Prolog

280 50 33
                                    

"Hey, Runa! Kau lupa kalau seharusnya nilai lima puluh itu milikmu, 'kan?"

Lagi. Selalu aku yang Uliana salahkan jika dia mendapat nilai ulangan yang buruk. Dia tak rela mendapat nilai lima puluh sementara aku mendapat nilai sempurna, seratus. Bagaimana mungkin aku bisa bertukar lembar jawaban saat mata elang Pak Bekti, guru Matematika kami terus tertuju ke arahku?

"Awas kau, Runa! Kalau ketemu, nggak akan ada ampun buatmu."

Suara Uliana terdengar makin jauh dari gudang, tempatku bersembunyi saat ini. Dia salah satu saudara sepupuku. Satu-satunya yang paling kejam dan menganggapku sebagai sampah yang pantas diinjak dan dibuang. Kalau saja aku sanggup, ingin kutinggalkan keluarga Paman Wisnu, keluarga yang merawatku sejak masih bayi. Namun, bagaimana dengan utang budi atas semua kebaikan Paman Wisnu selama ini?

Sementara kubiarkan diriku berada di gudang sempit dan pengap ini. Setidaknya aku masih bisa bernapas lega daripada berada di luar sana tetapi mendapat amukan Uliana. Aku harus menunggu Kak Alvino dan Elvina pulang. Mereka yang selalu menyelamatkanku dari kejahatan Uliana.

Bruk!

Sesuatu terjatuh dari atas lemari yang kujadikan sandaran. Nyaris saja mengenai kepalaku. Sebuah kardus berukuran sedang yang sudah sangat usang kini berada tepat di hadapanku. Segera kubuka. Isinya pakaian-pakaian usang, dan ... sebuah notes. Notes usang dan kusam berwarna cokelat muda dengan gambar pohon di musim gugur, nyaris gundul, hanya tersisa beberapa daun yang telah menguning. Kurasa warnanya berubah akibat dimakan usia. Seketika mataku melebar begitu membaca sebuah nama di sampul notes.

Milik Runa.

Makin penasaran, kubuka lembar pertama.

Di Negeri yang sangat asing, pada waktu yang sama sekali tak kuketahui.

Aku berada di sini tanpa kutahu sebab dan alasan yang pasti. Di sebuah telaga biru, dia yang pertama kali menemukanku, dan memanggilku 'Runa'.

Aku tak mengerti. Apa maksud tulisan di dalam notes ini? Siapa yang menulisnya? Runa? Akukah itu? Tentu saja bukan. Aku tak pernah berada di Negeri asing seperti yang tertulis dalam notes yang kini kudekap erat. Kurasakan getaran halus seakan memintaku untuk menyimpan notes ini. Ya, kuputuskan mulai hari ini notes ini menjadi milikku.

***

NOTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang