2 || Bisikan Doa Dibalik Hitam

271 56 47
                                    

Naya POV

-

Namanya; Prayagha Adiwangsa.

Agha hanyalah laki-laki sederhana dengan bakat memanahnya. Diujung senja hari itu masih tentang jingga yang berubah menjadi moment sederhana. Tapi, jika di dalamnya ada Agha, segalanya terasa seistimewa mie Aceh buatan Bunda.

Di tepi jalan kota kecil dengan nuansa kelap-kelip lampu yang memenuhi jalanan karena hari hampir malam itu aku terdiam dari dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat latihan panahan. Kembaranku berlatih bersama Agha di sana, dan aku hanya menjadi pengamat setia, karena sekalipun, Agha tidak pernah tahu jika aku sudah berada dekat di lingkup yang sama dengannya.

Dahulu, perihal berkenalan dengannya tidak pernah ada bahasa yang serumit fisika ataupun kimia. Tentang menunggu sebuah janji pun aku tidak peduli jika hanya sebatas bagaimana memeluk udara. Parodi-parodi masa lalu sering kali bergumul di kepalaku, berulang kali menumpas angan untuk sebuah pertemuan di masa depan yang pernah Agha katakan.

Hanya sesederhana langit jingga dan semilir angin yang menerbangkan daun-daun gugur dari dahannya, ataupun sesederhana aku yang mendapatkan kembali wujud Agha dengan nyata, aku masih ingat siluet hitam yang bersarang nyaman di rongga dada, memenuhi isi kepala dan mencipta hangat di dalamnya. Yang perlu kalian ingat; moment itu hanya terjadi dengan sepintas nama Agha yang terucap oleh suara hati paling dasar.

Senja waktu itu, aku masih setia berteman dengan pena dan notebook, mencoba mengaplikasikan rasa tentangnya pada aksara yang terngiang di seluruh penjuru kepala. Di sana kutorehkan kosakata yang belum bisa terucap kepada Sang Esa meskipun hanya dengan lirihan suara.

Halaman-halaman yang telah penuh bagai rangkuman yang terkontradiksi oleh linimasa. Kerap kali membuatku lena dan di detik berikutnya mencipta fana. Aku meneliti pada titik di mana pemilik kaos dan jeans hitam itu berdiri dengan ancang-ancang lesatannya. Dari balik hitam kaca mobil dan cadarku, aku berbisik,

"Ya Allah, tetap simpan rasaku pada diam yang membawa setiap do'aku terbang menuju ArasyMu. Jika boleh, dia saja."

Aceh, 23 November 2018


Melangitkan AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang