1

1.3K 78 8
                                    

“nggak pokoknya nggak. aku kan udah bilang berulang kali aku masih mau kuliah” seorang gadis sedikit terisak sambil berusaha menghapus beberapa bulir air mata yang mulai menurun. keadaan ruang tengah tersebut sedikit menegangkan

“Dengar.. jika kau tidak melakukannya maka kau juga tidak bisa melanjutkan kuliahmu bahkan apa yang kau mliki saat ini akan pergi juga” Pria paruh baya tersebut berkata sedikit tegas sambil menyesap kopinya yang hanya tersisa setengah gelas.

“Appa benar nak, eomma benar-benar berharap kau mendengarkan kami kali ini” sang ibu berusaha mengusap lengan sang gadis berharap tangisannya reda. Tapi keputusan sang gadis tidak dapat diubah dia tetap tidak bisa menerima perjodohan ini. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria yang tidak dirinya cintai dan sama sekali tidak dikenalnya.

Gadis tersebut berdiri meninggalkan ruang tamu tersebut mungkin untuk menenangkan dirinya atau meratapi nasibnya didalam kamar. Langkah kakinya harus terhenti dan berbalik menatap mata ayahnya begitu sang ayah mengatakan bahwa hanya dia yang bisa menyelamatkan keluarga ini.

“Appa rela menjual anak gadismu? Eomma juga?” tangisan gadis tersebut menjadi sedikit kencang. Dia merasa tidak adil dengan kehidupannya. Hingga sebuah tangan menepuk kepalanya dengan kuat.

“eoh si kecil menangis? Dasar Minjoo cengeng” ledek orang tersebut. Dia berjalan sambil menarik tangan milik gadis bernama Minjoo tersebut untuk kembali duduk di sofa ruang tengah. “sekarang minta maaf pada eomma dan appa” titahnya yang dibalas dengan tatapan tidak percaya dari Mijoo

“eonni... kau gila? Appa mencoba menjualku” rengek Minjoo yang mencoba menolak untuk meminta maaf pada kedua orang tuanya

“dengar kecil, apapun yang terjadi tidak boleh membentak” ucapnya sambil menjitak kepala sang adik. “dan appa biar aku saja yang menikah, aku adalah anak tertua jadi bukankah itu tanggung jawabku?” lanjut gadis tersebut. Kedua orangtuanya sedikit kaget mendengar kalimat tersebut. Bagaimana mungkin mereka akan menjodohkan si sulung jika si sulung sudah memiliki seorang kekasih yang menjalin hubungan cukup lama. Lama kedua orangtuanya larut dalam pikiran mereka masing-masing hingga suara gadis bermarga park tersebut mengembalikan kesadaran mereka.

“Jika kalian memikirkan hubunganku dan kekasihku, maka tak perlu khawatir. Kami sudah putus beberapa bulan yang lalu hanya saja kami tetap berteman dekat. Eomma tahu kan kalau sebelum berkencan aku dan dirinya emang berteman?” gadis tersebut seakan berhasil menebak isi pikiran dari kedua orangtuanya. Sang ibu mencoba melihat wajah sang anak apakah sang anak berbohong atau tidak tetapi wajahnya menunjukkan kejujuran dan keyakinan

“hmmm sudah jam 2, aku harus pergi mencari inspirasi” gadis tesebut beranjak dari sofa berjalan menuju pintu depan tapi baru lima langkah gadis itu membalikkan badannya dan berkata “appa.. aku suka yang sepeti Kang Daniel atau Jaebum Oppa. Jadi carikan aku suami seperti mereka” gadis itu mengakhiri ucapannya dengan kedipan mata. Ucapan sang gadis berhasil menyulut emosi sang adik yang merupakan penggemar boygroup Wannaone.

“Park Jihyo... Kang Daniel adalah adik iparmu. Kau mengerti!!!” Minjoo sedikit berteriak karena sang kakak telah berjalan keluar rumah tidak mengacuhkan ucapan sang adik. Minjoo berlari menuju kamarnya kemudian berteriak bahagia karena dia berhasil lepas dari perjodohan bodoh tersebut. Dia berjanji akan membalas kebaikan sang kakak dengan mengajaknya pergi ke konser Wannaone.

