Bab 3

25 4 2
                                    

Keesokan harinya Airin sedikit kecewa karena nilai ulangannya yang jauh dari kata memuaskan, terlebih Barry batal memberikannya hadiah ditambah dengan wejangan yang pria itu berikan padanya tanpa henti saat ia mengetahui hasil nilai ulangan Airin.

"Jangan terlalu males rin, coba deh kamu sekali aja perduli ketika ada ulangan harian. Rajin-rajin ngulang pelajaran, banyakin baca buku jangan ikut remedial terus, remedial tuh buang-buang waktu kamu aja rin."

Airin pun mencabikan bibirnya sebal sebagai tanggapan dari wejangan yang di berikan Barry padanya

"Kalau aku ngomong itu di dengerin baik-baik Airin, kamu mau nilai ulangan kamu empat terus?" Tanya Barry geram

"Iya Airin dengerin, dan Airin juga ngga mau kok nilai ulangan Airin dibawah angka enam"

"Ya udah makanya belajar jangan males buka buku kalau di rumah" omel Barry yang terdengar sarat akan kegeraman.

"Iya Barry"

Sadar akan sikap Barry yang terlihat geram padanya Airin pun memilih untuk mengalah saja, jika Airin menuruti nasehat Barry pun tidak ada salahnya toh ini demi kebaikan dirinya sendiri.

                               ***

"Sepeda kamu kemana rin?"Tanya Barry saat keduanya hendak berjalan keluar kelas karena waktu pulang sekolah sudah tiba.

Bukannya menjawab pertanyaan Barry, Airin malah fokus berjalan menerobos kerumunan siswa yang sama-sama berjalan di lorong kelas lantai dua dengan Barry yang setia mengekorinya

"Airin jawab pertanyaan aku" protes Barry geram, namun Airin tampaknya masih mengabaikan Barry dan terus berjalan. Hingga akhirnya ketika mereka sampai di pinggir lapangan basket Barry pun mencekal pergelangan tangan Airin membuat Airin terpaksa menghentikan langkahnya

"Sepeda aku rusak" ucap Airin seraya membalikan badannya menghadap Barry

"Jangan bohong rin" selidik Barry

"Airin ngga bohong" ucap Airin meyakinkan Barry dengan ekspresi yang ia buat sesantai mungkin, walaupun sebetulnya Airin benar-benar takut Barry mengetahui kebohongannya.

Namun Airinpun menghembuskan  nafas lega saat perlahan-lahan Barry melepaskan tangan Airin yang sempat ia cekal tadi

"Kenapa kamu ngga cerita sama aku?"

"Gimana Airin mau cerita kalau dari tadi Barry ngomelin Airin terus" jawab Airin dengan nada merajuk yang dibuat-buat seraya mencabikan bibirnya, sehingga membuat Barry gemas melihatnya lantas ia pun mencubit pipi kanan Airin cukup keras lalu melepaskannya saat Airin mengeluh kesakitan

"Barry jangan dicubit, pipi Airin sakit" protes airin seraya mengelus pipi yang baru saja lepas dari keusilan tangan Barry hingga meninggalkan bekas merah pada pipi putihnya.

Barry pun lantas tertawa melihatnya
"Maaf deh, lagi pula siapa yang suruh kamu dapet nilai jelek. Aku ngga bakal ngomel kaya tadi kalau nialai ulangan kamu ngga sejelek itu,"ujarnya membela diri "jadi kamu pulang pergi ke sekolah naik apa Rin?"

"Naik angkot"

"Besok aku jemput kamu pake sepeda, tapi jam enam pagi harus udah siap"

Mata Airin pun seketika terbelalak lebar, bukan karena mendengar ucapan Barry yang akan "menjemput" nya tapi lebih kepada perkataan Barry yang mengharuskan ia sudah bersiap pukul enam pagi pasalnya Airin termasuk tipe orang yang selalu tidur selepas shalat subuh dan bangun pada jam enam kurang sepuluh. Tentu saja secara otomatis dia tidak yakin sudah siapa pada pukul enam pagi dan itu masih terlalu pagi untuknya.

"Airin naik angkot aja" tolak Airin secara tidak langsung.

Seakan tau alasan dibalik penolakan Airin, Barry pun lantas berdecak seraya berkata
"Ck,jangan malas bangun pagi rin. Nanti kamu kalah pintar dengan ayam"

Airin pun lantas memukul lengan Barry cukup keras seraya mengerucutkan bibirnya karena ia tidak terima jika harus disamakan dengan ayam, melihat tingkah laku Airin lagi-lagi membuat Barry tertawa

"Barry nyebelin" gerutu Airin ketika melihat Barry masih tertawa

Dan seketika saja Barry pun mengganti  tawanya dengan senyuman, ia tak mau membuat Airin kesal padanya. Lalu ia pun meminta maaf pada Airin sambil mengacak rambut wanita itu.

Ditatapnya wajah Airin yang masih terlihat kesal padanya namun kali ini Barry lebih memilih mendiamkannya dan kembali untuk berbicara serius dengan Airin

"Berhemat rin, selepas SMP ini kamu mesti masuk SMA dan kamu tau biaya nya cukup mahal. Jadi uangnya kamu tabung aja" nasihat Barry.

Sepertinya kekesalan Airin pun sudah mereda terbukti dengan sikapnya yang mau menanggapi ucapan Barry
"Airin tau kok, makanya setiap libur sekolah Airin pakai waktu Airin  untuk kerja serabutan"

Barry pun tampak menghembuskan nafas pelan "uang tabungan kamu ngga akan cepat terkumpul jika hanya mengandalkan uang kerja serabutan, makanya tabung uang jajan yang dikasih ibu sehari-hari dan besok aku tetep bakal jemput kamu. Aku ngga terima penolakan." 

Mendengar ucapan Barry yang terdengar memaksanya membuat Airin secara sepontan menghentakkan kakinya terlebih saat ia melihat Barry melenggang begitu saja meninggalkan dirinya yang masih terpaku ditempat.

"Ish Barry nyebelin, Barry pemaksa" teriak Airin kesal kearah dimana Barry berjalan semakin menjauh, ia tak perduli sama sekali dengan tatapan heran beberapa siswa yang masih berada di sekitar sekolah yang mendengar teriakannya. Ia begitu kesal dengan tingkah Barry yang terkadang bersikap seenaknya tapi anehnya ia selalu menurutinya.

Dan tampaknya Barry sama sekali tak menghiraukan ucapannya, saat Airin melihat Barry berjalan dengan santai semakin menjauh hingga menghilang dari pandangan nya.

instortenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang