-TWO-

38 15 9
                                    

"Cheysa! Bangun!" teriak Gera tepat di telinga Cheysa.

"Berisik kak!" bentak Cheysa kesal.

Bukannya bangun, Cheysa malah semakin menarik selimutnya hingga menutupi seluruh badannya dan kembali tidur.

"Woy!! BANGUN!" teriak Gera sambil menggoyang-goyangkan tubuh Cheysa.

"Ihh, bisa diem gak!" bentak Cheysa sekali lagi dan segera duduk.

"Mandi, habis itu turun ke ruang makan, Mama sama Papa udah nungguin lo buat sarapan bareng."

"Iya bawel. "
"Siapa yang lo bilang bawel, hah??" ucap Gera.

"Itu, Mbak Ijah kak, tukang jualan basreng di kantin" jawab Cheysa asal.

"Siapa lagi itu? Udahlah gak penting, udah cepetan turun!" Gera segera pergi meninggalkan adiknya itu.

Dengan rasa kantuk yang masih melanda, Cheysa bangkit dari duduknya dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Tak perlu waktu setengah jam, Cheysa sudah berada di ruang makan.

"Gimana magangnya?" tanya Rita a.k.a nyokapnya Cheysa.

"B aja, "jawab Cheysa datar.

"Lo gak ada kata lain, selain kata B aja apa?" tanya Gera sinis.

"Ada kok! A aja"
"Cih! Untung adek"
"Untung"
"Lo ya—"ucapan Gera terpotong

"Udah, kalian itu berantem terus, kapan akurnya?" lerai Edo a.k.a bokapnya Cheysa.

"Kapan-kapan!"ucap Gera dan Cheysa serempak dengan diiringi cekikikan mereka berdua. Bokap dan nyokap Cheysa hanya menggeleng sambil tersenyum tipis melihat tingkah laku kedua anaknya itu.

Mereka benar-benar keluarga yang hangat. Keluarga hangat yang saling berbagi suka maupun dukanya satu sama lain. Tetapi, sebutan itu tidak berlaku untuk keluarga Lavia.

Lavia tengah merebahkan tubuhnya di ranjang, dengan earphone yang bervolume besar terpasang ditelinganya sedari tadi, untuk menutupi suara bising dari luar. Seperti itulah setiap harinya, selalu ada keributan di rumahnya, yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Lavia diharuskan untuk bersikap dewasa dan mandiri untuk hidupnya di masa yang akan datang, beruntungnya ia, karena ada Sarah. Tantenya itulah yang menjadi orang tua pengganti ketika oran tua kandungnya sedang sibuk dengan perang dunia yang mereka buat sendiri. Terkadang, Lavia menjadi pelampiasan oleh orang tuanya sendiri, ia sering diberi kekerasan fisik maupun mental oleh orang tua kandungnya. Disaat membutuhkan teman, Cheysa lah yang selalu mendengar curahan hatinya tentang kesedihan ini.

                                 ***

Sebelum Cheysa keluar dari gerbang rumahnya. Handphonenya berdering dan terdengar notifikasi pesan yang masuk. Cheysa mengambi handphone dari saku celananya. Cheysa membuka pesan itu dan ternyata itu adalah pesan dari Lavia.

Lavia:
Chey, lo sibuk nggak?

                              Cheysa:
                               Lumayan. Emang knp?

Lavia:
Gue mau ngomong...

                             Cheysa:
                             Yaudah, nanti sore di   cafe lo

Lavia:
Ok

Setelah mendapat jawaban dari Lavia, Cheysa menyimpan kembali handphone di sakunya. Cheysa memberhentikan sebuah taksi yang lewat dan menaikinya. Taksi yang dinaiki Cheysa berhenti mendadak. Cheysa hampiri saja terbentur kaca mobil taksi tersebut.

"Kenapa pak? "tanya Cheysa

" Maaf neng, tadi ada orang yang nyebrang jalan tiba-tiba, "ujar sopir taksi. Cheysa melihat orang yang tadi menyebrang jalan sembarang. Orang itu sudah berada di ujung jalan.

" Dih! Nyebrang kok gak lihat-lihat dulu! Mata tuh dipake! "ucap Cheysa kesal dan menggerutu."Ke RS. Asywa ya, Pak," ulang Cheysa sekali lagi. Sopir itu hanya mengangguk dan mulai melajukan taksinya. Tanpa mereka sadari seseorang dari seberang jalan sedang,,,

4JSVRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang