P n H 2

6 1 0
                                    

Segera ku beranjak dari tempat duduk.

"Ganti pakaian aja sampai berjam-jam." Keluh bunda melihat kedatanganku.

"Maaf bun..." jawabku sambil memeluk bunda manja.

"Palingan ketiduran" Sentak Delfin, adikku yang masih duduk di kelas 2 SMP. "dasar tukang tidur." Tambahnya sambil mengejekku.

Segera ku menjewel telinganya.

"Bunda tolong, sakit..." jeritnya dengan manja. Aku tinggal bertiga dirumah ini. Ayah meninggal dunia sejak aku duduk dikelas 3 SMP. Berarti ayah telah tiada sejak 5 tahun yang lalu. Kalian tau sejak itu bunda menggantikan posisi ayah dan tetap menjadi bunda yang hebat untuk kami.

Bunda menggeleng-geleng melihat tingkah kami.

"Fin, entar temanin kakak ke toko buku ya?"

"Gak ah malas, biasanya juga kakak perginya ama kak Salfa." Ujarnya sambil terus membaca komik di tangannya.

"Salfa lagi sibuk. Tenang aja entar kakak traktir makan eskrim." Bujukku, aku tau itu tidak akan ampuh untuk membujuk adikku yang jelas-jelas sekarang sudah remaja.

"Kalo eskrim doang aku bisa beli sendiri." Sahutnya tanpa menoleh sedikitpun kearahku.

"Terus kamu maunya apa?" tapi bukan berarti aku segera mengalah untuk membujuknya menemaniku.

"Gitu dong! Aku mau di beliin komik keluaran terbaru. Teman-teman aku udah ada yang punya." Sahutnya segera dengan semangat, wajah sumrigah menjelaskan betapa ia sangat menyukai komik.

"Bun, Delfin meras aku." Aduku segera. Berharap bunda bisa menaklukkan Delfin.

"Yaudah kalo gak mau. Pergi aja sendiri." Adikku benar-benar raja tega, tega terhadap kakaknya sendiri.

"Ok. Tapi ingat Cuma satu komik." Tegasku.

"Ok." Sahutnya.

Buku yang kucari telah ku dapatkan. Ku lirik Delfin seperti kebingungan dengan tiga komik ditangan, segera ku menghampirinya sambil merebut salah satu komiknya.

"Banyak amat, sampai tiga komik. Sesuai perjanjian Cuma satu komik." Tegasku sambil menyodorkan kembali komik yang ku rebut.

"Iya kak. Ini aku masih bingung mau beli yang mana?" ujarnya sambil melihat satu persatu komik yang dikumpulkannya. "Menurut kakak mana yang paling bagus diantara tiga komik ini?"

"Gak ada yang bagus. Mending kamu pilih salah buku pelajaran dirak sana, ingat nilai kamu udah anjlok semenjak mulai mengoleksi komik-komik ini." Jawabku. Delfin memasang wajah kesal kearahku. Jujur aku tak menyukai kebiasaan adikku dengan komik-komiknya. Aku benar-benar tak paham hal apa yang menarik dari komik hingga nilainya disekolah anjlok.

"Payung." Seorang cowok menegurku sambil tersenyum. Aku tak mengenalinya, ku lirik Delfin yang segera ia angkat bahu. Delfin juga tak mengenali siapa cowok ini.

"Siapa?" Tanyaku heran.

"Aku orang yang kamu pinjamin payung pas dikampus tadi siang. Payung keroppi."

"Aaa... ya, ya payung." Aku ingat kembali dengan payung yang telah ku berikan kepada orang tak kukenal ketika dikampus. "Tapi namaku bukan payung."

"Aaa.. ya. Kita belum sempat kenalan."

"Kakak minjamin payung ke orang yang tak dikenal?" tiba-tiba Delfin menyalip.

"Hai, adik kamu."

"Iya, Delfin." Delfin mengulurkan tangannya.

"Nathan." Jawabnya sambil menyambut uluran tangan Delfin. "Kamu hobi baca komik juga?"

"Iya kak, tapi lagi bingung mau pilih komik yang mana." Curhatnya.

"Mending beli ketiganya. Soalnya ketiga komik pilihanmu ini bagus-bagus." Jawabnya seolah obrolan mereka menyambung satu dengan lainnya.

"Itu masalahnya kak, aku Cuma boleh beli satu doang." Delfin melirikku. Segera ku alihkan pandanganku ke rak buku lainnya.

"Udah pilih yang ini aja. Ini bagus. Kelihatan dari covernya." Ujarku sambil menarik salah satu komik yang ada ditangan Delfin. Aku pun membolak-baliknya.

"Tapi ini menarik juga kak, ketiganya menarik." Sahut Kelfin memperlihatkan dua komik lainnya.

"Fin, sesuai perjanjian." Tegasku.

"Kak..." Rengeknya.

"Fin."

"Yaudah ambil aja ketiganya." Tiba-tiba dia memotong membuat aku dan Delfin melirik kearahnya. "Biar aku yang bayar."

"Kamu apaan sih? Pokoknya Delfin Cuma boleh beli satu. Dan ingat kamu gak perlu bayarin, gak perlu manjain Delfin. Delfin itu adik aku. Aku bisa beliin sendiri."

Dia mengambil komik yang dipegang Delfin, segera menuju kasir. Aku dibuat ternganga dengan sikapnya, dan Delfin mengikutinya meninggalkanku sendiri. Segera ku bayar bukuku dan menyusul mereka.

"Kamu itu apaan sih? Ngapain coba beliin Delfin komik?" ujarku kesal saat menyusul mereka.

Segera diangkatnya jari telunjuk sambil menggelengkan kepala. "Aku gak ada bilang aku akan membelikan komik ini kepada Delfin. Aku Cuma meminjamkannya." Ujarnya menirukan ucapanku yang pernah ku ucapkan kepadanya. "Kita udah janjian bakalan tukar baca komik, jadi sekarang komik ini aku pinjamin. Entar aku minjam komik dia juga."

"Iya kak, sekarang aku sama kak Nathan udah temanan." Sambung Delfin sambil tersenyum kemenangan.

"Gitu. Yaudah Fin kita balik."

"Kak, kapan-kapan main kerumah. Aku bakal pinjamin koleksi komik aku." Tambah Delfin saat hendak meninggalkannya, aku memandang adikku dengan kesal.

" Ya, ya. Kapan-kapan kakak datang." Sahutnya. Tiba-tiba tanganku ditarik saat hendak berbalik. "Kita belum kenalan." Ujarnya sambil mengulurkan tangannya.

"Payung." Ujarku menyorkan tanganku dengan perasaan masih kesal.

"Hujan." Jawabnya sambil tersenyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Payung N HujanWhere stories live. Discover now