"Kau tahu Hanbin, aku yakin Jisoo kecil kita sekarang sudah berumur 21 tahun." Yerim memeluk Suaminya yang tengah terbaring disebelahnya.
"Ya dan jika ia sudah berumur 21 tahun, dia bukan gadis kecil kita lagi." Hanbin tersenyum kecut. Ia mengusap pipi Istrinya lembut.
Yerim terkekeh. Ia mengusap bahu Hanbin. "Bahkan setelah kita mengadopsi Hyebin, aku tetap merindukan Jisoo." Matanya kini berkaca-kaca.
Hanbin cemberut. Ia mengusap airmata yang menumpuk di pelupuk mata Sang Istri. "Bukan berarti aku mendoakan. Hanya saja aku ragu Jisoo masih hidup." Hanbin mengatakannya dengan sendu.
"Aku tahu." Dan Yerim tak dapat lagi menahan isakannya. Ia menunduk dan menempelkan wajahnya di Dada Hanbin. Menangis disana. Membuat kaos tidur yang dikenakan Hanbin basah oleh air matanya.
Hanbin mengusap kepala belakang Yerim. "Ssttt... sudah sayang. Sudah. Kau tahu, aku berfikir untuk mengadopsi anak lagi. Bagaimana menurutmu?"
Yerim menghentikan isakannya. Ia mendongak menatap suaminya. "Mwo?"
"Bagaimana kalau kita mengadopdsi anak lagi?" Ulang Hanbin. Ia melanjutkan kala Yerim hanya menatapnya tak percaya. "Dengar, Hyebin sudah besar. Ia bahkan sudah mandiri sekarang dan Kau masih saja merindukan Jisoo. Saat Hyebin kecil dulu kau jarang sekali membicarakan Jisoo. Jadi, apa salahnya jika kita mengadopsi anak lagi? Aku tahu kau pasti merindukan suara tangisan Bayi, Suara tawanya, langkah kaki kecilnya dan semuanya."
Yerim terdiam. Ia memikirkan sejenak apa yang dikatakan Hanbin.
"Baiklah" Akhirnya ia memutuskan setelah beberapa menit. "Ayo kita adopsi anak lagi."
"Sekarang tidurlah. Kita akan pergi ke Panti saat aku libur."
Yerim mengangguk. Ia mempererat pelukannya pada Hanbin.
"Jaljjayo. Saranghae." Hanbin berbisik.
"Nado."*****
Irene terbang setinggi mungkin dari Bumi karna ia tak ingin ada Manusia yang melihatnya. Saat ini ia masih berada di kawasan yang ramai penduduk Manusianya. Ia ingat Ayahnya mengatakan bahwa Bidadari Hitam tinggal di Hutan yang terpencil dan jauh dari Manusia. Jadi Irenen harus menemukan Hutan yang terpencil.
Irene menemukan sebuah Hutan namun tidak terpencil. Hutan itu sedang dikerumuni Manusia yang sedang menebang Pohon-pohonnya. Irene geram sekali melihatnya. Ingin sekali ia membunuh semua Manusia Durjana itu. Andai saja ia bisa. Sayangnya ia tak bisa. Lagipula makhluk suci sepertinya seharusnya tak membunuh makhluk lain.
Irene menggelengkan kepalanya. Memutuskan untuk melanjutkan pencariannya. Ia mempercepat terbangnya menuju Utara. Tak ada petunjuk ke arah mana ia harus pergi hanya saja instingnya memintanya untuk menuju Utara, jadi dia melakukannya.
Beberapa jam kemudian Irene mulai lelah. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia turun ke Sebuah Air Terjun di sebuah Hutan. Di Nebesa ia memang tidak makan dan minum. Apalagi Mandi. Tapi melihat betapa segarnya Air Terjun ini membuat Irene berenang disana. Tapi ia tak melakukannya. Ia hanya duduk disebuah batu besar lalu mencelupkan kakinya di air.
"Aahhh..." Irene menghela nafasnya. "Ini sangat menyenangkan. Sayang sekali di Nebesa tak ada hal yang seperti ini. Tapi setidaknya disana ada Musik dan Nyanyian yang menyenangkan." Irene bergumam sendiri. Setelah itu ia berdendang sambil menutup matanya.
'Ini sangat terasa damai dan tentram. Aku bisa selamanya begini.' Batin Irene sambil terus berdendang. Hingga ia merasa ada seseorang yang juga berdendang. Irene segera membuka matanya waspada. Ia tak boleh terlihat oleh Manusia. Ia harus pergi dari sini. Tapi bagaimana? Jika ia langsung terbang ke langit, Ia pasti akan dilihat oleh Manusia yang ada disekitaran Hutan ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/165281719-288-k225086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel & Human | VSOO
أدب الهواةSUMMARY: Ketika Cinta membuatmu buta. Kau harus memilih antara orang yang telah dijodohkan denganmu atau orang yang kau cintai. Dalam keadaan normal kau mungkin akan memilih orang yang kau cintai. Tapi bagaimana jika kau adalah seorang Malaikat dan...