❤❤❤❤
Waktu kan membawamu kembali di sini. Menuai rindu. Merajut kasih.
❤❤❤❤Happy reading 💙
#truestoryTakdir itu ada di waktu yang tepat. Mungkin itu kata-kata yang tepat untuk menggambarkan situasiku kali ini. Bersama Bowo sahabatku sendiri, kini kami semakin dekat. Hampir setiap hari kita chattingan.
Hari itu Bowo mengajakku jalan. Dia menjemputku dengan motornya. Untuk pertama kalinya kami jalan berdua dinner. Di motor aku bingung harus berkata apa. Aku pun diam seperti orang yang membeku. Tiba-tiba tangan Bowo menarik tanganku dan menggenggam tanganku di motor. Jantungku terasa mau copot dan yang ku rasakan saat itu hanya rasa bahagia. Rasanya ingin teriak kegirangan. Hahaha. Lucu sekali tiap kali aku mengingat saat itu. Kemudian di jalan Bowo menanyakan padaku.
"Fit mau makan di mana?" tanya Bowo padaku.
"Di Platter aja Wo, kayak dulu itu kan kita pernah rame rame makan di sana sama anak-anak". Jawabku.
Kami pun menuju ke Platter Balikpapan di Pasar segar.
Di sana kami asik bercerita dan tertawa bareng. Aku merasa bahagia malam itu.
Hari-hari berlalu dengan canda tawa kami, dan hubungan kami pun di mulai.
Tau kan maksudnya apa? Tanpa ada kata "yuk pacaran" dan apapun itu kami mulai menjalani hubungan kami. Sejak hari itu. 17-11-17Bahagia? PASTI!
Dengan mengesampingkan hal-hal yang memberatkan pikiran kita, kami berani melangkah dam menjalani hubungan ini.
Namun... Tidak setiap hari aku merasa Bahagia. Tidak setiap saat aku mempercayainya. Apalagi setelah aku merasa bahwa Dia hanya memberi setengah hatinya padaku. Belum sepenuhnya, dan itu membuatku.. Sakit. Sakit ketika harus bertahan dan berjuang sendirian dengan Cintaku yang melebihi cintanya padaku.Hari itu aku menjemputnya kerja di bandara. Seperti biasa kami tertawa, bercerita banyak hal. Namun tiba-tiba ketika kami di tempat makan handphonenya berdering.
"Siapa yang nelpon kok ga di angkat? " tanyaku.
"Teman kantorku yank".
" biasanya kalo temen kantor kamu angkat, kok ini engga. Kamu bohong ya? " tanyaku dengan khawatir.
"Engga sayang" jawabnya dengan raut wajah yang mulai berubah.
"Mana sini hp nya pinjem" mintaku padanya.
Aku pun mengambil hp nya dan melihat ternyata yang menghubunginya adalah Teman kuliahnya dan perempuan itu chatt Bowo dan mengajak Bowo ke pantai. Padahal jelas hari itu kita juga akan jalan ke pantai Manggar. Aku merasa kecewa dengan sikap Bowo. Aku tau Bowo memang tidak ada hubungan apa-apa dengan perempuan itu. Tapi aku tau bahwa perempuan itu pernah menyukai Bowo saat dulu mereka kuliah. Aku merasa sedih dan ga mood makan.
Bowo hanya diam saja.
"Yauda habis ini kita pulang ya". Kata Bowo padaku.
Padahal sebenarnya hari itu kami mau ke pantai juga. Lalu aku marah dan bertanya.
"Kenapa tiba-tiba mau pulang? Kamu mau jalan sama temenmu itu hah?" tanyaku marah.
"Mana ada. Aku mau pulang aja cape". Jawab Bowo.
Aku benar-benar tidak bisa mempercayainya karena raut wajahnya mulai cuek. Harusnya aku yang marah malah tiba-tiba dia yang bersikap dingin.
