FRIENDSHIT EPISODE 3.5

36 0 0
                                    

Tetew.... teteww... tetewww....

Suara ayam berkokok di belakang rumah. Suara ayam yang tidak wajar. Maklum, ayam disini dikasih makan campur micin, jadi suaranya begitu. Gue segera bangun dari tidur dan beranjak ke kamar mandi. Di dapur, ada nyokap gue yang lagi goyang ga jelas sambil di video, terus tangannya ngangkat dua jari gitu. Ah, pemandangan yang sudah biasa. Gue mengabaikannya.

Bokap gue belum balik kerja. Maklum, lagi lembur. Karena begitu, gue kalau lagi mandi sambil nyanyi lagu favorit gue, "Qerja lembur bagai Quda. Sampai lupa istri tua.".

Setelah semuanya selesai, gue langsung berangkat ke sekolah. Ngucapin salam lewat WhatsApp. Soalnya tadi gue ngucapin langsung, ga dijawab. Nyokap gue lagi sibuk maenin hp.

Gue nungguin angkot, tepatnya sih lagi milih-milih angkot. Khawatir bertemu dengan sopir angkot yang kemarin gue jailin. Angkot pun datang. Dan gue bersyukur ternyata sopir angkotnya berbeda. Memakai jaket AW. Biar kekinian, tapi lagunya dangdut koplo. Uh, jadi angkot favorit kalau sudah begini. Karena tidak terasa, gue sudah sampai di depan gerbang sekolah aja. Gue bayar, lalu gue jalan ke gerbang sekolah. Tapi, tiba-tiba sopir angkotnya bilang.

"Dek, uangnya lebih nih!"

"Ohiya bang" kata gue sambil menghampiri angkot itu lagi. Gue berpikir ternyata sopir angkot itu baik. Gue menyesal usil sama sopir angkot kemarin.

Tapi setelah itu, angkot kembali melaju dan si sopirnya bilang "TAPI BOONG!" dan tertawa terbahak-bahak.
Jlebb.... detik itu pula gue jadi percaya bahwa karma itu ada. Ternyata itu sopir yang kemarin gue jailin.

Di pintu gerbang sekolah, sudah banyak SOSIS yang berbaris. SOSIS adalah organisasi yang bisa dibilang asisten guru. Kerjaannya nyatetin murid yang telat. Padahal dalam hidup, ada quote yang mengatakan "Tidak ada terlambat untuk menuntut ilmu". Gue pernah menjawab seperti itu ketika gue telat dan ditanyai oleh guru. Tapi setelah itu, gue di tampar.

Belum sampai kelas, ada keributan di depan ruang guru. Bahkan ada tukang pisau disitu. Lagi ngejual pisau buat yang lagi berantem. Mulia sekali ya si abang tukang pisau ini, membantu orang yang sedang gelud. Karena penasaran, gue hampiri aja. Tapi sebelumnya, gue beli dulu pisau takut tiba-tiba gue diserang kan nanti bahaya jadinya.

"Bang, beli pisau." Kata gue.

"Boleh nih pilih." Kata abangnya.

"Yang ini ya, berapa?" kata gue sambil memilih.

"1 juta" kata abangnya.

"Dih? Mahal amat! Biasanya juga 25 ribu" kata gue.

"Murah amat! Yaudah! 10 ribu dah." Kata abangnya memelas.

"Lebih murah ya bang rezeki anak sholeh ini. Makasih bang" kata gue sambil menghampiri keributan tadi.

Ketika gue sampai di tempat kejadian. Keributan selesai dan semua murid bubar. Gue cuma sepintas melihat si Anung yang kepalanya bocor dibawa ke mobil ambulance. Dan Pak Gunday yang giginya juga bocor. Gue kecewa karena keributan selesai. Mana gue udah beli pisau lagi. Makanya selepas itu gue berhasil menjual pisau yang stadi ke tukang pisaunya seharga 1 juta. Lalu gue masuk ke kelas.

"Kok gue jadi heran ya bisa ribut gitu." Ucap Fanhar.

"Kayaknya si Anung nyolek bokongnya Pak Gunday deh." Kata Qobra.

Ada perbincangan di dalam kelas.

"Eh eh eh ada apa sih itu tadi ribut?" kata gue yang baru masuk kelas.

"Yaelah lu Zean ketinggalan berita nih. Kerajinan sih lu dateng kesiangan." Kata Qobra.

"Itu tadi Pak Gunday kepeleset dan jatuh sampai giginya bocor, terus giginya kena kepala si Anung sampai bocor hahahahahaaa............." Kata Qucli.

................. .................... ............... hanya suara angin yang terdengar ketika Qucli berbicara.

"Qucli? Lu pengen gue seleding lagi kepalanya?" kata gue. Lalu Qucli hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Sementara Rafat hanya berdiam diri dan menunduk.

"Habis ini, liat aja si Qorun yang bakal gue hajar sampai air ketubannya pecah." Kata Fanhar.

"Oh iya gue baru inget soal Qorun. Kemarin gue kan nyamperin teman dari temannya teman-teman gue. Tapi gue belum sempat ngomong. Gimana kalau nanti pulang sekolah aja? Dia namanya Clarisa yang biasa gue panggil Sa'i, itu yang ada di kelas A." Kata gue.

"Oh si Ica, bilang dong dari kemarin." Qobra.

"Lu kenal?" kata gue heran.

"Ya kenal lah. Di sekolah ini, siapa yang ga kenal selebgram garis keras macam dia. Semua orang dia follow instagramnya." Kata Qobra.

"Masa iya? Emangnya dia tau apa nama semua murid di sekolah ini." Kata gue ga percaya.

"Dia kan minta daftar nama semua murid ke administrasi sekolah. Setelah itu dia follow satu per satu. Kalau orang-orang ga follow balik, bakal dia kutuk jadi batu. Mana batunya batu akik lagi." Kata Qobra.

"Stop! Jangan ngegosip dong, inget dong tujuan kita cuma satu. Menghancurkan si Qorun." Kata Qucli.

"Yaudah oke pulang sekolah kita temui Ica." kata Fanhar.

Setelah itu gue menghampiri Rafat karena dia masih merenung dan tertunduk. Dan dia bercerita tentang kenapa ada keributan tadi.

Bruakkkkkk... Tiba-tiba pintu kelas di dobrak. Padahal ga dikunci.

Lalu muncul sesosok makhluk halus yang ternyata makhluk kasar. Dia adalah Pak Gunday. Biasanya memasang muka yang ramah. Tapi kali ini mukanya sangar, walaupun tetap keliatan giginya. Eh tapi ga keliatan giginya, soalnya giginya lagi diperban.

Kita semua panik, karena Pak Gunday menghampiri kita.

"Halloooooo......" sapa Pak Gunday.

Dan kita terkejut.

* * *

FRIENDSHIT EPISODE 3Where stories live. Discover now