***
Park Jihyo merupakan seorang penulis novel fiksi yang karya sudah terkenal. Bagaimana tidak walupun dia merupakan penulis wanita muda tapi tulisannya sangat berani mengambil tema yang sangat unik. Buku terakhirnya berjudul “The White Venom” menceritakan seorang gadis yang berubah menjadi ular putih karena memakan buah yang mengandung bisa ular saat dirinya melakukan penelitian di salah satu hutan Brazil. Gadis tersebut harus mencari sarang ular tersebut karena ular putih tersebut hanya keluar 5 tahun sekali. Dengan bantuan seorang pria dan seorang petapa yang tinggal disekitar hutan mereka menjelajah seluruh area hutan demi mencari bisa milik ular putih. Buku tersebut telah terjual lebih dari 2 juta buku, suatu pencapaian luar biasa dari penulis muda.

Bus berwarna hijau telah tiba, Jihyo mencari bangku kosong dan mulai mengeluarkan buku kecilnya yang merupakan tempat dirinya mencatat segala inspirasi yang dia dapat. Dari halte tempat dia berada hingga halte terakhir tempat tujuannya, Jihyo sama sekali tidak menemukan ide sama sekali. Mungkin dia sedang tidak mood untuk menulis pikirnya. Dia berjalan pelan sambil beberapa kali meniup kedua telapak tangannya.

“ini musim gugur pantas saja cuaca mulai dingin dan bodoh nya aku tidak mengenakan padding. Sebaiknya aku segera bergegas” Jihyo melangkahkan kakinya menuju sebuah cafe berwarna almond yang dipenuhi oleh meja yang terbuat dari kayu yang berwarna senada. Jihyo mengambil tempat duduk didekat jendela, dia tidak akan tahan untuk duduk diluar dalam keadaan cuaca yang dingin. Sudah 15 menit dia duduk dengan pikiran kosong di cafe tersebut.

“Chagiya.. maaf lama, tadi ada kecelakaan sehingga jalanan sedikit macet” Jihyo hanya tersenyum melihat pria yang sudah duduk dihadapannya. Yah mereka janjian untuk bertemu jam 14.30 tapi sang pria terlambat 20 menit. Tentu saja Jihyo ingin marah tetapi melihat pria tersebut penuh keringat dan terlihat sedikit panik mungkin karena takut dirinya sudah pergi saja sudah mebuatnya tahu bahwa pria tersebut tidak sengaja terlambat.

“kau belum memesan? Kalau gitu aku akan pesankan dahulu. Ice americano dan cooky almond kan?” setelah Jihyo mengangguk pria tesebut berjalan menuju counter penjual. Benar-benar pria yang baik, dia sampai menghapal segala kebiasaannya.

Jihyo kembali kepikirannya sendiri, yah Jihyo berbohong kepada orangtuanya dengan mengatakan bahwa dirinya telah putus padahal hubungan dirinya dan kekasih selalu dalam keadaan baik. Saat ini Jihyo sedang memikirkan bagaimana caranya untuk menerangkan segalanya kepada pujaan hatinya. Jihyo hanyut dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari sang pria telah datang dengan pesannya dan sedang memperhatikannya.

“eoh kau kembali?” Jihyo meminum Ice americanonya kemudian tersenyum kepada prianya.

“ck.. bahkan aku dari tadi memanggil namamu” lihatlah betapa manis prianya yang sedang merajuk sambil mengerucutkan bibirnya. Oh Tuhan apakah dia tega menyakiti prianya ini.

“yah Park Jihyo kau melamun lagi? Ada apa? Katakan padaku masalahmu” pria itu terlihat khawatir melihat sang kekasih yang lebih banyak diam dan melamun. Benar-benar bukan seperti kekasihnya yang biasa.

“tak perlu takut.. aku tidak akan marah. Aku berjanji padamu Park Jihyo” Prianya tahu bahwa Jihyo ragu untuk mengucapkannya. Dia menunggu Jihyo mengucapkan isi hatinya dengan sabar sambil minum dan menikmati kue yang ada didepannya.

“aku ingin kita putus”

PRETENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang