"Ibu, sepeda Airin hilang!" Teriak Airin panik saat ia tidak menemukan sepedanya yang biasa ia simpan di halaman rumah, lalu ia menghampiri ibunya yang sedang mencuci piring di dapur berharap ibunya meletakan sepeda Airin di tempat lain.
"Ibu lihat sepeda Airin ngga?" Tanya Airin memastikan,lalu dilihatnya ibu masih sibuk dengan piring-piring kotor bekas sarapan tadi "Ibu dengerin Airin,Ibu simpen dimana sepeda Airin,Airin ada ulangan IPA hari ini pelajaran pertama pula, Airin ngga boleh telat kalau mau ikut ulangan."
Mendengar kepanikan Airin,Ibu pun langsung menghentikan pekerjaannya lantas berbalik ke arah dimana Airin berdiri sambil merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan uang lembaran sepuluh ribu dan memberikannya kepada Airin."Maafkan ibu ya nak, sepeda itu di bawa Ayah tadi malam karena ibu tidak memberikan uang. Tapi Ibu janji,nanti kalau ibu ada rezeki ibu pasti belikan kamu sepeda yang baru, untuk sementara kamu bisa kan naik angkutan umum ke sekolah?"
Sesaat setelah mendengar ucapan Ibunya, Airin pun menghembuskan nafas berat. Manusiawi sebetulnya jika saat ini Airin begitu kecewa dan ingin sekali marah terlebih itu adalah sepeda hasil jerih payahnya mengumpulkan uang jajan dan bekerja sampingan saat libur sekolah. Tapi tidak mungkin untuk Airin meluapkan kemarahannya pada Ibunya yang tidak bersalah.
"Ngga papa Bu, tapi Ayah ngga pukul ibu lagi kan?" Tanya Airin khawatir
Ibunya pun lantas tersenyum seraya membelai pipi Airin
"Ibu ngga papa rin, ya sudah kamu berangkat gih nanti kamu telat"
"Iya Bu, Airin berangkat dulu yah. Jaga diri baik-baik di rumah, Airin sayang ibu"
Pamit Airin seraya mencium tangan ibunya.
***
Butuh perjuangan yang cukup keras untuk Airin bisa sampai di sekolah tepat waktu pagi ini, pertama ia harus menunggu angkutan umum yang melintas di gang rumahnya cukup lama karena memang angkutan umum yang menuju arah sekolah Airin terhitung jarang,kedua setelah ia berada dalam angkot Airin harus bersabar karena
Angkot yang ditumpanginya beberapa kali berhenti untuk menunggu penumpang yang mau menaiki angkot tersebut. Kalau saja hari ini tidak ada ulangan IPA mungkin Airin akan lebih bersabar menunggu angkot itu dipenuhi penumpang sehingga ia tak perlu turun dari angkot dan berlari sampai sekolah seperti ini, namun pagi ini Airin benar-benar tidak boleh terlambat ia harus memilih berlari dari pada menunggu hingga supir angkot mau menjalankan mobilnya.Dan disinilah Airin, di koridor sekolah dengan keringat yang tak hentinya bercucuran dari pelipis juga lehernya. Bel tanda masuk sudah berbunyi sejumlah siswa mulai memasuki kelasnya masing-masing namun Airin masih bediam diri mengatur nafasnya, lagi pula masih ada waktu sepuluh menit sebelum Bu Metha guru mata pelajaran IPA masuk ke dalam kelas dan memulai ulangannya.
Setelah koridor sekolah perlahan-lahan mulai sepi, barulah Airin berjalan dengan gontai menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
Suasana di dalam kelas cukup tenang saat Airin masuk kedalam karena hampir seluruh penghuni kelas sedang berkutat mengulang pelajaran dengan buku tulis juga buku paket mereka. Airin pun segera melangkah kan kaki menuju bangkunya dimana sudah ada Barry disana.
" Barry ngga baca buku juga kaya yang lain?"tanya Airin saat mendapati Barry sedang asyik membaca komik detektif Conan nya. Lantas ia pun mengambil tempat duduk di sebelah Barry.
"Kamu ngga lihat, aku juga lagi baca buku rin" jawab Barry acuh, tanpa mengalihkan pandangan dari komiknya
Airin pun mendengus kesal "bukan buku komik maksud Airin,tapi buku pelajaran IPA kaya yang temen-temen lagi baca"
"Udah ko, aku udah khatamin buku pelajaran nya dua kali sebelum mereka semua juga ikut baca buku pelajaran" ucap Barry santai, dan lagi-lagi ia tak mau repot mengalihkan pandangannya dari komik yang sedang ia baca "yang perlu ditanya itu sebetulnya kamu rin, kamu udah belajar belum buat ulangan hari ini?"
