EPILOG

872 42 6
                                    

Hai

Hari Jumat, hari terakhir dari cerita ini

Selamat membaca

Jangan lupa tinggalkan vote sama komentarnya


***

Seperti yang pernah Theo bilang, jatuh cinta itu ajaib, jatuh cinta itu jorok. Seperti magic karena tahu-tahu tersihir oleh seseorang. Jorok karena jatuh cinta itu tak mengenal siapa, tahu-tahu jadian dengan orang yang tak pernah disangka-sangka.

Seperti yang Theo bilang, "love is awesome" karena cinta bagai mantra luar biasa, cinta bagai obat mujarab yang bisa mengobati rasa sakit. Cinta lama bisa sembuh rasa sakitnya saat cinta yang baru muncul. Sama seperti Ameera yang bahkan tidak menyadari bahwa cintanya pada Theo sudah tumbuh sejak lama dan sejak lama pula melupakan rasanya untuk Fajar.

Love is awesome.

"Gue gak akan menjajikan selamanya." ujar Ameera pada Theo sore itu saat mereka berdua sedang duduk berdampingan di ruang tunggu, menunggu pesawat yang akan mengantarkan mereka berdua ke Amerika.

Seperti janjinya liburan semester Ameera akan berlibur ke Amerika menemui mamanya. Dan kenapa sekarang ia duduk bersama Theo? Karena kebetulan Kak Deo dan Tante Aya juga sedang berada di Amerika. Maka dari itulah, mereka berdua duduk di sini sekarang, di kursi tunggu yang sama, menunggu pesawat yang sama, yang selanjutnya duduk berdampingan di pesawat selama beberapa jam.

Theo yang sejak tadi memperhatikan landasan udara dan pesawat-pesawat terparkir menoleh seketika. "Maksudnya lo pengen putus cepet-cepet dari gue? Atau lo punya cowok lain? Gampang banget sih lo jatuh cinta."

Ameera memutar bola mata. "Bukan gitu." Katanya setengah jengkel karena Theo malah berpikiran macam-macam.

"Tapi, kan siapa yang tahu."

"Siapa yang tahu besok kita putus, gitu?" sela Theo. Terlihat kesal.

Ameera hanya menatap lurus.

Theo memutar tubuhnya beberapa derajat sehingga tubuhnya menghadap pada Ameera. "Ra, kita baru jadian seminggu yang lalu. Dan lo udah bilang yang enggak-enggak padahal sekarang gue duduk di sini buat nemenin lo ketemu sama mama lo. Apa dari awal lo emang gak niat pacaran sama gue? Baru nyesel sekarang punya pacar kayak gue?"

Ameera berdecak, "masalahnya bukan di gue." Ucapnya lalu menunjuk dada Theo. "Tapi elo."

"Gue?" Theo terlihat tidak mengerti.

"Pas sama Kak Dafina aja lo selingkuh sama Ami. Gak ada jaminan lo besok gak gituin gue juga."

"Jadi lo takut gue selingkuh?"

Ameera mengangguk.

"Gue gak bakalan selingkuh. Gak akan ada api kalau gak ada yang nyalain."

"Jadi maksud lo, kalau ada yang nawarin buat diri dan gak keberatan jadi selingkuhan, lo mau gitu?"

"Bukan gitu maksud gue." Theo menggenggam tangan Ameera.

"Udah jelas-jelas maksud lo kayak gitu." Ameera menyentakan tangan Theo. Berdiri dan hendak duduk menjauh. Namun, Theo mengikutinya.

"Ra, Ameera!" teriak Theo.

Ameera terus berjalan tanpa menghiraukan suara Theo.

"Ra." Dengan satu gerakan cepat Theo sudah berhasil meraih tangan Ameera.

Dan...

BUKKK

Theo jatuh terduduk di lantai. Beberapa penumpang yang sama-sama sedang menunggu keberangkatan menoleh dan memekik melihat adegan saat Ameera lagi-lagi refleks melayangkan tinjunya.

Ra?    (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang