Setelah kejadian kemarin itu, gue jadi jengkel kalau ngeliat si Qorun. Pangen banget ninju mukanya sampai bonyok. Gue ga nyangka teman gue yang waktu dulu deket banget sama gue itu bisa ngekhianatin gue. Kalau udah kayak gini, gue ga akan bisa dendam dengan baik-baik. Tapi yang paling gue khawatirin sih si Fanhar. Gue takut dia dendam sampai macarin si Qorun. Hiiiiiii, ga kebayang kalau mereka sampai pacaran. Jijik nanti gue liatnya.
Gue tersadar dari lamunan itu. Karena beberapa meter lagi, gue bakal sampai di depan gerbang sekolah.
"Bang, ambil aja kembaliannya buat abang." Kata gue sambil memberikan duit ke tukang angkotnya, lalu bergegas lari ke dalam gerbang sekolah. Sengaja gue lari, karena gue bayar cuma 3 ribu dan itu artinya ga ada kembaliannya.
Hari ini entah kenapa gue bahagia sekali, padahal hati gue masih dendam sama si Qorun. Ah mungkin memang gue terlalu lebay. Lorong-lorong sekolah seperti menyambut gue dengan udara sejuknya. Orang-orang seperti menyapa gue dengan senyumannya. Ini sih hanya khayalan gue aja, aslinya dari gerbang sampai masuk ke kelas ya biasa aja, nginjek lantai, terus melewati siswa – siswi tanpa disapa sedikitpun. Maklum, soalnya gue paling populer di sekolah ini. Lah??
Ketika gue sampai di depan kelas, teman-teman gue sedang berkumpul dan sepertinya menunggu kehadiran gue.
"Hai, nama kamu siapa?" ucap Qucli menghampiri gue sambil menyodorkan tangan.
KRIK... KRIK... KRIK...
Teman-teman gue cuma bengong dan tercengang ngedenger si Qucli ngelucu.
"Nama gue? Kan elo udah tau." Jawab gue.
"Hehe.. kan gue lagi ngelucu Zean." Kata Qucli sambil tertawa terbahak-bahak sendiri. Baru kali ini ada orang yang melucu, tapi ngomong bahwa ia lagi ngelucu. Terus ketawa sendiri lagi.
Gue simpen tas ke meja gue, tapi meja guenya ga ada. Iyalah, orang gue belum masuk kelas. Nah sekarang baru masuk kelas, dan meja gue ada. Setelah itu, gue keluar kelas lagi menghampiri mereka yang lagi kumpul. Sepertinya lagi mendiskusikan sesuatu.
"Woy Zean, sini! Gue mau ngomong sesuatu." Kata Qobra. Gue langsung aja menghampiri mereka yang lagi diskusi. Mereka diskusi dengan membentuk lingkaran, udah kayak lagi pengajian.
"Ada apa sih?" jawab gue penasaran.
"Gue dendam sama si Qorun. Pengen banget gue gebukin tuh orang." Kali ini Rafat yang berbicara.
"Jangan bro. Jangan pake kekerasan. Sabar." Jawab Qucli dengan wajah datar tanpa berdosa.
"Terus gimana? Dengan kelembutan hati? Lu pikir hati gue selembut su*ra?" kata fanhar.
"Tapi kayanya bener juga kata si Qucli bro." Kata gue sambil memutarkan mata (biar keliatan mikir)
"Loh? Tumben banget lu pro sama si Qucli?" jawab Qobra sambil mendelik.
"Jangan – jangan lu disogok? atau malah disantet?" kata Rafat.
Qucli hanya tersenyum melihat kelakuan teman – temannya yang seperti itu. Sementara gue lagi muntah ngeliat senyumnya si Qucli.
"Iya dong sayang, pastinya aku sayang kamu....." tiba – tiba si Anung berbicara sampai membuat kita berlima sedikit terkejut dengan ucapannya, lalu melihat ke arahnya.
Ternyata dia sedang video call bareng pacar barunya; wakil kepala sekolah sekaligus guru fisika kita, yaitu si Mamih. Yang lebih anehnya, dia video call tapi pake kamera belakang. Jadi si layarnya ngadep ke kita. Si mamih sedang tersenyum genit di layar itu. Senyumannya itu loh keliatannya pedes. Kenapa pedes? Soalnya diantara celah – celah giginya ada sisa cabe yang nongol. Mana cabenya gede banget lagi.
"Eh, si Anung kok sweet banget ya sama pacar barunya?" kata Qobra.
"Mata lu sweet, jijik banget gue liatnya. Ga kebayang kalau si Mamih lagi marah, si Anung pasti harus ngerayu pake rumus hukum newton kali ya?" kata fanhar.
"Masih mending itu mah. Gue mah ngebayangin kalau si Anung putus sama si Mamih, terus dia bakal galau gabisa move on sampai bikin kata – kata pake bunyi hukum newton satu." Kata gue sambil tertawa pelan.
"Bener juga lu Zean hahaa.. contoh kata-katanya apa Zean?" kata Rafat.
"Begini, menurut hukum newton satu, benda tidak akan berpindah kecuali ada benda lain yang memaksanya untuk berpindah." Kata gue sambil menirukan gaya penyair yang syahdu.
"Terus?" ucap mereka.
"Begitupun dengan hati. Hati tidak akan berpindah, kecuali ada cinta lain yang memaksanya untuk berpindah." Kata gue sambil mengelus dada layaknya orang lagi sedih.
"Plakkkkkkk...." teman – teman gue nepuk jidatnya si Qucli sambil tertawa menjijikan mendengar omongan gue yang super lebay itu.
"SAATNYA JAM PERTAMA DIMULAI....." suara bel masuk sekolah terdengar. Teman – teman gue masuk kelasnya masing – masing. Sementara si Anung masih sibuk dengan stupidphone miliknya yang sedang video call bareng si Mamih. Aneh, padahal kan sekarang pelajarannya si Mamih.
* * *
YOU ARE READING
FRIENDSHIT EPISODE 3
HumorApa yang kamu lakukan ketika ada teman baik menikung kamu? Dendam? Cerita yang satu ini bertemakan balas dendam antar teman. Sayangnya dendam yang satu ini absurdnya kebangetan. Tapi tak masalah, karena pada dasarnya pertemanan itu butuh ditertawaka...