Aku tetap memaksanya ke pantai hari itu. Walau aku tau moodnya sudah tidak Bagus apalagi setelah aku menjawab pesan dari perempuan itu bahwa aku pacar Bowo. Setelah dari pantai Bowo mengajakku ke lapangan merdeka. Aku tidak tau kenapa dia mengajak ke sana. Dan ternyata malam itu Bowo ingin mengakhiri hubungan kami. Hatiku hancur. Apa karena wanita itu? Pikirku. Aku tetap bertahan dan tidak ingin pisah.
Bowo berkata bahwa dia ingin mengakhirinya karena aku dan dia berbeda. Dia tidak ingin terlalu jauh menjalaninya. Ya. Kami memang berbeda. Keyakinan kami berbeda. Tapi aku mencintainya. Apa aku salah?
"Sayang, kita harus udahan karena aku takut kalau kita ga sudahi dari sekarang, aku malah akan semakin sayang nantinya. Aku ga akan bisa lagi ngomong begini kalau aku udah terlalu sayang" katanya padaku.
"Engga, aku ga mau. Kita baru jalan sekitar 2 bulan. Aku ga bisa. Aku ga siap ". Jawabku sambil menangis.
Malam itu aku benar-benar sedih. Bowo juga menangis. Aku benci dengan perbedaan kita. Aku ingin tetap bersama dia.
Malam itu kami memutuskan untuk tetap bertahan. Tapi semenjak malam itu hatiku tidak pernah tenang. Keesokan harinya aku tidak fokus kerja. Pulang kerja aku ke rumah Bowo. Hatiku ga tenang. Aku takut dia berubah lagi. Dan ternyata di rumah Bowo, Bowo kembali memaksaku untuk menyudahi hubungan ini. Kami kembali menangis membicarakan permasalahan kami. Aku capek berjuang sendirian. Aku capek jika hanya aku yang mau bertahan. Aku sakit dan merasa sedih sampai akhirnya aku berkata padanya.
"Baiklah kalau memang ini kemauan mu. Aku rela kalau kita harus udahan. Tapi janji sama aku, jangan langsung pacaran sama perempuan lain. Aku mau kita tetap bisa jalan walau uda ga pacaran. Aku mau sayang tetap chatt aku seperti biasa karena aku takut ga terbiasa tanpa kamu." pintaku padanya.
"Iya sayang. Kita tetap bisa jalan. Aku bakal tetap chatt sayang" jawab Bowo. Aku pun pulang. Dalam perjalanan pulang aku menangis sejadi-jadinya.
Bowo menepati janjinya dengan tetap selalu menghubungiku. Kami tetap jalan bareng.
Dan Tanpa kami sadari kami memang tidak benar-benar berpisah.
Bowo tetap menyayangiku begitupun aku. Tanpa sadar kami menjalani hubungan kami kembali. Takdirkah? Bulan demi bulan kita lewati dengan berjuta kenangan yang kami ciptakan berdua.
***
Aku akui bulan-bulan pertama hubungan kami memang bahagia dan juga menyulitkan hatiku.
Aku menyadari bahwa untuk mendapatkan cinta memang tak semudah yang dibayangkan. Ada hal bahagia dan hal sulit yang harus dilewati.Epilog
Aku menyukainya. Aku patah hati karenanya. Aku menemukannya kembali. Aku jatuh kembali dalam hatinya. Aku memiliki hatinya namun tak sepenuhnya. Dia mencintaiku. Dia mencoba mendorongku jauh karena satu hal. Aku bertahan. Dia pun kembali bertahan. Dan sampai saat ini kami ........*tungguin terus ya kelanjutannya*
Penuh drama? Tidak.
Hanya saja terlalu berliku untuk dilewati.
Tapi aku percaya cinta yang diperjuangkan akan mendapatkan jalan yang Indah.(By the way Foto background bagian ini adalah foto di saat kami ke pantai)
Hari tersulit bagiku. ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tapi Beda
Romance*PROLOG* Lika liku Cinta yang beradu dengan waktu dan Perbedaan. Jika dulu Fitri harus menghadapi kenyataan Cinta bertepuk sebelah tangan yang begitu pahit. Kini, oleh waktu Fitri kembali dipertemukan dengan Cinta itu. Namun apa kini yang mengha...