CAN : 4

66 7 0
                                        

Vomment juseyo^^ /mwah/
.

Dilemparnya gumpalan kertas itu diatas kasur. Dia melepaskan jaket dan sarung tangan yang melapisi tubuhnya. Perutnya berbunyi karena dia melupakan sarapannya hari ini, tapi ia sedang malas memasak.

Mau tidak mau dia beranjak dari kursi tempatnya duduk lalu pergi kedapur untuk melihat apakah ada bahan yang bisa ia masak siang ini. Sungguh Rara sangat lapar.

Rara tersenyum hambar mendapati satu butir telur ayam didalam kulkasnya. "Tak apa. Masih ada kecap asin yang cukup membantu" ucapnya mengambil kecap asin dan satu mangkuk kecil tempatnya menaruh nasi. Lebih terkejutnya lagi ketika ia membuka rice cookernya terdapat sisa beberapa sendok nasi didalamnya. Rara kembali tersenyum melihat betapa menyedihkan dirinya saat ini.

.

Pukul 3 sore Rara terbangun ketika mendengar tendangan keras dipintu rumahnya. Beberapa orang datang mengacak acak isi rumahnya.
Rara keluar kamar ketika orang orang itu memanggil manggil namanya untuk menagihi hutang ayahnya. Tapi sayang sisa uang simpanan Rara telah habis diambil oleh -Sang ayah- tadi malam.

Dengan berani Rara membuka pintu kamarnya dan ia angkat suara. "Ada apa ini? Apa yang terjadi tuan tuan?" Rara bersuara nyaring ketika orang orang tersebut hampir saja memecahkan beberapa piring kaca didapur.
"Menurutmu ini gara gara apa gadis jelek hah?!". Salah satu dari mereka mengeluarkan suara.
"Ini semua tidak akan terjadi jika ayahmu yang pengangguran itu membayar hutang hutang nya!" *pranggg* lanjutnya sambil membanting kotak plastik ke arah Rara.
"Oh ya? Yang punya hutang itu ayahku bukan diriku gila!" Rara berucap dengan santai menyandarkan tubuhnya didepan pintu. "Dan juga. Ini rumah bukan milik atau atas nama ayahku! Kalian tidak berhak menghancurkannya seperti ini." Sambung Rara emosi tidak terima.

Satu orang berbadan tinggi besar datang menghampiri Rara dengan senyuman yang sulit dijelaskan. Rara diam menatapnya. Setelah itu *Brughh* suara pukulan keras mengenai perut Rara. Rara tersenyum menahan sakit yang ia terima. *Brughh* Satu pukulan keras lagi lagi menghantam perutnya. Rara terjatuh duduk lemas di lantai.
Kemudian rambutnya ditarik hingga ia mendongak keatas. "Tapi kau anaknya bodoh!" Bentak keras orang itu.

"Ugh. Percuma saja kau meminta uang padaku! Untuk saat ini uangku benar benar habis." Rara berusaha untuk melawan dengan posisi mendongak.
"Hahaha bagaimana dengan bulan depan hm?  Jika kamu ataupun ayah tak bergunamu itu tidak membayar hutang. Siapkan keperawanan mu gadis manis." Bagaikan seorang iblis, orang itu tersenyum miring lalu melepaskan tarikan pada rambut Rara. Setelahnya, mereka beranjak pergi meninggalkan rumah yang sudah di obrak abrik isinya itu.

Sambil terbatuk batuk kecil Rara berlari menuju toilet memuntahkan seluruh isi perutnya dan mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya. Untunglah dia bisa menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Rara wanita yang kuat. Menangis bukanlah dirinya.

.

Setelah mandi, Rara bersiap siap pergi menuju cafe. Malam ini ia akan berkerja seperti biasa. Dia akan berkerja demi membayar hutang hutang ayahnya. Bagaimanapun Rara tak akan rela apabila 'kewanitaannya' direnggut orang yang tak dikenal hanya karena hutang. Hell? Dia wanita waras, wanita yang harus menjaga kehormatannya.

______

Pukul 08 malam.

Dengan santai Chanyeol memasuki cafe yang dimana ia akan memanggil satu orang pekerja bernama Rara.
"Bisakah kau memanggilkan pelayan yang bernama Rara disini? dan juga bawakan aku satu latte hangat." pinta Chanyeol pada seorang pelayan. Pelayan itu mengangguk menunduk beberapa derajat lalu pergi.

Tidak lama setelahnya, seorang wanita memakai baju khusus pelayan caffe datang membawa satu gelas latte ditangannya. "Ada apa tuan memanggil saya? ada yang bisa saya bantu?" Rara berucap sopan, sepertinya ia tidak mengenali wajah tampan Chanyeol.
"Kau tidak membaca kertas yang tertempel dipagar rumahku?" Chanyeol melihatnya bingung. Bagaimana bisa wanita keras itu berucap dengan ramah kepadanya?. Rara menatap wajah Chanyeol lama, berusaha mengenali dan seketika ia teringat apa yang terjadi tadi pagi. "Oh iya. Ternyata kau Park Chanyeol." Rara berusaha santai.

"Ada apa ingin menemuiku? bukannya kemarin malam kau berusaha menipuku huh?" sambung Rara membalikkan bola matanya.
"Hei. Aku tidak ada niatan untuk menipumu. Seperti kurang kerjaan saja." Chanyeol mengalihkan pandangan ke kursi didepannya mengisyaratkan Rara untuk duduk disana.
"Baiklah kau mau apa? Apa ada hal penting yang ingin dibicarakan? Atau kau mau menghina hinaku lagi?" Rara duduk didepannya lalu melipat kedua tangannya didepan dada.

Chanyeol yang sedang menghirup latte-nya nyaris tersedak. "Jangan terlalu percaya diri.Iya aku akan berbicara serius tentang pekerjaanmu." Chanyeol berucap santai menyandarkan belakangnya di punggung kursi. Rara dengan heran ia bertanya "Pekerjaanku? Maksudnya?" Rara dengan ekspresi bingungnya.

Chanyeol mengeluarkan amplop tebal dari kantongnya. "Malam ini terakhir kau berkerja Kim Rara. Ambillah ini sebagai ganti rugi aku memecatmu." disodorkannya amplop itu kearah Rara.
Seketika tawa Rara pecah "Hahaha apa apaan ini tuan? Kau memecatku? Apakah telingaku tidak salah dengar?Hahaha." Rara tertawa keras, Chanyeol terkekeh mendengarnya. "Iya aku memecatmu nona Kim. Aku Park Chanyeol pemilik cafe ini. Cafe tempatmu sekarang berkerja, tapi tidak lagi untuk besok dan seterusnya." Chanyeol tersenyum menang, lalu melipatkan tangannya didepan dada. Rara membulatkan matanya tidak percaya. 'Apakah ini benar?' tanyanya dalam hati. "Apa?? kau yang benar saja." Rara tidak langsung mempercayai-nya sambil terkekeh kecil seolah olah Chanyeol sedang mengerjainya.
"Menurutmu?" Chanyeol berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan wanita itu yang masih terdiam kaku diatas kursi. 'Kena kau.' batin Chanyeol.

Chanyeol mengendarai mobil mewahnya menuju rumah sang pacar 'kesayangannya'. Pacarnya baru saja menelfonnya bahwa dia meminta sebuah tas brand mewah keluaran Gucci 'Limited Edition'. Sang pacar menekankan agar iya harus mendapatkan tas mahal yang 'katanya' ia impikan itu. Chanyeol sebenarnya malas mengikuti apa yang pacarnya inginkan, menurutnya itu merepotkan dan semuanya terlalu boros. Semua yang Rose beli tentu saja memakai uang perusahaan Chanyeol. Rose memang suka bertindak semaunya. Jujur Chanyeol lelah.

.

Setelah membeli tas seharga 18 juta. Saat Chanyeol ingin mengantarkan Rose pulang kerumah, tiba tiba Chanyeol mendapat telfon dari rekan bisnis nya.
"Tuan Park kita mendapatkan masalah hari ini." Ucap -sang rekan- dari seberang telfon.
"Ya katakan ada apa?." Chanyeol berusaha tenang.
"Ini dari perusahaan DJX. Mereka membatalkan kerja sama dengan perusahaan kita." DJX adalah perusahaan produk ternama di Seoul.
"Apa?!! Bagaimana bisa itu terjadi?" tanya Chanyeol dengan nada penuh penekanan.
"Besok surat keterangannya saya kirim ke alamat Email tuan."
"Ahh baiklah. Cari tahu secepatnya! Astaga aku bisa gila." Chanyeol memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.
"Dan juga satu masalah lagi, Bahwa saham perusahaan kita menurun hingga sembilan persen."
"Sialan! Astaga apa apaan ini!." Chanyeol memutuskan sambungan telfonnya, lalu membanting handphone mahalnya didalam mobil. "Bagaimana bisa DJX membatalkan kontrak yang telah ditanda tangani? Bukankah itu adalah suatu kesalahan? Padahal semua model terkenal di Seoul sudah mempersiapkan diri untuk mempromosikan pergabungan produk dari dua perusahaan besar." Gumamnya membentakkan kepala pelan di setir mobil.

-T B C-

Ini ngefeel gak sih?
Vomment yaa /muahh/

Cold and Naughty [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang