Vita sedari tadi ngedumel tidak jelas ke Raina. Mengingat bagaimana saat acara ulang tahunnya Raina malah tidak menunjukkan batang hidungnya.
Tidak ada yang bisa Raina lakukan lagi selain menjelaskan.
Kado yang telah di sediakan pun telah di berikan walau tidak dihari itu. Namun bukan di situ masalahnya.
"Lagian si Devan juga ngapain pake acara bawa lo pergi." Kesalnya.
"Lo kan tau sepupu lo itu gak waras."
"Lo juga gak tegas." Sentak Vita kemudian.
"Serah deh.. Males gue."
Raina sudah tidak peduli, dia mengalihkan pandangannya kembali pada ponsel yang sedari tadi di genggamnya.
Malam itu Devan mengajak Raina ke pasar malam yang kebetulan memang hari itu adalah hari pertama dibuka.
Raina awalnya menolak. Dengan wajah galak dan ketusnya ke Devan. Tapi bukan Devan namanya jika dia menyerah begitu aja. Devan itu punya seribu satu cara membuat Raina akhirnya menuruti keinginan Devan.
Tanpa sadar, malam itu Raina hanyut dalam situasi keramaian, serta keceriaan yang di rasakan orang-orang disana, termasuk dirinya sendiri. Menikmati permainan. Mendapatkan sebuah hadiah dari permainan yang mereka menangkan.
Hingga akhirnya Raina sadar sikapnya sedikit berbeda pada Devan seperti biasa, hingga tanpa mereka sadari malam pun semakin larut. Bukan hanya itu dia sadar udah meninggalkan acara Vita sebelum menunjukkan diri.
Menyadari itu, Raina pun kembali dengan sikap aslinya jika berhadapan dengan Devan.
Mengingat malam semakin larut. Dan pastinya, tidak mungkin lagi mereka kembali ke acara ulang tahun Vita. Karena pasti acara sudah selesai. Belum lagi dengan jarak yang harus ditempuh. Maka Devan pun memutuskan untuk langsung pulang saja. Raina hanya mendengus kesal pasrah.
Saat Raina tengah sibuk mengutak-atik ponselnya. Muncul seorang cowok dihadapannya. Raina mendongakkan wajahnya.
Wandi.
"Ra lo marah sama gue? Kenapa lo pergi gitu aja saat acara Vita belum di mulai sama sekali?" Tanya Wandi dengan wajah memelas.
"Ini anak melow banget sih!" Batin Raina.
"Dia diculik malam itu.. Sama cowok gila!" itu suara Vita dengan wajah setengah mengejek.
"Hah?" Reaksi Wandi terlihat tidak percaya.
"Iya cowok gila yang menjelma jadi sepupu Vita!" Balas Raina tak kalah sinis.
Wandi hanya menatap keduanya semakin bingung dengan pembicaraan mereka.
"Dan korbannya juga mau-mau aja tuh diculik. Padahal ada sahabatnya yang ulang tahun." Balas Vita nyindir.
Vita terlihat masih kesal dengan Raina. Raina juga jadinya ikut-ikut kesal karena Vita masih membahasnya. Walau Raina sudah melakukan pembelaan.
Wandi hanya menyaksikan, semakin tidak paham dengan pembicaraan itu. Padahal setahu Wandi mereka itu selalu terlihat dekat. Dan ada apa dengan mereka yang sepertinya saling menyindir?
"Vita! Gue kan udah jelasin sih. Kenapa masih dibahas? Kaya gak kenal sepupu lo aja." kesal Raina. Lalu dia beranjak dari duduknya dan berlalu.
"Vit.. Kok malah kalian yang ribut?" tanya Wandi yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.
"Taukk! Kesel gue!" sentak Vita lalu mengambil bukunya dan mencoret-coret buku itu tidak jelas dengan pena.
Wandi cengo. Lalu mengaruk-garuk tengkuknya. "Kenapa gue jadi kena?" gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RainaDevan (Completed)
Teen Fiction"Lihat aja, gue bakal buat lo selalu melihat kearah gue dan tentu disertai dengan senyuman lo." Raina Artabitha si cewek cuek. Devan Marcelino si cowok absurd, dia sangat benci jika diabaikan. SUDAH DIBUKUKAN Penerbit Lintang Semesta Publisher #nop...