Zain Anggara

160 66 30
                                    

"Semua orang sama-sama pernah ada dalam keadaan sulit. Tapi dengan ceritanya masing-masing"
-Zain Anggara

***

Gadis putih itu berlari setelah menuruni tangga sekolahnya, ia berlari di kooridor untuk mencari seseorang.

"Zain dimana?" Tanyanya kepada salah satu Siswi di depan Ruang Osis.

"Mana Gua tau, Sa. Dia kan biasanya sama Lo, lagian dipepet terus." Balasnya yang bermaksudkan menyinyir.

"Sirik," Tukas Marisa, gadis yang tengah mencari Zain. Tak perlu berlama-lama untuk meladeninya, Marisa berbalik dan ingin pergi mencari Zain lagi.

"Enak banget dia, ngakunya sahabatan sama Zain tapi kayak pacaran." Ucap Siswi tadi sedikit keras sampai Marisa bisa mendengarnya.

"Udah Zain ganteng, pinter, Kaya, Anak tunggal lagi. Pasti di manfaatin." Balas teman disebelahnya.

Marisa menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap mereka," Iri bilang bos!".Cukup itu saja, Marisa pergi dari sana.

Marisa pergi dan bertanya kepada pengurus Ruang Lab. Karena sebelumnya Zain bilang padanya untuk pergi ke sana.

Akhirnya Marisa menemukan Zain di Rooftop sedang menelpon seseorang.
Marisa menarik kursi dan duduk di sebelah Zain.

"Iya, Oma. Pulang sekolah Zain ke sana."

Dari pembicaraan Zain, Marisa tau Lelaki itu tengah menelpon Oma-nya.

Zain menutup telpon tersebut dan memasukan ponselnya kedalam saku.

"Lo sendirian disini dari tadi?" Tanya Marisa. Melihat di sana hanya ada Zain saat ia sampai.

"Enggak, tadi ada Leo sama Vian. Tapi katanya ke kantin, beli minum sebentar." Balas Zain.

Zain, Leo, dan Vian. Adalah teman dekat dari kelas 8, sebelum mereka mengutuskan untuk sekolah di SMA yang sama.

Sementara Zain dan Marisa adalah sahabat sejak kelas 2 SD. Mereka sempat berpisah saat SMP dan kembali bertemu di SMA. Tak heran kalau mereka sudah sangat dekat, Marisa sendiri sudah di anggap cucu oleh Oma Zain. Karena itu ia sering main ke rumah, begitu pula sebaliknya.

"Kenapa Oma telpon? Biasanya nunggu jam pulang baru telpon," tanya Marisa.

Zain menyandarkan tubuhnya ke kusri dan menoleh ke arah Marisa. "Papa gua balik, tadi udah di pesawat. Kemungkinan besok lusa sampai." Jelasnya.

Marisa sedikit kaget, tak sesantai tadi. Papa Zain, Hendra. Akan kembali dari Dubai tempatnya bekerja.

Sejak masuk SMA Zain tidak lagi tinggal bersama Oma-nya di rumah, ia memilih tinggal di Apartemen miliknya. Sementara Hendra, Papa Zain. Lebih banyak tinggal di Dubai dan baru kembali sebulan sekali.

Sejak kecil Zain belajar hidup mandiri, itu saja. Walau pun ia adalah pewaris, Zain tidak pernah menganggap hidupnya keren, karena ia tidak punya Mama lagi.

"Jadi, Oma suruh gua nginep di rumahnya beberapa hari ini. Soalnya Pas pulang ada yang mau Papa gua omongin," Ucap Zain.

Marisa mengangguk mengerti, tampak berfikir sebentar. "Apart lo kosong berarti?" Tanya Marisa.

"Enggak kosong- kosong amat, gua yakin masih ada penunggunya. Lagian barang gua tetap disana." Ucapnya sedikit tertawa.

Marisa menggelengkan kepalanya,"Kalo tau ada penunggunya, kenapa masih ditempatin?"

They Are Valuable (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang