Dari Eunseo Verandra

2.1K 436 125
                                    

bacanya pelan-pelan ya biar a6.

Eunseo menutup buku tersebut kemudian ia menyeka air mata yang menumpuk dipelupuk matanya.

Hati Eunseo bagai ditusuk ribuan jarum saat ingatannya membawanya kembali ke masa dimana Eunseo harus mulai melakukan serangkaian perawatan intensif sehingga gadis itu tidak dapat mengikuti acara karyawisata dan duduk bersebelahan dengan Juyeon.

Rasa sakit Eunseo juga semakin bertambah kala gadis itu harus merelakan rahimnya untuk dibuang demi mencegah penyebaran sel kankernya.

Dan itu berarti, Eunseo tidak dapat memiliki anak.

Drrt drrt.

Eunseo segera memasukkan buku berwarna ungu tersebut ke dalam tas ransel hitam kesayangannya tepat setelah alarm-nya berbunyi.

Gadis itu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, memoles wajahnya dengan sedikit make up, kemudian ia keluar dari kamarnya.

"Dek," panggil Eunseo pada Youngjae yang sedang merapikan kerah kemeja kotak-kotaknya. "Kakak pergi dulu. Kamu yang semangat kuliahnya. Jangan keseringan nongkrong ya."

"Iya-iya." Youngjae menganggukkan kepalanya. "Youngjae anter ya, Kak? Diluar hujan loh."

"Gak usah," tolak Eunseo. "Gapapa. Kakak pergi sendiri aja."

Eunseo tersenyum tipis, lalu membuka payung kesayangannya sejak dulu. Gadis itu mulai berjalan dibawah hujan yang sejak tadi pagi membasahi jalanan Los Angeles.

Lagi-lagi, ingatan tentang saat pertama Eunseo bertemu dengan Juyeon kembali muncul dibenaknya.

"Juyeon...."

Eunseo memejamkan matanya sejenak, membiarkan air mata mengalir membasahi wajahnya. Gadis itu secara tidak sadar mulai melangkah maju, seolah tidak peduli pada mobil-mobil yang masih melaju didepannya.

Namun, aksinya terhenti karena tangan kiri gadis itu ditarik oleh seseorang.

"Miss, I'm sorry but the light is still red-"

Eunseo tersadar, dan gadis itu mendongakkan kepalanya. Kedua matanya membelalak dan mulutnya menganga lebar seketika.

Begitu juga dengan laki-laki dibawah naungan payung berwarna hitam tersebut.

"Ju-Juyeon?" Eunseo menatap Juyeon dalam balutan seragam polisi dengan tatapan tidak percaya. "Ini beneran kamu?"

"Iya." Juyeon menganggukkan kepalanya pelan. Tangan kanannya terangkat untuk mengelus rambut Eunseo dengan lembut. "Yang berdiri didepan kamu ini memang Juyeon, Juyeon Danendra."

Pemuda bertubuh tinggi itu melanjutkan, "Ini saya, Juyeon yang senyumin kamu waktu main basket. Dan juga Juyeon yang pernah kamu tolongin pas hampir pingsan, Juyeon yang ngajak kamu foto bareng, Juyeon yang kena kanker hati delapan tahun yang lalu, dan Juyeon yang berhasil sembuh."

Juyeon menatap Eunseo dengan tatapan teduh. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman tipis.

"Dan Juyeon yang selama ini sayang sama kamu tapi gak punya keberanian buat bilang."








Eunseo membuka matanya perlahan. Gadis itu meregangkan tubuhnya sejenak, kemudian melirik arloji yang melingkar ditangan kirinya.

"Ya ampun!"

Gadis dengan rambut hitam segera merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, kemudian ia tersenyum lebar.

"Aku pergi dulu, Juyeon. Aku harus ngajar anak-anak lagi," ujar Eunseo sembari bangkit berdiri. "Sampai jumpa!"

Dan dengan senyum tipisnya, Eunseo mulai melangkah keluar.








REST IN PEACE

Juyeon Fernando Danendra
Born: January 15, 1998
Died: January 15, 2016

end.

halo teman-temanku! aku seneng banget akhirnya selama aku join wattpad, aku bisa namatin satu cerita sesuai dengan
planning awal.

makasih banyak buat kalian yang udah dukung cerita ini dari awal, baik yang cuma vote atau yang vote dan comment!

maaf banget kalo akhirnya jelek dan ga sesuai ekspektasi. maaf juga kalo sad ending, karena ga semua cerita dalam hidup ini berakhir manis, bukan?

sekali lagi, makasih banyak! tanpa dukungan dari kalian, buku ini ga bakal dapet 1k votes seperti sekarang.

selamat hari minggu dan jangan diremove dulu dari library karena aku bakal kasih bonus chapter!

xoxo, grace.

😌💙

High School Crush ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang