Bab 4

25 2 0
                                    

"Berhenti merasa sungkan, dan mulai repotin aku, supaya aku tau seberapa bergunanya aku buat kamu"
                          
                            °°°°°°°°°°°

Barry pun menepati janjinya yang mengatakan akan mengantar jemput Airin ke sekolah,dan sudah  dua minggu berlalu Barry sudah mulai terbiasa dengan rutinitas baru di pagi harinya itu.

Sebetulnya Airin merasa sungkan dan tak enak hati, terlebih Airin tahu bahwa hampir setiap hari Barry selalu di antar jemput oleh papahnya. Tapi kini Barry harus pulang pergi menggunakan sepeda setiap hari ke sekolah ditambah dengan harus membawa beban badan Airin yang walaupun terlihat kurus tapi tetap saja terasa berat jika harus memboncengnya ke sekolah yang jaraknya tidak dekat dari rumah Airin.

Seperti biasanya setiap pukul enam pagi Barry sudah berada di depan rumah Airin,dan semenjak Barry selalu menjemputnya mau tidak mau Airin harus membiasakan diri untuk bangun jauh lebih pagi dari biasanya jika tidak ingin membuat Barry menunggunya karena belum bersiap saat Barry tiba.

"Sudah siap berangkat?" Itulah pertanyaan yang akan Barry lontarkan jika keduanya hendak berangkat ke sekolah, seperti yang dilakukannya pagi ini.

Airin pun menganggukan kepalanya seraya tersenyum sebagai jawaban,lantas ia pun naik ke bagian belakang sepeda Barry dengan posisi berdiri dan menjadikan pundak Barry sebagai pegangan nya.

"Let's go...." Teriak Airin penuh semangat.

Barry pun mulai mengayuh sepedanya membelah jalanan pagi yang belum terlalu ramai dilintasi kendaraan.

Sesekali Airin membentangkan tangannya sambil menghirup dalam-dalam udara pagi yang terasa begitu menyegarkan paru-parunya.

"Barry seharusnya ngga perlu jemput Airin setiap hari kaya gini, memangnya Barry ngga capek apa?" Tanya Airin dengan nada sarat akan ketidak enakan pasalnya ia melihat keringat yang mulai menetes dipelipis Barry.

Barry pun menghembuskan nafas pelan sesaat setelah mendengar pertanyaan yang Airin lontarkan dan terasa  mulai bosan ia dengar.

"Stop rin, jangan ngulangin pertanyaan yang sama untuk yang keseratus kalinya semenjak aku mulai antar jemput kamu. Kalau aku menikmati semua ini kenapa kamu harus sungkan. Lagi pula, aku ikhlas buat bantu kamu kok rin"

"Tapi Airin selalu ngerasa nggak enak Barry" ucap Airin berupa gumaman.

"Kamu tuh banyak nggak enak nya rin, coba deh sesekali ngga usah ngeribetin hal-hal yang ngga perlu. Jangan terlalu diambil pusing, terima aja. Apa lagi bantuan dari orang lain"

"Yah tapi kan..."

Belum sempat Airin menyelesaikan ucapannya, Barry sudah terlebih dahulu memotong perkataan Airin dengan tegasnya
"Berhenti merasa sungkan, dan mulai repotin aku. Supaya aku tau seberapa bergunanya aku buat kamu"

Airin pun tertegun mendengar ucapan yang baru saja Barry lontarkan,bukan karena tersanjung melainkan karena Airin merasa heran dengan sikap Barry yang aneh, aneh karena ingin direpotkan orang lain disaat hampir semua orang menghidari hal itu termasuk Airin.

Airin benar-benar bersyukur bisa mengenal  Barry dan berteman baik dengan anak itu, Barry benar-benar teman yang baik dan ia tak pernah ragu untuk menolong Airin jika sedang dalam keadaan sulit.

Di mata Airin sosok Barry adalah temannya yang paling tulus untuk saat ini, tak pernah meminta imbalan atau bahkan mengungkit hal-hal kebaikan yang pernah diberikan padanya.

"Barry baik banget, Airin jadi tersanjung" Ucap Airin secara spontan dengan gaya polosnya dan tentu saja hal itu berhasil membuat Barry tertawa dibuatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

instortenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang