1

966 78 4
                                    

Apa kalian tau apa itu Stalker?

Yah, sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya secara detail. Aku yakin kalian semua sudah mengetahuinya. Stalker, penguntit, pengintip, atau apalah namanya. Apa kalian pernah menjadi salah satunya? Maksudku, apa kalian pernah mencari tahu tentang seseorang hingga ke akar-akarnya?

Mungkin, bagi remaja, men-stalk idola atau orang yang mereka sukai, itu wajar. Tetapi bagaimana jika kalian adalah orang yang sedang di-stalk? Stalking, kegiatan mencari tahu tentang latar belakang orang lain secara merinci, mulai dari kebiasaan berbicara, berpakaian, makan, bahkan waktu di mana mereka melakukan aktivitas pribadi—semacam mandi, berangkat sekolah, semuanya.

Dan Stalker—istilah bagi orang yang melakukan Stalking, sebagian dari mereka terobsesi dengan orang lain hingga rela melakukan apapun untuk mencari tau barang sehelai rambut. Bagi sebagian orang, stalking dianggap sebagai kejahatan tingkat ringan, dengan alasan melanggar privasi. Tetapi, dalam beberapa kasus, stalking yang sangat ekstrem bisa berakibat pada kehilangan nyawa. Mengerikan?

Di beberapa negara, sudah ada hukum yang menjelaskan tentang larangan kegiatan stalker yang dianggap sangat mengganggu. Yah, walaupun aku tidak bisa menjelaskan tentang pasal-pasal itu secara rinci, setidaknya aku hendak mempelajarinya.

Namaku Han Lieun. Usiaku 18 tahun dan sekarang aku kelas 2 SHS. Aku gadis miskin dan yatim piatu, tinggal di ruangan kecil di atap rumah keluarga jauhku yang sebenarnya adalah bekas gudang, yang tidak pernah memperdulikanku. Yah, bisa dibilang, aku ini sebatang kara. Aku bersekolah di sekolah yang cukup terkenal. Kalian bertanya bagaimana aku bisa sampai di sana? Tentu saja karena beasiswa. Aku bersyukur masih ada orang baik yang mau memberikanku beasiswa untuk bersekolah.

Setiap hari aku pagi ke sekolah hingga sore, dan kemudian aku langsung pergi bekerja di sebuah mini market hingga jam 11 malam. Bisa dibilang, lebih dari separuh hariku berada di luar rumah. Aku hanya ada berada di rumah setelah jam 11 malam. Jika kalian bertanya, apa itu melelahkan? Jawabannya adalah: sangat. Tapi itu satu-satunya cara bagiku untuk hidup.

Baiklah, lupakan soal mengasihani nasibku yang tidak begitu beruntung, kita kembali membicarakan soal Stalker.

Kenapa aku ingin membicarakan tentang Stalker? Alasannya hanya satu. Karena aku merasa seperti ada seseorang yang mengikutiku. Aku merasa ada orang yang memperhatikanku dari jauh. Baiklah, aku mungkin bukan orang kaya. Aku juga bukan gadis yang menarik. Kalian mungkin menganggap aku terlalu percaya diri, tetapi... aku bersungguh-sungguh.

Aku benar-benar sedang diikuti. Aku menyadari ini sekitar seminggu, lebih tepatnya enam hari yang lalu. Biasanya aku pulang sekitar jam 11.08 malam—aku cukup detail untuk waktu. Tetapi malam itu, aku pulang sedikit terlambat. Karena aku harus menunggu seseorang. Minimarket tempat aku bekerja buka 24 jam. Dan aku harus bergantian dengan seorang Oppa yang mengambil shift malam. Malam itu dia datang sedikit terlambat. Alasannya adalah motornya yang tiba-tiba mogok sehingga ia perlu memperbaikinya lebih dulu

Karena keterlambatannya, aku pulang hampir tengah malam, sekitar pukul 11.50. Aku mengambil jalur tercepat menuju rumah seperti biasa. Malam itu sangat dingin. Penerangan begitu minim, hanya lampu jalan yang sedikit redup, bahkan ada juga yang mati.

Rumah tempatku tinggal bukan rumah yang elit atau berada di kawasan komplek besar atau semacamnya. Meski keluarga jauhku ini cukup kaya, mereka memilih tinggal di tempat yang biasa saja. Mungkin mereka tidak ingin memboroskan uang mereka yang begitu banyak itu. Ah, peduli apa aku.

Aku harus melewati beberapa gang-gang kecil untuk sampai ke sana. Biasanya waktu perjalananku sekitar 12-15 menit. Aku sedikit lebih waspada karena sudah hampir tengah malam. Dan saat itu sangat sunyi. Walaupun ini bukan pertama atau kedua kalinya aku melewati rute itu, tetap saja. Aku seorang gadis yang sangat rentan dengan bahaya.

Meski waspada aku berjalan cukup tenang sambil bersenandung lagu yang sering di putar berulang-ulang di tempatku bekerja. Setidaknya itu mengurangi rasa takutku. Sepatu sekolahku yang belum sempat ku ganti hampir terkelupas bagian solnya, terus-terusan menggesek jalan semen yang kasar dan semakin merusaknya. Sesekali aku lelah bersenandung dan hanya menikmati irama langkah kakiku sendiri.

Semuanya hampir berlangsung dengan lancar, hingga aku merasakan sesuatu yang aneh. Telingaku masih berfungsi dengan baik. Bahkan lebih baik dari beberapa orang, aku tau itu. Aku mendengar sesuatu yang menganggu. Suara langkahku sendiri. Entah mengapa, terdengar berbeda.

Bukan. Bukan berbeda. Tetapi aku mendengar suara langkahku seakan bergema. Aku tidak bodoh. Aku mengetahui tentang prinsip gelombang bunyi dan pemantulan suara dari pelajaran fisika. Di tempat seperti itu sangat kecil kemungkinan langkah kakiku sendiri bergema. Tetapi telingaku tidak salah. Dan pengetahuanku tentang pemantulan suara juga tidak salah. Satu-satunya kemungkinan adalah ada orang yang melangkah senada dengan langkahku.

.

.

.

.

.

.To be continued


STALKER | Lee Jun Young ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang