Pertemuan kedua.

67 4 1
                                    

Sial.
Kenapa juga hujan datang saat jam pulang sekolah. Terpaksa aku menumpang di pos satpam dulu. Ditemani suara radio dan aroma kopi Pak Hasim, satpamku.

Tak buruk juga, pikirku. Aroma kopi Pak Hasim cukup membuatku tenang.

Tring

Satu notif wa muncul di hp ku.

"Tunggu di halte aja, kakak udah deket."

Dasar kakak ku apa susahnya sih membawa mobilnya ke dalam sekolahku, kenapa juga harus tunggu di halte depan yang lumayan jauh. Kan jadi kehujanan. Untung saja dia kakak ku.

"Pak saya ke halte depan dulu ya, nunggu jemputan" pamitku pada pak satpam.

"Loh, kok buru buru? Sini saya payungin"

"Aduh, gak usah pak, saya tinggal lari aja pak, assalamualaikum pak."

"Waalaikumsalam, ati ati neng."

Sret

Tiba tiba ada yang menarik ku. Sial, siapa sih ini udah tau kehujanan, malah pakek acara ditarik segala.

"Apa?!" Bentak ku sambil melihat wajah orang itu.

Ternyata si Sabian yang menarik tanganku.

"Ngapain sih? Lepasin! Itu jemputanku udah dateng!" Omelku.

"Hai Raesha" sapanya dengan senyum lebar.

"Ngapain sih" bodohnya aku yang masih meladeninya sambil basah kuyub.

"Gak papa, cuman pengen nyapa aja"

Ya allah, beri ketabahan pada hambamu ini, untung dia ini ganteng.

"Dasar sinting" bentak ku sambil kabur dari dia.

Akhirnya sampai di mobil juga.

"Aduh, kok kamu basah kuyup gini sih. Mobilnya kan jadi basah."
"Ngrepotin kakak aja, kamu ini"

"Lagian ini gara gara kakak juga sih, gak mau masukin mobil kakak ke sekolah ku"
"Kan jadi basah kuyup."

"Iya sih, hehehe, kan kakak males putar balik"

Dasar aneh, pikirku.

"Nih ada handuk." Kata kakak ku.

Aku pun mencoba mengeringkan badanku dengan handuk, tapi percuma juga sih tetap saja aku kedinginan, ac di mobil aja dinyalain, yah tambah menggigil.

Dan aku pun masih memikirkan maksud tindakan Sabian tadi. Kenapa juga dia menyapa ku dengan nama depanku, bukan nama panggilanku. Aneh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sekian, hehehe.

Senja dan Malam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang