29. Problem Dian

378 36 1
                                    

[Now Playing : Day6 - I Loved You]

Hallo, udah Hari Jumat aja
Yang muslim jangan sampai bolong Shalat Jumatnya

VOmentnya jangan lupa

Bantu share ke temen-temennya kalau suka sama cerita ini biar tambah semarak kaya 17 Agustusan


Happy Reading!!


Semua orang memang punya standarnya masing-masing. Dan kebanyakan orang memasang standar tinggi yang jauh di atas kemampuannya.

***

Hasil ulangan matematika baru saja dibagikan. Ameera berjalan menuju bangkunya dengan senyum mengembang. Matanya menatap puas nilai yang diperolehnya.

100.

Nilai sempurna.

Ibu Nelia, guru matematika langsung pamit keluar kelas padahal baru lima belas menit ia masuk kelas. Katanya ada keperluan lain sehingga dia tidak bisa melaksanakan kewajibannya mengajar di kelas ini. Bu Nelia sempat memberikan tugas sebelum pergi.

Beberapa anak tampak berhamburan ke luar kelas walaupun jam mengajar belum selesai.

"Kemana?" Tanya Duta pada Andini.

Andini yang bersama Ami baru sampai di depan pintu berbalik. "Kantin."

Duta buru-buru bangkit dari duduknya menghampiri Ami dan Andini.

"Ngapain lo?" Tanya Ami risih.

"Ikut lah."

"Kali-kali main sana sama anak cowok, ngintilin anak cewek terus. Heran." sambung Andini tak kalah risih namun tak melarang Duta saat pria bertubuh gempal itu melangkah mengikuti mereka.

Ameera juga hendak ikut, namun chat yang masuk membuatnya mengurungkan niat.

Theo Tayo

Gak lagi belajar kan?    11.15

Gue di lapang basket     11.15

Ke sini ya     11.16

Seolah sebuah sugesti Ameera langsung beranjak dari tempat duduknya hendak menghampiri Theo. Pernyataan Theo padanya dua hari lalu belum bahkan mungkin tidak akan Ameera jawab. Lagi pula selama dua hari itu juga Theo tidak mengungkit mengenai hal itu saat bersama dengannya. Maka dari itu Ameera pun memutuskan untuk berpura-pura lupa saja. Itu lebih baik, daripada bertanya tapi malah berujung canggung.

Sebelum menuju lapang basket Ameera pergi ke toilet terlebih dahulu untuk buang air kecil. Ameera berpapasan dengan Dian di pintu kamar mandi. Mata Dian tampak merah seperti habis menangis.

"Gue ngalangin jalan lo yah." Katanya sambil menyingkir memberikan ruang supaya Ameera bisa masuk.

Ameera menghela napas. Mencoba abai dengan Dian. Kenapa juga ia harus merasa sedikit khawatir melihat Dian habis menangis. Bukan urusannya.

Ameera masuk ke dalam toilet dan perhatiannya seketika tertarik pada sobekan kertas ulangan di tong sampah.

Diana Larasati.

Kalau bukan karena melihat nama lengkap Dian, gadis yang baru saja berpapasan dengannya itu Ameera tidak akan mengambil resiko membuat tangannya bau untuk mengubek tempat sampah. Dikumpulkannya potongan-potongan kertas ulangan tersebut. Kemudian menyusunnya di westafel.

"Kenapa dia buang?" Ameera menatap keheranan setelah selesai menyusunnya.

Perhatiannya sekarang tertuju pada kolom nilai yang bertuliskan angka 90.

Ra?    (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang