan sudah aku tandatangani pula, pengacara Barry sendiri yang langsung memberikannya kepada ku.
Aku harap kamu mau datang ke sidang perceraian perdana kami besok. Datanglah sebagai saksi kehancuran rumah tangga kami."Diandra pun tertegun dengan ucapan yang baru saja Airin lontarkan kepadanya, pandangannya pun tak lepas dari sosok Airin yang melenggang pergi meninggalkan tempat pertemuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
instorten
RomanceIni kisah tentang Airin dan Barry,tentang waktu yang bukanlah jaminan untuk keduanya tetap abadi bersama. "Satu hal yang aku syukuri untuk saat ini adalah kamu tidak mengambil nyawaku mas, sebagai mana ayah meregang nyawa ibu ku dulu. Karena jika it...