"Udah dong, Airin juga udah khatamin buku paket IPA nya semalam" jawab Airin dengan penuh percaya diri seraya menatap Barry dengan intens
Mendengar ucapan Airin yang terdengar begitu yakin, Barry pun lantas mengalihkan pandangannya dari komik yang sedang ia baca dan membalas tatapan Airin
"Benar kah?" Tanya Barry mengejek.
Tentu saja Barry sudah cukup paham tentang Airin sejauh ini, Airin bukanlah murid yang pandai tapi tidak terbilang bodoh juga hanya saja karena kemalasannya yang begitu akut tak jarang ia mendapat nilai yang buruk. Dan Barry yakin seratus persen kalau Airin tidak mempersiapkan diri sama sekali untuk ulangan hari ini.
"Iya dong, Airin sekarang mau jadi anak yang rajin ngga mau males lagi"
Barry pun menganggukan kepalanya setelah mendengar jawaban Airin, namun bukan Barry namanya jika percaya begitu saja pada Airin,kata-kata anak perempuan satu ini memang perlu dibuktikan. Airin termasuk orang yang pandai untuk bersandiwara dan tentu saja Barry tahu itu.
"Masih ada waktu dua menit lagi sebelum Bu Metha masuk kelas, aku pengen kamu jawab pertanyaan aku"
"Oke, apa pertanyaannya?"
"Difusi oksigen pada saluran pernapasan terjadi di?"
Seketika saja raut muka Airin berubah menjadi tegang saat mendengar pertanyaan Barry, terlebih saat Airin melihat raut muka serius pada Barry saat dia bertanya, namun sebisa mungkin ia mencoba untuk bersikap biasa saja.
Melihat perubahan sikap Airin, Barry pun lantas tersenyum penuh arti
"Kamu ngga belajar kan? Materi yang baru aku tanyain ke kamu itu ada di bab 2 awal tentang pernapasan, kalau kamu baca pasti tau jawabannya"Seharusnya Airin tahu kalau Barry akan tahu tentang kebohongannya, tapi lagi-lagi Airin berbohong kepada Barry dan itu sedikit membuat Airin malu.
"Iya Airin ngaku deh, semalam Airin ngga belajar dan hari sebelumnya pun Airin ngga belajar" ucap Airin yang diakhiri dengan senyuman tidak berdosanya
"Terus gimana caranya....."
Belum sempat Barry menyelesaikan kalimatnya, suara khas ibu Metha sudah terdengar di seluruh penjuru kelas membuat semua pandangan murid fokus ke depan termasuk Airin dan Barry
"Selamat pagi anak-anak, sekarang kumpulkan buku tulis dan buku paket IPA kalian di depan, kita mulai ulangan hari ini"
Tak ada yang berniat membantah seluruh penghuni kelas pun menuruti perintah Ibu Metha. Debaran dalam dada Airin pun perlahan mulai berdetak lebih kencang, dan Airin benar-benar merutuki dirinya sendiri yang tidak sempat belajar. Dengan sangat pasrah ia pun ikut mengumpulkan buku di depan seperti halnya teman-teman nya.
Kertas ulangan pun mulai dibagikan oleh ibu Metha, dan tak lama setelah itu semua murid terlihat mulai mengerjakan soal ulangan menjadikan Susana kelas semakin hening hanya terdengar bunyi detakan jam dinding.
Sama seperti halnya teman-temannya yang lain Airin pun mencoba untuk fokus dengan soal ulangan kali ini. Beberapa kali ia membolak-balik kertas ulangan demi mencari soal yang lebih mudah untuk ia jawab.
Di tengah kesibukannya membolak-balik kertas ulangan, sebuah sikutan pun mendarat di lengannya dengan lembut. Airin pun mendengus kesal dan tak berniat sama sekali untuk menoleh ke arah orang yang menyikutnya, Airin tau siapa pelakunya dan ia sedang tak ingin diganggu sampai akhirnya ia mendapati suara yang begitu familiar berbisik dengan lembut di telinganya
"Ulangan kali ini kamu dapat nilai 70, aku janji kasih kamu hadiah yang paling manis"
Mendengar ucapan itu, Airin pun menoleh ke arah Barry yang sedang tersenyum begitu manis sambil mengerjakan soal di kertas ulangannya dan tentu saja hal itu sukses membuat Airin kesal kepada Barry.
"Huh dasar Barry ngeselin."
KAMU SEDANG MEMBACA
instorten
RomanceIni kisah tentang Airin dan Barry,tentang waktu yang bukanlah jaminan untuk keduanya tetap abadi bersama. "Satu hal yang aku syukuri untuk saat ini adalah kamu tidak mengambil nyawaku mas, sebagai mana ayah meregang nyawa ibu ku dulu. Karena jika it...