C4

45.8K 2K 47
                                    

Rose pulang ke mansionnya seraya membawa paperbag ditangannya. Benda itu sudah bersama sepanjang hari. Ia tidak bisa meletakkan di lokernya - ia tidak akan merasa aman dengan itu - dan tidak bisa meletakkan didalam mobilnya karna lapangan parkir yang terlalu jauh dan hujan yang tidak berhenti. Rose menghentikan langkah tepat sebelum memasuki area ruang keluarga. Ia menatap kearah jam tangan pemberian Alice satu bulan yang lalu. Terakhir kali benda itu menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Apa benda itu mati? Tidak. Jarumnya terus berputar disana. Ia kembali menatap kedua orang tuanya. Mereka ada disana - diruang keluarga - dan memakai pakaian rumah mereka alih-alih pakaian formal yang selalu mereka gunakan. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dirumah baru ini. Dulu ia sering berharap mereka dapat berkumpul seperti ini, tapi terlalu lama harapan itu tidak pernah terwujud seperti yang ia inginkan - membuatnya tidak mengharapkannya. Tapi sekarang mereka disini, membuat harapan itu kembali muncul kepermukaan.

"Hai, Dad, Mom" sapa Rose lalu memeluk mereka bergantian.

"Hai, Sweetheart" balas Alice. William hanya tersenyum sambil menatap sang putri.

"Kalian pulang lebih awal hari ini" ucap Rose

"Pekerjaan kami sudah selesai, jadi tentu saja kami harus pulang, Sayang" ucap Alice.

"Kau sudah makan malam?" tanya William.

"Ya, Lisa mengajakku untuk makan malam bersama ibunya" jawab Rose.

"Baiklah. Tapi jika kau masih lapar, kau bisa bergabung dengan kami untuk makan malam lagi. Jangan tidur dalam keadaan lapar, itu akan membuatmu tidak nyenyak" ucap William seraya tersenyum. Setidaknya ia tahu, menyantap makanan dirumah orang lain akan membuat Rose tidak nyaman. Itu membuatnya tidak akan menyantap makanan dengan porsi yang seharusnya.

Rose tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Aku pergi untuk mengganti pakaianku. Aku akan menyusul kalian nanti" ucap Rose.

"Baiklah" Alice menatap kearah paperbag putih ditangan Rose lalu menatap sang putri dengan tanya. "Apa yang kau bawa, Sayang?" tanya Alice.

"Sebuah pemberian dari teman" jawab Rose.

"iBox? Kau membeli ponsel baru?" Alice menatap kearah ponsel lama Rose. William baru memberikannya beberapa bulan lalu. Ini sangat bukan putrinya.

Rose menggeleng dengan cepat. "Sebuah macbook"

"Bukankah kau memilikinya satu? Apa pemberian kakekmu sudah tidak bisa digunakan? Kenapa tidak mengatakannya apda kami?" Rose menghela nafasnya - dirinya tahu Alice akan bersikap seperti ini.

"Bukan tidak bisa digunakan, hanya saja layar sudah retak. Temanku tidak sengaja menabrakku dikoridor dan membuatku menjatuhkannya. Aku masih bisa menggunakannya tapi dia memaksaku untuk menerima gantinya" jelas Rose.

Alice mengangguk kepalanya mengerti. Ia lalu tersenyum misterius kearah sang putri. "It's a girl or..." Ia sangat mengharapkan putrinya itu memiliki kisah cinta yang indah di masa universitasnya. Seperti dirinya dan William dulu.

"It's a boy, Mom. And stop looking at me like that, oket"

"Like what?" canda Alice membuat Rose memutar bola matanya dengan malas.

"Aku akan pergi ke kamar. Sampai jumpa diruang makan"

Rose beranjak dari duduknya melangkah kearah tangga menuju kamar. Gadis itu kembali berbalik - menatap ragu kearah kedua orang tua. Ia ingin berbicara pada mereka tentang sesuatu. Tapi bisakah dia mengatakannya sekarang? Well, itu bisa menghancurkan sisa malam yang berharga ini jika ia mengatakannya sekarang. Tidak sekarang. Mungkin nanti setelah sisa malam ini tidak akan terlalu panjang.

My Possessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang