Four

94 11 0
                                    

VOMENT!!!

Kendaraan beroda empat, melaju dengan kecepatan standar. Untuk menghindari kecelakaan, diperlukan konsentrasi yang sungguh-sungguh. Kini Jihyun bertopang dagu di dalam sebuah taksi, merenungkan atas kejadian yang barusan terjadi, lebih tepatnya bersumpah serapah dihati dan dipikirannya.

Ya, Jihyun memang kesal dengan sang pria dan Tuan nya itu. Berani-beraninya pria itu berkata bahwa kafe milik temannya adalah milik Tuan nya, dia saja tidak membangun kafe itu dari awal hingga sesukses itu. Enak saja, berkata bahwa kafe itu miliknya.

Tetapi, kenapa Jihyun harus marah? Toh, dia hanya seorang musisi dikafe temannya, bukan pemiliknya. Ya sudah, tak usah dipikirkan. Yang terpenting sekarang, Jihyun harus sampai di apartemen nya untuk beristirahat. Capek karena memarahi seorang yang tak ia kenal sama sekali.

Tiba-tiba taksi dihadang sebuah mobil sedan berwarna hitam, dan keluarlah seorang pria dikafe tadi sambil menodongkan sebuah pistol dan berteriak. "Keluar! Atau kutembak dengan pistol ini!"

Sang supir taksi langsung menghadap ke belakang. "Andwae, Nona. Kau bisa mati, jika kau tetap keluar."

Arahan sang supir tidak membuat Jihyun takut untuk berhadapan dengan pria pengecut, menurutnya. Jihyun mendengus kasar, lalu tersenyum kepada sang supir bahwa semua akan baik-baik saja. Kaki Jihyun bergerak keluar dari taksi. Saat langkah kaki Jihyun semakin dekat, pria dihadapannya menurunkan pistolnya lalu memasukkannya ke dalam saku di dalam jas nya.

Betepa terkejutnya Jihyun saat berhenti tepat di depan dan bahkan sangat dekat dengan pria dihadapannya ini. Mulutnya terbuka dengan mata yang tidak berhenti berkedip, dan mulutnya tiba-tiba bergumam.

"Ooh Sehun..."

***

Sehun memasukkan pistol miliknya ke dalam saku jas nya, lalu ia kembali menatap wanita dihadapannya. Dan saat wanita itu berhenti tepat dihadapannya, Sehun sangat terkejut begitu juga dengan wanita dihadapannya. Mulutnya terbuka dengan mata yang tidak berhenti berkedip, sedangkan Sehun hanya membuka mulutnya sedikit dengan tatapan sedatar mungkin.

"Ooh Sehun..."

Gumaman Jihyun sangatlah pelan, tetapi Sehun masih mampu mendengarnya dengan jelas dan melihat ekspresi Jihyun saat mengucapkannya. Sehun mampu melihat manik mata Jihyun, tertera kesedihan disana. Dan mungkin hatinya merindukan sosoknya, yang sudah hampir 5 tahun menghilang tanpa jejak.

***

Jihyun memang mengenal Sehun saat ia masih duduk dikursi SMA. Saat mereka lulus, Sehun memutuskan untuk langsung bekerja dan tidak ingin kuliah. Padahal Jihyun ingin sekali satu kampus dan satu pekerjaan dengan Sehun. Tetapi karena egonya yang tinggi, Sehun lebih memilih meninggalkan wanita yang ia cintai itu tanpa jejak sama sekali.

Dan Jihyun tidak menyangka bahwa sikap Sehun berubah 180 derajat, yang dulunya lembut seperti kapas lalu sekarang seperti luka baretan yang menempel dikulit. Bahkan lebih kasar. Dimana Ooh Sehun yang dulu? Dimana Ooh Sehun yang selalu memeluknya saat bertemu? Dimana Ooh Sehun yang tidak pernah kasar sama sekali padanya? Dimana? Dimana dia? Jihyun merasa kehilangan akan sosok Ooh Sehun yang dulu.

Tanpa sengaja, air mata Jihyun menetes. Sehun melihat air yang berbentuk aliran itu, tapi tangannya tidak ingin bergerak sama sekali untuk menyekanya dengan punggung tangannya. Dengan cepat, Jihyun menyekanya dengan punggung tangannya.

"Apa maumu?" tanya Jihyun, berusaha setegar dan sesabar mungkin. Memasang wajah sedatar mungkin, agar tidak terlihat bahwa ia sedang bersedih dan kejadian tadi ia anggap tidak pernah terjadi.

"Ikuti aku."

Tangan Sehun, bergerak menarik pergelangan tangan Jihyun, dan seketika aktivitas itu membuat Jihyun terkejut akan sentuhan Sehun. Sentuhan seorang Ooh Sehun, ia sangat mengenalnya, hangat dan lembut. Ia tahu, bahwa pria dihadapannya ini adalah Ooh Sehun, tapi dia mengurungkan niatnya berprasangka bahwa pria dihadapannya adalah Ooh Sehun.

Jihyun menepis kasar. "Aniyo! Aku tidak mau! Untuk apa aku mengikutimu? Apa kau disuruh oleh Tuan-mu itu? Ck! Aku tidak sudi!"

Tanpa basa-basi lagi, Sehun mengeluarkan sapu tangannya yang sudah ia tuangkan air bius. Dengan gerakan cepat, ia membungkam mulut Jihyun dengan sapu tangannya. Dalam hitungan detik, Jihyun jatuh ke dalam dekapannya. Pingsan.

Sehun mengangkat Jihyun, lalu membawanya masuk ke dalam mobil sedan. Kemudian ia menghampiri taksi itu, dan membuka pintu mobil depan.

"Jangan pernah kau beritahu siapapun, atau kau akan menjadi sasaranku!" ancam Sehun pada supir taksi tersebut, tangannya bergerak menyerahkan beberapa uang lembar bermata uang won dan mengambil tas kecil milik Jihyun serta menutup pintu mobil taksi.

***

Maaf yaa dipublish ulang, soalnya gue mau apus bagian gt nah yg chapter 4 kepencet keapus, jd sorry yaa! :)

VOMENT!!!

Love Scenario X PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang