Hai, tinggalkan vote sama komentar kalian kalau suka sama cerita ini ya
Harap dimaklumi jika masih banyak typo-typo yang bertebaran wkwk
Alangkah baiknya jika yang baca bantuin buat perbaiki tulisan gue
Oke!! Happy Reading!!
Diantara hal yang paling menyakitkan adalah bahwa teman yang kamu kira sangat dekat selama ini tega memfitnahmu.
***
Ameera mengintip melalui celah pintu. Ia melihat Pak Imam duduk membelakanginya dengan di hadapannya seorang wanita dewasa yang Ameera tahu adalah Tante Riana. Ia juga melihat putrinya Dian yang pipinya memar duduk di samping wanita itu.
Ini akan menjadi hari yang melelahkan untuknya. Lagi-lagi ada orang tua siswa yang datang ke sekolah gara-gara anaknya tak sengaja ia pukul. Ameera hanya berharap nanti Duta juga tidak mengadu dan mendatangkan orang tuanya ke sekolah.
Setelah memejamkan mata selama lima detik diakhiri dengan menghela napas Ameera memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruang BK bercat hijau biru ini.
"Permisi."
"Ayo, Ameera masuk." Pak Imam tersenyum lembut dibalas olehnya dengan senyum canggung, malah terlihat seperti ringisan.
"Jadi ini yang namanya Ameera!!" Riana langsung berdiri begitu Ameera masuk.
Ameera tidak punya waktu untuk menghindar saat Riana berlari ke arahnya dan mengarahkan kuku-kuku tajamnya pada wajah Ameera. Untung saja Pak Imam gesit menyembunyikan tubuh Ameera dibalik punggungnya dari amukan seorang ibu yang murka ini.
"Minggir pa! Minggir! Biar saya beri pelajaran dia." Riana menggulung lengan kemejanya. Menatap bengis pada Ameera yang berdiri di bawah lindungan Pak Imam.
"Memangnya siapa dia bisa mukul anak orang sembarangan!!"
"Sini kamu!! Sini!!"
Ameera tidak bisa mengatakan apapun, tidak mau menyangkal tuduhan karena nyatanya pipi Dian memar memang karenanya.
"Minggir! Saya bilang minggir!!" amukan Riana ternyata cukup untuk mendorong tubuh Pak Imam sampai tersungkur. Menyisakan Ameera yang menunduk menghindari tatapan wanita ini.
"Siapa kamu ha! Siapa? Kamu gak tahu papanya Dian itu siapa? Gak tahu kamu!!" bentak Riana sambil menunjuk-nunjuk wajah Ameera sesuka hati.
Ameera menunduk dalam, menarik napas. Ini memang hari yang melelahkan untuknya. Karena lagi-lagi ia berurusan dengan anak dari seorang yang berkuasa.
"Maaf tante."
"Saya mungkin bisa maafin kamu tapi Dian," Riana menyempatkan menoleh pada putrinya, Dian.
"Perempuan gak boleh punya luka apapun itu. Dan kamu, dengan kurang ajarnya pukul wajah anak saya cuma gara-gara kamu iri sama Dian!!"
"Iri?" Ameera mengerjap tak mengerti.
Dian tampak menghindari bertatapan dengannya.
"Kamu iri karena Dian yang wakilin sekolah olimpiade matematika dan bukan kamu!"
"Sudah bu sudah." Pak Imam kembali menyembunyikan Ameera di belakang punggungnya.
Di balik punggung Pak Imam, Ameera menatap sendu Dian yang duduk sambil menunduk. Diantara hal yang paling menyakitkan adalah bahwa teman yang kamu kira sangat dekat selama ini tega memfitnahmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra? (Selesai)
Teen Fiction"Kenapa? Lo mulai jatuh cinta sama gue?" "Gak akan!" "Kalau gue yang jatuh cinta sama lo boleh kan? Tapi gue gak mau saingan sama Fajar." Rate: #49 highschoolstory (22 Nov 2018) #20 highschoolstory (30 Nov 2018)