Rewind : 2

32 13 0
                                    

"Dimana ada Langit, pasti disitu ada Senja. Kayak gula sama semut," gitu kata anak-anak di sekolahku.

HE?! Kali aja aku sama Langit kayak peribahasa gula sama semut.

Kalo aku sama Langit... emm... kayaknya yang cocok itu, "Bagai air dan minyak". Nah! Itu baru cocok!

"Halah... Kayak gula sama semut! Dibilangin kok tetep ngeyel," kata Reta, kawan sebangkuku, bersikukuh.

"Ngeyel?" Aku mengerutkan kening.

"Iya! Ngeles aja!" seru Reta.

"Oh," aku mengangguk, "Tapi, kok, aku sama Langit bisa disamain sama peribahasa gula sama semut, sih? Kan, aku juga jarang ketemu sama Langit!" protesku.

"Yayalah! Gini ya," Reta menunjuk ujung hidungku, "Tiap ada kelompok bimbel, kamu pasti sekelompok sama Langit! Terus, ada pembinaan olimpiade, kamu sama Langit! Sekarang, ada lomba, kamu sama Langit jadi perwakilan sekolah!" Reta berceloteh panjang kali tinggi kali lebar.

"Ya, masa' aku yang minta biar terus-terusan ketemu Langit? Enggaklah! Kalaupun aku tahu... yang jelas aku gak minta en gak ngarep! Sama sekali enggak!" balasku nge gas. Sampai beberapa orang yang ada di kelasku menoleh. Keganggu kayaknya. Hehehe...

"Sett dah! Kok jadi nge gas?" Kata Reta memperingatkanku.

"Mwehehehe..."

Reta menoleh ke kanan dan kiri sejenak, kayak mau ngomong sesuatu yang secret-secret, "Mmm... jangan-jangan... kamu... kamu ada rasa sama Langit??"

"Ha?!"

"Ya, kan, biasanya gitu, kayak yang di novel novel teenlit. Tokoh utamanya, kan, mesti sering bertengkar gitu. Pertamanya saling benci-benci gitu. Tapi pada akhirnya jadi happy ending, deh! Mereka saling suka!" Reta mulai meracau gak jelas.

"Tau, ah," aku melengos.

"Apa jangan-jangan...," Reta menatapku dengan serius, "Kamu jatuh cinta pada pandangan pertama? Fall in love in the first sight??"

HE?! Yang ada malah BENCI PADA PANDANGAN PERTAMA!!

RewindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang